˖✦ 𝟭𝟮. ›

4.2K 552 82
                                    

🥐
.

🥐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.



"Siapa yang sepenuhnya milik siapa?"

[Name] tertegun di tempat, jantungnya sempat berhenti kala mendengar suara familiar yang telah memergoki nya dengan Mash. Gadis itu langsung mengangkat kepala, menoleh ke arah pintu—yang ternyata lupa ia kunci.

Seorang pria bersurai blonde dengan usia matang berdiri sambil menyilangkan dada, bersender di tiang pintu kamar—menatap Mash dan [Name] dengan tampang mencurigakan.

"P-paman Ryoh.." gelagap [Name] setelah mengetahui dengan jelas bahwa yang menangkap basah dirinya adalah paman nya sendiri.

[Name] meneguk ludah, sedangkan Mash sama sekali tak bergeming. Sahabatnya itu bahkan tak menoleh sedikitpun dan malah asyik memperketat pelukannya—membelakangi Ryoh.

"Kalian sedang melakukan 'itu'?"

[Name] mengerjap, bingung. "Itu... apa?"

Ryoh langsung memijat dahi nya frustasi. Ponakannya bahkan masih belum tau apa-apa tentang hubungan 'dewasa' tetapi Mash seenaknya melakukan hal itu pada [Name] dengan tampang polos.

"Yah, ku dengar orang polos kelakuannya lebih liar dari orang biasa."

Mash meletakkan dagu nya di pundak [Name], berbisik pelan. "Kenapa dia kesini malam-malam begini?"

"HARUSNYA AKU YANG BERTANYA BEGITU PADAMU!" Ryoh jadi kesal sendiri melihat kelakuan Mash. Dia berkacak pinggang, memasang raut serius di wajah.

Oh, benar. [Name] dan Ryoh adalah keluarga. Laki-laki yang berstatus visioner suci itu adalah adik kandung dari Ibu [Name] sendiri. Marga mereka berbeda karena Ibu [Name] menikah dengan salah satu pria dari keluarga Edevane.

Ryoh juga sering mengantar jemput [Name] ketika ponakannya itu bermain bersama Mash sewaktu kecil. Tapi dia sama sekali tak menyangka hubungan mereka sudah sampai sejauh ini.

"Mash, kalian masih dibawah umur jadi jangan melakukan itu." tegur Ryoh.

"Mm? 'Itu' apa?"

"KAU JUGA TIDAK TAU TOH?!"

Mash diam tak menjawab. Dia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher [Name], lalu mengeratkan pelukannya. Yah, sebenarnya dia tau-tau saja maksud dari perkataan Ryoh. Dan tak ada yang mengajarinya sama sekali, dia hanya... mengikuti naluri buas nya sendiri.

Ryoh menghela napas berat. "Keluarlah, Mash. Aku ingin bicara sendiri dengan [Name]."

Mash menggeleng. "Yada."

"Sialan kau." Ryoh mendecakkan lidah, lalu beralih menatap keponakannya. "[Name], suruh Mash keluar."

"Yah.. paman tau sendiri Mash tidak mau melepasku."

Ryoh mendengus, kemudian berkacak pinggang. Mash dan keponakannya itu benar-benar tak malu dengan apa yang sedang mereka lakukan saat ini. Dan bisa-bisa nya [Name] masih memeluk sahabatnya dengan erat di depan Ryoh—pamannya sendiri.

"Ya sudah. Temui aku besok kalau kau punya waktu, [Name]." kata Ryoh kemudian.

"Padahal bisa bilang sekarang. Lagipula paman sudah disini."

Ryoh langsung tersenyum miring. "Kalau ku bilang sekarang, Mash tidak akan melepasmu sampai besok."

[Name] tertegun sesaat. Ah, tiba-tiba saja dia merasa cemas dengan apa yang akan dikatakan oleh Ryoh. Dan kenapa pula hal itu bisa membuat Mash tak mau melepasnya? [Name] jadi was-was sendiri.

"Paman pergi dulu, [Name]." ucap Ryoh, lalu memutar badannya. "Pulanglah ke asrama mu, Mash. Biarkan ponakanku tidur dengan nyenyak." usai mengucapkan kalimat terakhir, laki-laki bersurai blonde itu langsung menghilang di ambang pintu.

[Name] mengerjapkan mata. "Paman mau bilang apa, ya?"

Mash diam, lagi-lagi mengeratkan pelukannya pada [Name]—sambil menelusupkan wajahnya di leher gadis itu.

"Ini sudah larut. Kau harus kembali, Mash."

Hening.

"Mash?"

Tak ada jawaban.

[Name] menepuk pipi Mash dengan pelan, berharap sahabatnya itu segera bangun dan melepas pelukannya yang sedari tadi tidak melonggar. Tapi tetap saja, Mash hanya diam tak menjawab.

"Ne, Mash. Setidaknya kita jangan tidur di atas meja."

Mendengar itu, Mash langsung mengangkat kepala. Segera dia menggendong [Name] dan melompat turun dari meja. Berjalan gontai ke arah tempat tidur.

Setelah sampai, Mash menurunkan [Name] di kasur dengan hati-hati. Mata sayu nya yang berat memandangi wajah gadis itu lamat-lamat, dan sesaat kemudian, Mash langsung naik ke atas [Name].

"Mash? Apa yang—"

"Aku ingin melanjutkan yang tadi." jawab Mash, lalu membuka kemeja cokelat yang ia kenakan—membuangnya ke sembarang arah.

[Name] membelalakkan mata. Dia tau, kalau Mash punya tubuh kekar dan berotot dibalik gym clothing hitamnya. Tapi... baru kali ini [Name] melihat tubuh sixpack milik Mash yang tak dibaluti apa-apa, alias telanjang dada.

"[Name]..." panggil Mash lembut, mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Dia menautkan kedua jemari [Name] dengan miliknya, lalu menggenggamnya dengan erat.

"Y-ya.. Mash?"

"Jangan.. dengarkan Ryoh. Jangan pergi. Aku sangat... me.."

Bruk!

Mash ambruk ke dalam dekapan [Name]. Gadis bermanik pink itu berkedip bingung, kemudian mengangkat kepala Mash yang berada di belahan dadanya—sebelum akhirnya menghela napas lega, karena ternyata.. sahabatnya itu telah tertidur pulas.

[Name] mengulum senyum, dia dapat merasakan helaian rambut Mash yang masuk ke sela-sela jarinya ketika dia berhasil mengusap kepala Mash dengan lembut.

"Dasar, terakhir itu dia mau bilang apa?"







🥐
.






Yah gajadi ngw3 part 2 ಥ_ಥ
Sabar lah ya, belum waktunya kata Ryoh mah 😿

Btw ada yang bisa ngebayangin Mash yang lagi telanjang dada kah? WKEKEKE

my big boy ; mash burnedeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang