Dulu, aku terbiasa memakai beribu topeng, hanya agar bisa mendapat banyak teman, berada di circle terkenal, dan tidak diacuhkan.
Kudengarkan lagu lagu yang mereka agung agungkan, kuikuti gaya mereka berpakaian, kupaksakan menyukai hal apapun yang mereka sukai.
Aku memiliki banyak teman, awalnya terasa menyenangkan, namun lama kelamaan aku lelah dan hampa.
Namun demi kehidupan sosial yang gila, kupaksakan biasa saja dan menguatkan ikatan topengku sekali lagi.Aku tertampar realita yang keji,
Ayahku masuk penjara karena kesalahan yang tak diperbuatnya,
Keluargaku hancur total,Saat kubutuhkan teman untuk bercerita dan membela, mereka semua berbalik pergi,
Menebalkan muka dan mencemoohku dibelakang,
Seakan aku orang yang paling berdosa.Tak ada yang bertanya apa hal itu benar adanya,
Tak ada yang peduli seakan segala hal yang kulakukan dengan mereka dulu tak ada artinya.Aku menangis sejadi jadinya.
Baru kusadari aku tak punya mereka yang benar benar dapat kuanggap teman.
Karena mereka yang ada disisiku
pergi secepat datangnya,kutelan kisah SMPku yang penuh dusta, untuk menjejak ranah berikutnya.
Aku menolak berpura pura kali ini.
Kubiarkan apapun yang ada pada diriku apa adanya.Dan aku melihat orang lain seperti mereka adanya.
Baru kusadari banyak orang baik yang dapat menerimaku,
Berbagi cerita, dan menghibur kala susah.Temanku hanya sedikit,
Dan kusadari hidup mereka juga tak mudah, kami berbagi derita dan tertawa bersama,
Meskipun dunia kejam, kami punya satu sama lain.
Dan aku merasa jauh lebih bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sembagi Arutala
RandomBanyak yang bilang Amaya sudah gila, dia sering raib entah kemana, atau meskipun ada di rumahnya pikirannya sibuk melanglang buana, satu orang yang dapat memahami kata²nya yang absurd hanya Baskara, karena rasa penasaran menampar bokongku, akhirnya...