06

6.2K 337 5
                                    

"Aku ingin bahagia, tapi sepertinya aku harus membayar mahal untuk itu. Sangat mahal sehingga orang seperti ku tidak mampu mendapatkan nya."

-Na Jaemin-
___________________________________________________

PAGI hari, Mark menghampiri Jeno yang tengah memakai seragam nya. Dan Jeno hanya melirik sekilas sang Kaka yang tampak ingin menyampaikan sesuatu.

"Ada yang ingin kau bicarakan, Hyung?"

Mark Dian sejenak kemudian membuka suara, "Kau menyukai Jaemin?"

Jenis berhenti dari kegiatannya kemudian kembali melanjutkan nya dengan kekehan. "Apa yang katakan, Hyung." Kekeh Jeno.

"Jika kau tidak menyukainya, berhenti memberikan perhatian seolah menunjukkan Afeksi jika kau memperlakukan nya spesial."

"Aku tidak ingin bersaing, apalagi dengan adikku sendiri."

Iya, Mark type orang yang enggan bersaing. Ia suka mengalah sedang kan Jeno type orag yang jika sudah menginginkan sesuatu maka ia tidak akan berhenti sebelum ia mendapatkan nya.

"Berhenti beropini seperti itu, kau tau aku suka memberikan perhatian pada siapapun."

"Tapi Jaemin tidak tau, dan aku tidak ingin ia menganggap perhatian mu itu sebagai tanda suka padanya."

"Aku akan mengatakan padanya Hyung tenang saja." Mark hanya diam setelah itu memilih untuk keluar dari kamar Jeno.

"Tapi bagaimana jika aku salah Hyung? Aku perhatian pada semua orang, tapi jantung ku tidak berdegup sangat kencang selain hanya pada Jaemin." Gumam Jeno melanjutkan.

.

Sedangkan di kediaman Nakamoto, Jaemin tampak bangun dengan berseri seri. Ia menyiapkan sarapan untuk kedua orang tua dan Kaka nya dengan senyum cerah seperti bahagia.

"Nama tampak bahagia pagi ini, ingin berbagi cerita dengan ahjumma?"

Jaemin melirik ahjumma Han dengan senyuman cerah nya, "Tidak apa ahjumma, Nana hanya merasa senang karena tadi malam ada malaikat yang datang ke kamar Nana." Ujar Jaemin. Ahjumma Han yang mengira Jaemin bermimpi pun hanya tersenyum hangat sembari mengelus rambut halus sang majikan.

"Benarkah? Terus lah tersenyum seperti ini Na, senyuman mu sangat indah membuat Semangat ahjumma meningkat dipagi ini." Ucap sang Ahjumma.

Ahjumma melanjutkan sembari berbisik "siang Nanti Ahjumma akan masakkan makanan kesukaan Nana, tenang saja Ahjumma habis gajian." Jaemin melirik ahjumma berniat mengeluarkan jawaban.

"Tenang saja, Ahjumma pastikan tidak ada yang mengetahui nya."

Jaemin tersenyum haru kemudian memeluk Ahjuma, "Gomawo ahjumma."  Bisik Jaemin lirih.

Setelah selesai menyiapkan sarapan untuk keluarga nya, Jaemin pamit untuk pergi sekolah. Tak apa ia tak sarapan hari ini, setidaknya ia tidak akan telat. Toh selama ini ia selalu mendapatkan makanan sisa, itu pun kalo masih ada. Kalo tidak ada ya ia hanya akan memakan sepotong roti tawar dengan air putih untuk mengganjal perut nya.

Disekolah ia senang karena tidak telat, ia tiba di kelas bersamaan dengan lonceng masuk yang berbunyi. Ia duduk pada kursinya, dan seperti biasa terdapat banyak coretan coretan berisikan kata kata kotor untuk nya. Ia hanya mampu menghela nafas dan menghapus semua noda dengan sabar.

Saat di tengah pelajaran pena nya kehabisan tinta, ia berjalan pelan ke arah Haechan karena memang biasanya Haechan akan meminjamkan nya alat tulis jika itu mendesak dan Jaemin pun mau tak mau datang kepada Haechan seperti sekarang.

Uri Jaemin || NOMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang