46. Siasat Lino

458 66 24
                                    

Hari Minggu, seperti biasanya Chandra libur bekerja dan Lino takkan bangun sepagi hari biasanya.

Kalau pada hari biasa ia akan memulai aktifitasnya dari jam lima atau jam setengah enam pagi, hari Minggu adalah pengecualian untuk itu. Lino akan bangun lebih siang, bahkan kadang mendekati tengah hari.

Pun seperti saat ini, jam sudah berdenting pukul sembilan pagi dan ia baru membuka matanya. Agak sembab karena efek semalam bekas menangis. Dilihatnya sisi kasur sebelah yang sudah kosong, dan kening itu mengernyit sesaat; ke mana perginya Chandra? Apa dia sudah bangun lebih dulu tadi?

Namun mengingat apa yang terjadi di antara mereka kemarin membuat Lino acuh tak acuh kini. Semalam pun ia tidur lebih dulu ketimbang suaminya. Padahal kalau diingat biasanya Lino takkan bisa tidur kalau Chandra belum mengusap kepalanya, atau sekadar memeluknya dan berbisik pelan di telinga menggumamkan kata; selamat malam kelinci kesayangan Kakak.

Ya, memang lebay kesannya, meski begitu Chandra selalu membisikkan kata tersebut di telinga si manis setiap malam. Tapi tidak untuk kemarin karena Lino tak ingin menunggu Chandra untuk masuk, dan juga tak ingin membuka suaranya lagi hanya untuk berargumen bilamana cekcok itu kembali berlanjut. Ia lebih memilih tidur dengan posisi menghadap dinding alih-alih berbaring sembari berhadap-hadapan seperti biasanya.

Tubuh kurus itu pun bangun, beranjak dari tempatnya berbaring meski agak limbung. Ia matikan lebih dulu AC yang sejak kemarin menyala, lalu membuka tirai dan daun jendela agar udara segar masuk ke kamar. Selepasnya ia bereskan tempat tidur mereka; menyusun bantal dan melipat selimut serapih mungkin.

Pintu kamar pun lantas terbuka dan Lino nampak sedikit bingung dengan apa yang ditemukannya lebih dulu dari rumahnya di pagi ini.

Jendela di depan; ruang tamu dan ruang keluarga sudah terbuka, gorden serta tirai sudah ditata rapih di tepi kusen kayunya, seluruh lampu sudah dipadamkan dan lantainya nampak bersih serta mengkilap seperti sudah disapu dan dilap.

Siapa yang melakukan semua ini? Mungkinkah Chandra?

Kening Lino mengernyit samar. Kalau memang benar ini semua ulah suaminya tapi atas dasar apa? Seingat Lino, Chandra tak pernah ikut campur urusan berbenah rumah karena ia sendiri memang melarangnya.

Rasanya semakin curiga saat telinga si manis menangkap ada gemertuk aneh dari dapur, dan karena penasaran membuatnya segera berjalan ke arah asal suara.

Benar saja ternyata seperti yang ia duga sebelumnya, di sana ia dapati sang suami sedang sibuk sendir dengan kompor dan wajan. Entah apa yang dilakukannya, tapi Lino berasumsi kalau Chandra sedang memasak kini.

Tumben sekali pikirnya? Kenapa? Apa karena pertengkaran semalam membuatnya tak mau makan sarapan yang dibuat Lino hingga nekat memasak sendirian? Entahlah, tapi bisa saja begitu, bukan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tumben sekali pikirnya? Kenapa? Apa karena pertengkaran semalam membuatnya tak mau makan sarapan yang dibuat Lino hingga nekat memasak sendirian? Entahlah, tapi bisa saja begitu, bukan?

Sebelumnya, jika si manis mendapati sang suami sedang sibuk di dapur sendiri maka akan ia datangi lalu bertanya sedang apa atau sekadar membantunya, tapi kali ini ia tak melakukan hal demikian. Alih-alih mendatangi, Lino hanya memandangnya di kejauhan. Tak mendekat, tak pula bertanya apa yang sedang dikerjakannya.

MAISON; My Boss, My Husband ✓ [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang