22 februari 2024
TemaRevolusi bermula dari hal hal kecil,
Sakha tahu jelas hal itu,Kerajaan mereka yang bobrok, orang orang seperti mereka yang paling mengerti.
Korupsi dan kenaikan harga karena ulah bangsawan, merekalah yang paling menderita,
Tiap hari sejumlah orang mati kelaparan,
Semuanya mencekam, semua orang menunggu kematian menghampiri mereka di tempat ini.Kerajaan ini sudah tak bisa dibenahi,
Di titik semua rakyat jelata membenci raja dan bangsawan yang melenggok disana sini.Semuanya seperti itu sebelum secercah harapan membesuk hati kami,
Dari seorang anak selir yang dilengserkan, yang katanya melindungi perbatasan tempat kami berada,
Ia bukan bangsawan yang membagikan roti dan air untuk memamerkan kekuasaan,Ia memberikan kami harapan, ia membangun sumur, membawa teman temannya mengajar kami menjahit dan merangkai bunga untuk kami jual,
Ia bukan memberikan makanan dan membuat kami kenyang, ia memberi kami kekuatan untuk bertahan dari kehidupan yang sulit, dan berjuang.Sakha tak ikut teman teman perempuannya merakit bunga, ia benci bunga semenjak ibunya tiada,
Ia juga tak ingin menjahit, atau berlatih otot seperti teman temannya yang lelaki.
Jadi gadis itu hanya menepi, memeluk gitar kecilnya yang usang, bersenandung sesekali."Kau tak ingin bergabung dengan teman temanmu dik?"
Suara yang hangat dan rendah itu mengagetkannya,
Ia menggeleng.
"Kau suka bernyanyi?" Lelaki itu bertanya,
Sakha mengangguk,
"Mau bernyanyi denganku?" Lelaki itu bertanya "lagu apa yang kau hafal?""Negri kata kata" ujar Sakha
Lelaki itu tersenyum, "baiklah kita nyanyikan yang itu"
Sakha bernyanyi, melepaskan rindu pada ibunya yang meninggal 3 hari yang lalu.Ia bernyanyi, dan air matanya menitik,
Ah,ia menangis ternyata, tangis yang tak tumpah bahkan di hari mayat ibunya dibuang ke tempat pembuangan mayat karena tak punya biaya menguburkannya.Lelaki itu tak mengsap air matanya, ia tak memberi permen karena ia menangis, ia hanya diam, dan bernyayi lirih.
Saat air mata sakha hilang dari pelupuk matanya, lelaki itu berkata
"kau memiliki suara yang indah, kuharap suatu saat bisa melihatmu bernyanyi di festifal festifal"
lelaki itu menatap matanya
"Banggalah dengan apa yang kau punya nak"Kata kata itu kecil , 10 menit yang sangat singkat sekali, tapi Sakha menganggapnya amat besar, lelaki itu membuatnya melanjutkan hidupnya yang nyaris berakhir karena ia tak berbuat apa apa 3 hari terakhir.
Baru Sakha ketahui lelaki itu adalah pangeran yang dirumorkan,
Yang menghilang beberapa hari kemudian karena kejaran tentara tentara kerajaan.
Tapi daerah mereka telah berubah, dan sakha tahu itu, meskipun bau kematian masih ada,
Aroma kehidupan pun mulai berkembang,Ia mencari kehidupan dengan bernyanyi, terkadang mendapat beberapa keping koin dan roti, esoknya lebih baik lagi, atau lebih buruk,
Ia benar benar ingin berterimakasih, namun pangeran itu tak pernah tampak lagi
Sakha menepi, malam itu ia terjaga, ia bergumam berkali kali, merasakan rasa lagu barunya di lidah dan bernyanyi hingga matahari terbit dan terbenam kembali.
"Lihatlah mentari yang dibenamkan paksa,
Oleh mentari yang katanya arunika,
Namun ternyata hanya durjana,Lihatlah mentari yang membawa bintang gemerlap di matanya,
Yang membagi nyawa pada jiwa yang hilang arah,Ia yang berlari dari kejaran manusia manusia berkepala kuda,
Namun hatinya mengetuk tiap raga yang ditemuinya,"Hiduplah" katanya, mungkin ada masa dimana ia akhirnya berpijak diatas sana,
Dan kami bersorak mendukung langkahnyaIngatlah mentari sebentar lagi terbit,
Ingatlah malam malam dingin ini akan berakhir,
Ingatlah penderitaaan tak terperi akan musnah,Matahari akan kembali membawa arunika."
Revolusi bermula dari hal hal kecil,
Dan Sakha tahu jelas itu,Ia berbisik di antara kerumunan,
Menggema di sela sela tawa yang mengiringi bulan purnama,"Lihatlah mentari yang dibenamkan paksa,
Oleh mentari yang katanya arunika,
Namun ternyata hanya durjana,Ia melihat orang orang bersenandung bersamanya, dari desa ke desa, dari kota ke kota,
Lihatlah mentari yang membawa bintang gemerlap di matanya,
Yang membagi nyawa pada jiwa yang hilang arah,Ia mendengar kisah kisah yang tercipta dari singgahnya pangeran, terharu dan bersenandung lebih keras lagi, kini di pesta pesta kecil, sembari berbagi kisah, berbagi harapan
Ia yang berlari dari kejaran manusia manusia berkepala kuda,
Namun hatinya mengetuk tiap raga yang ditemuinya,Ia mulai mendengar kisah warga yang menghentikan para pedang kerajaan, memukul mereka yang memburu pangeran,
Pangeran kami, harapan kami
"Hiduplah" katanya, mungkin ada masa dimana ia akhirnya berpijak diatas sana,
Dan kami bersorak mendukung langkahnyaKini bangsawan yang tak buta mulai bergerak, pemberontakan meledak disana sini, tapi jiwa kami tidaklah mati,
Sang mentari sudah seharusnya bangkit, dan ia tengah bertaruh besar besaran. Untuk kerajaan ini.Ingatlah mentari sebentar lagi terbit,
Ingatlah malam malam dingin ini akan berakhir,
Ingatlah penderitaaan tak terperi akan musnah,Sakha bernyanyi lebih keras lagi, kini di medan perang penuh darah dan jiwa yang tercerabut,
Ia senandungkan harapan, ia senadungkan tujuan,
Ia senandungkan teriakan perang,Matahari akan kembali membawa arunika."
Hingga sang pangeran menjelma raja,menjadikan tanah tanah mulai basah dan gandum gandum merekah,
Sakha kembali ke tempatnya semula, kembali bercerita.
Terimakasihnya sudah usai akhirnya.
Source pinterest
Edited on canva
KAMU SEDANG MEMBACA
Sembagi Arutala
RandomBanyak yang bilang Amaya sudah gila, dia sering raib entah kemana, atau meskipun ada di rumahnya pikirannya sibuk melanglang buana, satu orang yang dapat memahami kata²nya yang absurd hanya Baskara, karena rasa penasaran menampar bokongku, akhirnya...