XV: Secangkir Kopi Tanpa Gula

248 28 3
                                    

-------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
-------

Yuda mengenakan sweater hitamnya sembari memandang ke arah cermin, kantung matanya mulai terlihat karena semalam ia tak bisa tidur dengan nyenyak. Selama dua hari, dirinya selalu memikirkan ucapan yang Cakra lontarkan padanya yang masih tak percaya dengan kenyataan pahit.

"Ngantuk gue, tai. Cok, muka gua suram kek orang abis kesurupan. Apa jadi orang yang sakit jiwa, ya? Ah, Dua-duanya." Monolognya, kemudian tertawa dan kembali ke raut wajah datarnya.

Duduk di pinggir kasur, membuka ponsel untuk melihat waktu saat ini. Tepat pukul 05:00 WIB, Yuda bangun lebih pagi untuk kali ini. Untungnya, hari ini ada acara di sekolahnya yang mengharuskan para siswa untuk belajar dari rumah. Jadi, ia tak perlu memikirkan hal itu terlalu berat.

Semalam, ia menangis dengan memeluk bantal dan mengunci dirinya dari dalam kamar. Mencoba menenangkan dirinya dari rasa panik yang disebabkan oleh mimpi buruk yang melanda pikirannya selama beberapa kali, dan terbangun dengan keringat dingin pada seluruh wajahnya.

Ketiga kakaknya sudah mencoba untuk masuk ke dalam, terutama Kevin yang memanggil namanya untuk ke sekian kali tadi malam. Namun, tiada respon yang diberikan. Alhasil, ia pun pasrah dan menunggu keesokan paginya untuk menanyakan kabarnya kembali.

Kevin juga sudah diberitahu oleh Malik mengenai kepergian mereka semua ke Panti Asuhan termasuk Cakra yang hendak memberitahu semuanya pada sang bungsu, dan seketika ia membantahnya dengan ekspresi terkejut tiada main pada malam itu juga.

.
.

"Lu jangan aneh-aneh, anjing. Lik, lu serius soal omongannya si Cakra, cok? Terus, gunanya kita rahasiain selama itu dari Yuda apa, hah?! Gua tanya! Buat apa?!" Malik menutup telinganya karena teriakan Kevin, menghindar dari dirinya yang hendak memukul menggunakan sebuah apel utuh dari keranjang buah.

Malik mengusap rambutnya ke belakang, "Kita juga nggak bisa terlalu lama nyimpen rahasia itu. Semuanya pasti bakal kebongkar dengan sendirinya, bedanya bakal jadi lebih sakit daripada kita ngasih tahu ke Yuda secara langsung, Vin." Jelasnya, duduk pada kabinet kecil dekat jendela luar.

Sinaran rembulan memancarkan cahayanya ke dalam ruangan itu, mengarah ke arah Kevin yang mengacak rambutnya secara kasar.

Tak habis pikir dengan tindakan Cakra yang ia rasa terlalu gegabah.

"Bongkar pas ultahnya dia itu bagus buat mentalnya yang bobrok? Yang bener ae lu, bangsat. Meski gua sama Yuda nggak sedeket Cakra, tapi gue tetep tahu kondisi dia di sekolah atau keseharian dia kek mana ya, anjing." Ungkap Kevin, menunjuk Malik dengan jari telunjuknya dan tatapan tajam.

4 Brother, tapi Bobrok | YTMCI AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang