"Yon." Sebuah suara mengalihkan atensi Cakra dari buku pelajaran yang ia pegang sekarang, melihat ke arah samping dan terlihat Yuda yang sedang memikul sebuah guling dengan wajah khas orang yang baru bangun tidur.
Sesekali, dia menguap karena pikirannya masih di ambang batas kesadaran.
Cakra menyuruh dirinya untuk duduk, lalu menutup buku belajarnya itu. "Nape, lu? Tumben jam segini belum tidur," tanyanya, membuat Yuda berdecak kesal. Lagipula, ini masih jam 2 pagi. Bisa-bisanya adiknya itu masih terbangun di jam seperti ini.
Walaupun, itu wajar karena secara diam-diam Yuda begadang di malam hari hanya untuk bermain permainan di PC miliknya. Hal itu pun menyebabkan jadwal tidurnya sedikit tidak beraturan.
Entah kelebihan jam tidur, ataupun kekurangan jam tidur.
Bila terlanjur tidur lama, seharian pun sanggup. Teman sekelas Yuda, Kloits, juga memberinya julukan sebagai Beruang Hibernasi karena kebiasaannya.
"Kaga gitu, anjir. Gw udah tidur, cuma kebangun gegara sesuatu, tolol." Ujarnya, mengusap kedua matanya yang susah terbuka karena masih
Cakra menaikkan salah satu alisnya, "Maksud lu, sesuatu kek apa, cok?" Tanyanya, sedikit terbatuk karena tenggorokannya terasa kering.
Yuda mencoba mengingat sesuatu yang baru saja ia alami. Sebuah kilas balik dari pikirannya yang selama beberapa hari menyelimuti alam bawah sadarnya, semenjak tragedi pada waktu itu.
"Gw ketemu orang kek elu di mimpi. Gw ga inget secara pasti, tapi pas itu orang itu sama gw masih kecil." Cakra mengangguk, menunggu lanjutan dari perkataan Yuda yang belum selesai. "Gw main di taman, terus ketemu tuh anak. Tapi, pas di akhir gw denger anak itu nyebut nama yang persis, persis banget sama nama elu, Yon. Perawakan nya rada mirip elu, tapi rambutnya lurus sementara lu sendiri keriting."
Ia membaringkan tubuhnya di atas kasur, "Pertanyaannya, emang gw pernah ketemu sama elu sebelumnya, Yon?" Posisinya menatap dinding, matanya sudah mulai lelah.
Namun, Yuda tidak memperhatikan kedua netra Cakra yang tampak terkejut dengan semua penuturannya. Tangannya mengepal kuat secara spontan, namun ia tetap berusaha netral di depan adiknya itu.
"Gw rasa, nggak. Kita baru ketemuan gegara di Halte itu, kan? Malik sama Kevin kebetulan juga neduh, karena lagi nggak bawa payung abis dari Panti. Sementara gw sendiri neduh seabis beli stabilo di tempat fotocopy. Ingat nggak, lu?" Yuda berfikir sejenak, dan memberi ibu jarinya sebagai tanda setuju.
"Gw mikirnya gitu, cok. Tapi, kok gw bisa mimpi hal gitu, sih? Kek real banget, rasanya deja-vu, anjing." Ujarnya dengan nada pelan.
"Namanya aja mimpi, kadang bisa aja random dari sononya. Mo begimana lagi?" Baiklah, sekali lagi ucapan Cakra benar adanya.
Meskipun ada salah satu cara untuk mengendalikan mimpi sesuai kehendak yang kita mau, atau dikenal dengan istilah Lucid Dream di mata khalayak umum. Tapi tetap saja, mimpi tanpa sebab seperti itu seringkali di alami oleh sebagian orang.
Cakra hanya bisa memaklumi. Nampaknya, Yuda belum terlalu tahu mengenai hal sebenarnya. Di pandangannya, anak itu tetap ada walaupun dengan jiwa dan pribadi yang berbeda untuk saat ini.
Secara spontan, ia pun mendekatkan dirinya ke kasur dengan menggeser kursi gamingnya dan mengelus surai adiknya yang kini hampir berubah menjadi hitam secara keseluruhan. Mungkin itu kebiasaan lama yang tak sengaja ia lakukan pada Yuda dan membuatnya reflek membuka matanya kembali.
Tak lama, Yuda bangkit dari posisinya akibat terkejut dengan perlakuan pemuda itu barusan sehingga kepalanya tak sengaja mengenai dagunya, dan membuat Cakra meringis kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
4 Brother, tapi Bobrok | YTMCI AU
Fanfiction『ALTERNATE UNIVERSE OF YTMCI¡』 -------- Ketika 4 orang yang memiliki kehidupannya masing-masing menjadi saudara, akibat suatu peristiwa yang mengharuskan mereka menjadi satu keluarga. Malik, anggota tertua yang terkadang masih ceroboh dalam bertinda...