˖✦ 𝟬𝟵. ›

3.9K 655 185
                                    

🥐
.

🥐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.



Finn dan Dot menghela napas secara bersamaan, dua orang itu tengah menidurkan kepalanya di meja yang sama. Yah, bagaimana tidak? Semakin tau hubungan 'pertemanan' Mash dan [Name] yang tak normal, semakin frustasi pula mereka.

Lance berdecih, pria bersurai biru itu melihat Dot dan Finn dengan tatapan merendahkan. "Dasar buta cinta. Padahal kasih sayang antar sahabat itu juga perlu. Ya kan, Anna?" lalu mencium liontinnya.

Dot memasang ekspresi jijik, mengacungkan jari tengahnya. "Diam kau, siscon sialan! Kau juga tidak normal!" pekiknya dari jauh.

"Anna, tolong jangan dengarkan dia."

Dot mendelik, lalu berteriak. "NPC AN***G!"

Finn menghembuskan napas panjang. Dia membalikkan posisi tidurnya. Tak ingin melihat pertengkaran Dot dan Lance yang kekanak-kanakan. Tapi.. yang dia temukan malah Mash dan [Name] yang duduk di satu kursi yang sama.

Mash duduk di sebuah kursi, sedang sahabatnya sendiri duduk di pangkuannya. Mash merangkul [Name] dari belakang, menyenderkan kepala nya ke bahu gadis itu—yang tengah fokus membaca buku.

"Aku iri. Aku iri karena aku tidak normal seperti mereka." batin Finn, tersenyum sambil menitikkan air mata.

Dot yang jengah setelah bertengkar dengan Lance pun ikut menoleh ke arah Mash dan [Name]. Pria bersurai merah itu menyikut lengan Finn pelan.

"'Kimi cimi timin'. CUIH! SUKA BILANG LAH BA***AT!" Dot menggerutu kesal, mengepalkan kedua tangannya geram.

Finn menepuk pundak Dot pelan. Yah, cuma ini yang bisa dia lakukan untuk menenangkan temannya. Karena ia bahkan tak tau harus berkata apa lagi.

Tapi, masih ada satu hal yang mengganjal di benaknya soal Mash dan [Name]. Finn mengangkat kepalanya, berpikir sejenak. Ya. Itu dia.

"[Name]!" seru Finn, dia duduk tegap di kursinya dengan tampang serius.

[Name] menoleh, lalu tersenyum sambil memegang bukunya. "Ya?"

"Apa Mash pernah tersenyum?"

Ya, benar. Mash sama sekali tak pernah tersenyum. Mulai dari ujian masuk Akademi Sihir sampai sekarang, pria itu tak pernah menampakkan giginya. Walau sebanyak apapun lelucon yang dibuat temannya, pria bersurai hitam itu masih diam dengan tampang masa bodoh.

"Oh, sering." jawab [Name], dia melebarkan senyuman. "Apalagi jika kepala nya di elus." katanya sambil menunjuk Mash yang masih nyender di bahu nya.

Dot dan Finn saling pandang. Tersenyum kecut. "Itu mah sama kau doang."

my big boy ; mash burnedeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang