44. Gue Suka Sama Lo

437 51 23
                                    

Dari mana Sean bisa tahu kendati alergi Lino?

Jawaban yang jelas adalah setelah ia tak sengaja mendengar omongan Lino pada Zayyan di gudang, sewaktu si manis datang ke kantor untuk mengantarkan bekal suaminya yang ketinggalan.

Dari situla awal mula Sean diam-diam menaruh rasa dendam dicampur iri dengki. Melihat seberapa mesra Chandra dan Lino sewaktu di loby jelas tak membuatnya lantas pasrah begitu saja melepas sang kekasih hati. Ia ingin Lino tahu seberapa sakit dan kecewa dirinya kini yang ditinggal menikah oleh Chandra.

Namun meski ingin balas dendam pada Lino, Sean kebingungan harus dengan cara apa, dimulai dari mana, dan bagaimana. Sampai saat ia berjalan mengekori Chandra dan Andi sepulang kerja, lalu mendengar jika Chandra hendak membeli dimsum untuk Lino sebagai buah tangannya, disitulah Sean mendapat kesempatan.

Pas sekali dengan momennya. Saat melayani pembeli si bapak penjualnya sempat izin pergi ke dalam untuk mengisi sambal yang habis. Diwaktu bersamaan Chandra pun nampak lengah karena pergi menjauh untuk menerima telepon yang masuk, waktu yang tepat dan kesempatan emas untuk Sean menukar mika plastik miliknya dengan milik Chandra.

Ya, ia dengan sadar telah mengganti dimsum ayam Lino dengan dimsum udang punyanya sendiri.

Bukankah itu bagus? Sean merasa senang dan juga penasaran kendati apa reaksi yang akan ditunjukkan dari si manis nanti.

Apakah ia akan keracunan?

Oh, tentu saja. Itu sudah pasti. Sean harap Lino keracunan parah hingga ia kehilangan nyawanya.

Gila!

Ya, katakanlah demikian dari sosok Sean yang sudah buta akan cinta hingga menjadi orang yang gila. Obsesi sesat yang dideritanya membuat ia tega melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, tak terkecuali dengan memiliki kembali Chandra.

Ia tak bisa rela, ia tak pernah ikhlas kendati hubungan mereka yang telah kandas. Oleh karena itu ia bertekad untuk merebut sang kekasih agar bisa kembali padanya lagi, tak peduli pada status Chandra yang jelas telah bersuami.

"Chandra gak masuk?" tanya Ruri saat rapat dengan para staff kantor hendak dimulai.

"Nggak, dia izin," sahut Andi sembari membolak-balik berkas yang akan dipakainya.

"Tumben? Gak biasanya tuh orang izin kerja kalau bukan urgent banget. Ke mana dia?" tanya Ridwan.

"Katanya Lino masuk ke Rumah Sakit kemarin gara-gara keracunan," cecar Andi. Sebagai teman sekantor serta yang paling dekat dengan Chandra ia jelas tahu apa yang terjadi pada kawannya itu.

"Apa? Astaga, kok bisa?! Tapi Lino gak pa-pa, kan?!" pekik Ruri.

"Gak tau, katanya sih salah makan gitu. Chandra gak ngejelasin detailnya, gue juga tau gegara gak sengaja komen abis liat status WhatsApp dia yang ngeshare foto lorong Rumah Sakit," urai Andi.

Apa Sean mendengar itu semua?

Oh, tentu saja!

Ia yang diam-diam mendengarkan percakapan para staff itu dalam hati bersorak sorai bahagia. Tapi semuanya belum sempurna, kebahagiaannya belum utuh kalau ia bisa melihat langsung seberapa menderitanya Lino kini.

Jadi seusai rapat, dan pada waktu yang memasuki jam makan siang ia pun segera bergegas pergi dari kantor untuk menjenguk rivalnya di Rumah Sakit. Harap-harap saat di sana ia mendapati kabar kalau anak itu sedang kritis.

Dengan sebuket bunga krisan putih yang dibelinya lebih dulu sebagai ajang pura-pura, Sean pun datang ke ruangan di mana Lino dirawat. Sayang apa yang diharapkan tak seperti yang ia temukan. Nyatanya kondisi Lino sudah membaik meski masih harus dirawat selama masa penyembuhan.

MAISON; My Boss, My Husband ✓ [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang