XIV: Sebuah Serpihan Puzzle

264 32 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"Lu kalau kek gitu, gua nggak bakal izinin lu sama Malik keluar dari rumah lagi buat balapan, Vin. Camkan omongan gue."

Baru saja siuman dari kondisinya, Kevin sudah dimarahi habis-habisan oleh Cakra yang emosinya berada di ambas batas toleransi kesabarannya. Yang dimarahi pun terdiam, menatap Cakra yang keluar ruangan sembari membanting pintunya. Hendak menyusul Yuda yang tampaknya masih berusaha menenangkan diri di halaman belakang rumah sakit.

Marvel yang duduk disebelah kasur pun menepuk pelan pundaknya, "Jangan terlalu dipikir soal omongannya Cakra. But, gua ga expect kalau lu bakal banting setirnya kesana sih, cok."

Ucapan Marvel tidak ada salahnya. Lagipula, kondisi Irfan di ruangan sebelah juga kurang lebih mirip. Beberapa sahabat dekatnya juga menemui kondisi pemuda itu, untungnya hanya mengalami cedera di bagian kaki kiri akibat tertimpa motor. Lalu, Kevin cedera pada lengan kanannya yang dibalut oleh kain beserta luka di daerah wajah dan juga kaki.

"Tapi- Setidaknya lu selamat sih, meski cuma cedera. Bayangin lu jatuh ga nabrak itu, udah pindah alam keknya-" Gizan menepuk lengan Nevin, membuat pemuda itu berteriak kesakitan. Lagipula, mulutnya sama sekali tidak bisa dikontrol.

Malik juga menatap sinis anak berbadan kekar itu, seketika membuat mentalnya ciut. Ia menghela nafasnya, salahnya karena tak bisa memperingatkan anak itu sedari awal. Kevin mirip dengannya karena sifat ceroboh dan semena-mena dalam bertindak, sebuah kebetulan yang membuat bahaya dan mala petaka kapanpun mereka berada.

"Tapi... Vin, gua mau nanya. Lu napa serius banget buat turnamen tadi, sih? Mau ngalahin si Irfan, apa begimana?" Tanya Gizan, membuat sang pemilik nama dan pemilik nama menoleh. Raut wajahnya tampak ada keraguan untuk menjawab, tapi dia juga tak ingin memendamnya terlalu lama.

Kevin menggaruk lehernya yang tak gatal, "Ya- Gua cuma mau dapet duitnya sih, niatnya mau kasih hadiah ke seseorang karena besok ultah dia. Dia itu spesial banget buat gua, jadi sebisa mungkin gua buat dia seneng." Jawabnya, sembari tersenyum ke arah yang lain.

Kenyataannya, Kevin sangat tertarik untung memiliki uang. Bahkan, dalam challenge apapun asal ada hadiah berupa lembaran dengan nominal yang lumayan, anak itu pasti akan ikut untuk mendapatkannya secara sukarela.

Secara sekilas, Kevin memang mata duitan. Tapi, ada alasan dibalik itu semua.

Mengenai untuk siapa hadiah tersebut diberikan, Kevin tak ingin menyebutkannya pada yang lain. Tapi, Malik tak diberitahu olehnya pun sudah mengerti siapa orang yang dimaksud.

"Aduh, Vin. Cuma perkara hal itu pun, lu sampe luka kayak gini. Astaga naga... Gua jadi merasa bersalah sama lu, bangsat." Ujar Marvel, merasa tidak enak dengan anak disebelahnya. Sementara, Kevin hanya bisa tertawa dan mencoba untuk menetralkan suasana.

4 Brother, tapi Bobrok | YTMCI AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang