˖✦ 𝟭𝟬. ›

3.9K 611 114
                                    

🥐
.

🥐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.





[Name] menyenderkan bahu nya ke dinding, kedua kelopak matanya menurun. Gadis itu benar-benar murung setelah keluar meninggalkan Mash dan teman-temannya di dalam kelas. Jika dipikir-pikir, rasa egois nya ternyata cukup besar.

Bisa-bisanya dia merasa sakit hanya karena Lemon ingin duduk di pangkuan Mash dan menggantikan posisinya. Itu egois 'kan, namanya?

"Padahal tinggal satu bab lagi novel nya akan tamat." gumam [Name]. Dia mengerjap pelan, kelopak mata nya terlihat sayu—begitu lemah sampai menimbulkan genangan di sudut matanya.

Setidaknya... [Name] ingin membacakan novel itu sampai selesai untuk Mash. Tapi sayang, takdir punya cara lain yang lebih licik untuk merampas harapannya.

Sakit.

Goresan luka yang tertoreh di dada membuatnya semakin sesak. Dia tidak ingin terlihat menyedihkan cuma gara-gara hal kecil. Dan dia benci ketika tau bahwa hal kecil itu menjadi bagian yang paling sakit.

Bagaimana jika dia merasa seperti ini selama sisa hidupnya? Atau, bagaimana jika Mash dan Lemon malah benar-benar jatuh cinta satu sama lain? Memikirkannya saja sudah mampu untuk membuat nya hancur.




Tap
Tap




"Aku menemukanmu."

Langkah ringan yang diiringi dengan suara berat menyadarkan lamunannya. [Name] sedikit menegapkan diri di tempat, ingin sekali dia menoleh ke belakang, tapi rasa jenuh mengalahkan rasa penasarannya. Jadilah dia menyenderkan kepala lagi ke dinding.

Hening.

Pemuda bersurai setengah blonde dan hitam itu mengerutkan dahi. "Kau tidur?" tanyanya.

"Tidak."

"Kau mengantuk?"

"Tidak."

Hm, aneh. Biasanya kelinci kalau diam-diam saja artinya mengantuk atau sedang tidur, pikir Rayne. Pemuda ber-manik kuning itu mengelus dagu nya. Apa jangan-jangan...

Rayne mengangkat kepala. "Kau sakit?" tebaknya dengan wajah datar.

[Name] menghembuskan napas. "Semacam itu." jawabnya. Dia 'kan, sedang sakit hati.

"Sayang sekali aku tidak punya wortel."

"Tolong jangan perlakukan aku seperti kelinci sungguhan."

Rayne diam. Memang mau diperlakukan seperti apa lagi?

[Name] lanjut bicara, "Dan jangan mendekatiku. Aku sudah janji pada Mash." tegasnya.

"Aku berniat menculikmu."

"Lain kali saja."

"Tidak mau."

"Mash bisa marah—" [Name] memutuskan kalimatnya. Dia tampak berpikir. Tunggu.. apa Mash masih akan marah kalau sudah punya Lemon sekarang? Sepertinya tidak. [Name] diam kembali, mengatup kedua bibirnya rapat.

Rayne memajukan langkah, dia berdiri tepat di belakang [Name] dalam jarak beberapa senti. Dia mengamati gadis itu lama. "Ternyata kelinci ku memang sedang sedih." gumamnya datar.

[Name] yang mendengar itu hanya bisa tersenyum pahit. Entah kenapa semenjak masuk ke Akademi Easton, dia jadi hobby terjun ke dalam keterpurukan.

Rayne mengeluarkan tongkatnya. Mengarahkannya di atas kepala [Name], dan mulai merapalkan mantra. "Florem habens!"



BLOOM!



Sekuntum bunga jatuh berterbangan menimpa nya tanpa henti. [Name] melebarkan kedua bola matanya. Ah, semerbak harum tercium dari kelopak bunga yang menempel di pundaknya. Tiba-tiba dia... jadi merasa senang.

[Name] menunduk menatap puluhan bunga yang telah menumpuk di sekitarnya. Warna-warni. Padahal, bunga itu telah jatuh ke lantai, tapi malah hatinya yang terasa penuh.

"Kirei." [Name] bergumam pelan, menarik bibirnya untuk tersenyum. Rasa sakitnya seolah sirna.

Rayne melirik datar wajah [Name] yang telah merona. Tungkai panjang nya maju beberapa langkah, dia membungkuk, lalu mengambil beberapa bunga mawar yang tergeletak di lantai.

"Bunga-bunga ini memberi energi positif. Kau akan baik-baik saja jika memilikinya." kata Rayne menjelaskan, kemudian menyodorkan tangkai bunga itu pada [Name].

Ragu-ragu, [Name] mengulurkan tangannya, dan mengambil bunga-bunga itu dari Rayne tanpa menoleh sedikitpun.

"Kelinci nakal." gerutu Rayne setelah melihat betapa tak inginnya [Name] melihat ke arahnya.

Gadis bersurai emas itu menunduk, menggenggam tangkai bunga dengan erat. "Aku sudah janji tak melihat wajahmu lagi. Jadi tolong pergi."

Rayne diam. Dia merogoh saku jubahnya, mengambil bando pink disana. Setelah di dapat, dia melangkah ke dekat [Name], kemudian memakaikannya pada gadis itu dengan hati-hati.

"Itu cocok dengan warna matamu." ucap Rayne. "Sama persis dengan kelinci putih." lanjutnya.

[Name] tertegun. Dia langsung meraba matanya. Oh, apa selama ini.. Rayne menganggap nya seperti kelinci karena hal itu? Dia segera menoleh ke samping, ingin bertanya langsung pada pemuda itu.

Tapi, nihil.

Tak ada seorang pun disana kecuali dia. Dengan kata lain, Rayne telah berlalu pergi.

"Kenapa dia bersikap lembut tapi wajah dan perkataannya begitu dingin?" [Name] melepas bando pink miliknya yang baru saja dipasang oleh Rayne.

"Tidak kotor. Dan baunya.. seperti dia." gumamnya sambil memandangi bando itu lama. Sedetik kemudian, [Name] melebarkan senyumnya, diiringi dengan tawa kecil.

Rayne.. lucu juga, pikirnya.








🥐
.







HAYOLO! APAKAH BAKAL KEDULUAN SAMA RAYNE?
Rela ga? Rela ga?

Sop iler : chap depan ada yang ngamuk dan sedikit adegan ewe—eh uwu, asdfghjkl 😋🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sop iler : chap depan ada yang ngamuk dan sedikit adegan eweeh uwu, asdfghjkl 😋🌷

my big boy ; mash burnedeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang