41. Dimsum

451 57 16
                                    

"Pagi, Sayang." Chandra muncul dari balik dinding dapur dengan membawa handuk yang setengah basah di salah satu lengannya. Ia bawa ke belakang rumah lalu disampirkan pada salah satu tali yang biasa digunakan Lino untuk menjemur pakaian sebelum kembali masuk ke dapur lagi.

Kemeja berwarna putih bergaris abu-abu gelap yang lengannya digulung hingga siku, celana katun berwarna hitam, dan rambut yang sudah ditata rapih, pula aroma maskulin dari parfum yang ia semprotkan ke beberapa sisi tubuhnya. Tanpa diberitahukan pun sudah jelas kalau ia siap berangkat kerja.

"Hmm ... Kakak mau sarapan? Bentar, ya. Dikit lagi, nih," ucap si manis sembari membalik telur dadar yang tengah dimasaknya.

"Mau Kakak bantu?" tanya sang suami sembari mendekat dan melongok ke arah wajan teplon di atas kompor.

"Nggak usah, cuma goreng telur doang. Bentar lagi juga beres," tolak Lino.

"Mm ... Kakak kasian aja gitu liat Adek lagi sakit tapi sempet-sempetnya masakin sarapan buat Kakak," gumam Chandra. Ia lantas dengan manja merangkul pinggul yang muda dan menumpukkan dagunya di atas bahu ringkih itu.

 Ia lantas dengan manja merangkul pinggul yang muda dan menumpukkan dagunya di atas bahu ringkih itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Adek gak sakit," bantah yang muda.

"Tapi semalem kan Adek abis terjun bebas ke got," celoteh Chandra sembari terkikik geli, dan detik berikutnya dihadiahi tatapan mata sengit dari wajah Lino yang menoleh ke arahnya. "Bercanda, Sayang," kelitnya seketika.

"Ini sodet panas loh," ancam yang muda.

"Hehe, ampun." Tapi tetap saja Chandra tak letih mengusilinya. "Nanti siang jadi kan manggil tukang urut?" tanyanya kemudian.

"Nggak kayaknya," sahut Lino pelan sambil mematikan kompor dan memindahkan telur dadar buatannya ke atas piring.

"Kenapa? Kakinya emang udah sembuh?"

"Belum sih, masih agak ngilu. Tapi udah gak pa-pa, udah bisa jalan lagi, kok," urai si manis. Ia lantas membawa piring itu ke atas meja makan dan diletakan di sisi piring serta mangkuk lain yang menyediakan beberapa menu masakan di atasnya.

"Diurut lagi aja, Dek. Itu uratnya kepelintir. Kalau gak diurut takutnya malah bikin cedera parah," imbuh sang suami. "Lagian di badan belakang Adek juga itu ada lebam-lebam segala," ingatkannya lagi akan beberapa luka memar di badan si manis.

"Adek gak ada waktu buat manggil tukang urut, Kak. Cucian di ruang belakang itu udah dua baskom belum disetrika. Adek juga mau belanja sayuran buat nanti masak. Terus kamar di lantai atas itu udah kotor seprainya, berdebu, mau Adek ganti nanti. Kamar mandi juga keramiknya belum sempet Adek sikat, udah licin banget diinjeknya," bantah Lino sembari menguraikan daftar kerjaannya hari ini.

Chandra yang mendengar nampak terkesiap sesaat. Ia menaruh kembali sendok berisi nasi sarapan paginya dan lantas menatap Lino dengan raut wajah kasihan.

"Hari ini gak usah masak. Cucian itu nanti telepon tukang laundry aja buat disetrika. Seprei di kamar atas gak usah diganti sekarang, gak akan ada yang tidur di sana juga. Dan lantai kamar mandi yang kotor biarin nanti Kakak yang sikatin kalau udah pulang," cecarnya.

MAISON; My Boss, My Husband ✓ [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang