X: Hal yang Terlupakan

267 31 4
                                    

Terhitung, sudah sekitar 2 minggu Yuda masih berada di rumah sakit dan masih dalam tahap pemulihan. Lebih buruknya, dia belum bangun dari tidur pulasnya pada ranjang besi di bangsal perawatan.

Jujur, teman-teman yang lain cemas mengenai diri Yuda yang tak kunjung siuman. Namun, Malik berusaha meyakinkan mereka agar tak terlalu memikirkannya.

Untungnya, luka Marvel juga sudah mulai membaik begitu pula dengan Gizan yang mulai bisa menggerakkan tangannya secara perlahan, walaupun masih dibantu ketika bergerak.

"Vin, Nevin, ambilin itu, dong." Raut wajah Nevin seketika datar, menatap perlakuan Gizan yang sedari tadi hanya menyuruhnya untuk bergerak.

Saat ini, mereka semua sedang berada di ruang inap milik Gizan, kecuali Cakra yang masih berada di ruang inap milik Yuda. Seharusnya, dirinya sudah bisa pulang dari beberapa hari lalu. Namun, karena kondisi tangannya masih dirasa sakit jadi dirinya memutuskan untuk tetap disini sampai sakit pada lukanya dirasa sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya.

Teman-teman di kampusnya juga beberapa kali menjenguk Gizan. Entah itu membawakan buah tangan maupun jajanan, bunga, serta benda-benda maupun hal lainnya yang bisa Gizan terima.

Wajar saja, fans di kampusnya cukup banyak. Terlebih, pesonanya dan juga public speaking-nya yang wajib diberi jempol atas seluruh kemampuannya. Bahasa inggrisnya juga bisa dibilang lebih unggul, dibandingkan dengan bahasa Indonesianya.

"Enak ya lu nyuruh gw jadi babu elu, anjing." Umpatnya, membuat Samsul yang duduk bersebelahan dengan Kevin pun hanya bisa menahan tawanya. Hampir tersedak biskuit yang sedang ia kunyah dalam mulutnya.

Padahal, Gizan masih bisa menggunakan tangan kanannya untuk mengambil beberapa keripik seperti yang Marvel pegang di tangan kanannya saat ini. Wajahnya tampak menggembung karena banyak keripik yang masuk kedalam mulutnya.

"Bro, just give me one more and I'm gonna bring you my Video game in the next time, right?" Baiklah, sepertinya tawaran dari Gizan tidak terlalu buruk.

Di rumah, ia memiliki banyak koleksi video game beserta barang-barang antik yang disimpan oleh Ayahnya dalam sebuah gudang yang tersembunyi di balik lemari perpustakaan. Entah sebab apa ayahnya menyembunyikan semua itu, namun yang pasti banyak koleksi video game langka yang dimana Nevin sendiri baru pertama kali melihatnya.

"Okay, deal." Balas Nevin secara singkat, lalu memberikan sebungkus keripik baru yang sudah ia buka pada Gizan.

"Lu disogok game kok mau, cok?" Tanya Kevin, menyikut Nevin dengan wajah herannya. Sementara, kembaran nama beda huruf awalan pun hanya bisa menggaruk lehernya yang tak gatal.

"Nevin serasa jadi pengawal Gizan, anjir. Woi, lu dibayar apaan selama deket sama dia anj-" Ucapan Marvel terhenti, ketika Nevin memincingkan matanya secara sinis. Marvel kira, dia akan mengumpat karena ucapannya yang terkesan mengganggunya.

Namun, di luar perkiraannya yaitu Nevin yang menunjukkan pose Mewing pada teman-temannya.

"Malah Mewing si bangsat. Anjing, anjing." Samsul membuat raut wajah pura-pura muntah, dan membuat Malik menggelengkan kepalanya heran.

Kemudian, Malik pun bangkit dari tempat duduknya, lalu meminta izin kepada teman-temannya untuk pergi keluar sebentar. "Gw keluar bentar, ya. Mau ke kamar mandi," lainnya mengangguk, kecuali Kevin yang masih berkutat dengan roti yang ada di mulutnya.

Dia pun berjalan keluar, dan beberapa kali menyapa suster maupun dokter yang kebetulan berpapasan sewaktu berjalan di lorong tersebut.

Sebenarnya, dirinya hendak pergi ke ruangan milik Yuda yang berada di lantai 3 dari ruangan Gizan sebelumnya yang berada di lantai 2. Berkat bantuan lift, Malik pun dengan cepat berada di lantai tersebut dan segera mencari ruangan dengan nomor "101".

4 Brother, tapi Bobrok | YTMCI AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang