Chenle terbangun dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya, sebuah ingatan masa lalu dan ingatan dari sudut pandang Jisung membuatnya menangis sejadi-jadinya ketika terbangun.Ia melihatnya bagaimana Jisung yang menangis seperti orang kesetanan serta bagaimana 3 tahun terakhir ini Jisung hidup yang hanya bergantung dengan obat-obatan, Jisung yang selalu tidak bisa melupakan Chenle, dan Jisung yang selalu trauma akan dirinya membuat Chenle sendiri merasa sangat bersalah.
"Jisung." Chenle menangis sejadi-jadinya.
"Dasar anak bodoh, sudah ku bilang kau akan menyesali nya kan? Kau juga mencintai anak itu kan?." Tangan yang terbuat dari kain itu menepuk-nepuk lengan Chenle.
"A-aku bodoh, aku mencintai Jisung setengah mati." Kali ini tangisannya semakin kencang, kenapa ia tidak menyadarinya kalau perasaanya pada Jisung sebesar ini?.
"Lalu? Tunggu apa lagi? Pergi dan hampiri kekasihmu itu sialan!."
"Huh?." Chenle menoleh ke arah ian bingung.
"Astaga, sudah ku kasih kesempatanpun kau masih lemot seperti biasa ya?." Ian menghela nafas. "Kau juga harus menyatakan cinta padanya."
"Tapi Jisung tidak akan mengenaliku."
"Dia pasti mengenalimu, percaya padaku. Tebakanku dan pertolongan dariku itu tidak pernah salah." Ian terkekeh ia mendorong pelan Chenle untuk pergi keluar kamar.
Dengan begitu tanpa mengganti baju piyama miliknya Chenle langsung bergegas mencari Jisung.
Tujuan utamanya adalah rumah Jisung, ketika ia sampai disana dan memasuki rumah tersebut ia dikejutkan dengan seorang wanita yang berada didapur. Chenle pikir itu adalah Jisung? Namun ternyata bukan.
"Siapa?." Wanita itu menatap Chenle bingung.
Lidah Chenle kelu melihat siapa yang ada didepannya, itu adalah ibunya. Ibu Chenle.
"I-ibu?." Ucap Chenle terbata-bata.
"Saya ibunya Jisung, kamu pasti manager Jisung ya? Jisung sudah menceritakannya padaku. Ke sini mencari Jisung?."
Tanpa berpikir apa-apa lagi Chenle menganggukkan kepalanya. "Jisung pergi ke makam seseorang, apa kau ingin kesana dan menyusulnya?."
"Apa itu makam Chenle?." Saat nama Chenle keluar ia bisa melihat reaksi sang ibu yang sedikit tertegun lalu sedetik kemudian ia tersenyum.
"Iya, karena hari ini tepat hari ulang tahun kekasihnya jadi ia pergi kesana." Sang ibu tertawa halus.
"Kekasih?." Chenle menutup wajahnya, sepertinya ia akan menangis.
"Omong-omong, selamat ulang tahun. Chenle." Senyuman tulus sang ibu tampilkan pada Chenle membuat air mata Chenle seketika lolos saat itu juga. "Jangan menangis, ibu tahu bahwa Chenle dan Jisung memang ditakdirkan bersama selamanya. Bahkan setelah Chenle pergi pun kamu akan tetap kembali pada Jisung kan?."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY YOUTH || Jichen
RandomJisung baru menyadari setelah 3 tahun kepergian teman satu grupnya itu, menyadari akan perasaannya yaitu bentuk cinta bukan hanya sayang sebagai sahabat baik. Perasaan menyesal selalu menghantui Jisung sampai ia tidak bisa melupakan sahabatnya itu...