Acara selesai— namun semua staf dibuat panik dengan menghilang nya Park Jisung yang secara tiba-tiba saat selesainya acara, termasuk Chenle yang sekarang berperan sebagai manager Jisung juga dilanda kepanikan. Pasalnya Jisung tidak terlihat selama 30 menit yang lalu.
Chenle berlari ke sana kemari, menanyakan semua orang yang ia lihat untuk mengetahui keberadaan Jisung namun nihil hasilnya. Sudah 15 menit ia mencari tapi Jisung juga belum ditemukan.
"Bagaimana, apa kau menemukannya?! Jika tidak, aku bisa gila!!." Yoon menggoyangkan tubuh Elian, keringat bercucuran ditubuhnya.
"A-aku juga belum menemukannya." Ucap Chenle sedikit terbata-bata.
"CEPAT CARI KEMBALI!."
Dengan begitu Chenle bergegas pergi menuju lantai 2 dimana ruang tunggu para artis berada, karena ini sudah hampir 1 jam jadi artis dan para staf sudah banyak yang pergi meninggalkan venue.
Sampai di toilet yang terletak cukup pojok di lantai ini, Chenle masuk perlahan kesana saat mendengar suata flush toilet dibilik paling ujung.
"Jisung?." Panggil Chenle pelan.
Suara muntah semakin kencang, Chenle tahu bahwa itu suara Jisung.
Karena kekhawatiran yang melanda membuat Chenle membuka paksa pintu toilet yang tidak terkunci, detik itu juga ia melihat Jisung yang seperti memuntahkan sesuatu.
"Apa yang kau lakukan?!." Chenle panik, ia dengan cepat menangkup wajah Jisung untuk melihat bagaimana kondisi anak itu. "Astaga, jika kau seperti ini Kak Jaemin akan marah."
"Minuman, kau yang membelikan minuman itu kan?." Tanya Jisung sinis.
"Iya itu aku, tapi ada apa dengan minuman?." Chenle tidak mengerti, seingatnya ia membelikan minuman yang biasa ia beli dahulu bersama Jisung.
"AKU KAN SUDAH BILANG KOPI! KENAPA MEMBELIKAN HAL LAIN." Nada tinggi Jisung layangkan tepat dimuka Chenle, membuat pria itu sedikit terkejut dengan ucapannya.
Ah— Chenle melupakan fakta bahwa ia bukan Chenle dimata Jisung, tapi Elian di mata Jisung. Tapi kenapa? Itu hanya sebuah minuman, tidak ada yang spesial dari minuman kesukaan Chenle.
"Aku membencinya, minumn rasa itu." Gumam Jisung, ia mengusap wajahnya kasar dan sepertinya amarah kedua akan datang namun dengan cepat Elian meminta maaf dan memeluk Jisung untuk menenangkan pria itu.
"Maaf, tidak akan ku ulangi."
Chenle mengutuk dirinya sendiri karena kebodohannya, mungkin Jisung memang tidak menyukai minuman. Tidak semua hal dapat ia samakan seperti dahulu.
Pada akhirnya Jisung dibawa pulang oleh Yoon dan Chenle diperintahkan untuk datang ke agensi, padahal jam sudah menunjukkan angka 2 dini hari.
Chenle diceramahi habis-habisan oleh atasannya namun karena ini pertama kali kesalahannya akhirnya mereka memaafkan Chenle, namun Chenle pada dasarnya orang yang cuek jadi hal sekecil dimarahi ini tidak masalah baginya.
Di lain sisi.
Jisung kembali ke dorm, ia mendapati Jaemin yang datang dan langsung memeluknya.
"Aku mendengarnya, manager baru mu membuat ulah?."
"Bukan apa-apa kak, aku lelah." Jisung tersenyum tipis dan melepaskan pelukan Jaemin.
"Jangan terlalu memaksakan diri, Jisung. Sesekali kamu itu perlu istirahat." Ucap Jeno, ia menghampiri Jisung dan mengelus kepalanya. "Chenle mungkin tidak akan suka dengan kelakuan mu seperti ini."
"Chenle..... Hahaha, aku hampir melupakannya." Jisung tertawa sinis, ia sudah sangat paham senjata apa yang dipakai kakak-kakaknya itu agar dirinya mau menuruti perkataan mereka. "Aku ke kamar."
Mengabaikan kakak-kakaknya yang berdebat tentang dirinya, Jisung lebih milih memasuki kamar nya. Ia menaruh tasnya dan merebahkan dirinya dikasur.
"Chenle, nama orang sialan itu. Lebih baik dilupakan."
Esok harinya, seperti biasa jadwal sibuk yang selalu mengikuti Jisung membuat Chenle ikut kerepotan karena ia harus mengurus segala macam di pagi hari ini.
"Apa kau, dimarahi?." Tanya Jisung, ia menatap Elian masih dengan pandangan yang sama sekali tidak bisa dimengerti.
"Itu bukan masalah, lagipula ini salah ku." Chenle tersenyum sampai matanya berbentuk bulan sabit.
"Aku—" Jisung terdiam, ia menggelengkan kepalanya tidak jadi berbicara. "Bukan apa-apa, memang itu salahmu." Jisung berdecih pelan lalu membalikkan tubuhnya untuk berjalan pergi.
"Jisung." Suara lembut itu membuat sosok yang dipanggil menoleh ke arah belakang kembali.
Hal itu terasa Dejavu bagi Jisung, ia pernah mendengar panggilan selembut ini namun ia melupakannya.
"Ada apa, El?."
"Kebiasaan banget deh, tali sepatunya." Chenle tersenyum tipis ia menunjuk tali sepatu Jisung yang ternyata lepas disatu sisi.
"Iya, terimakasih." Jisung langsung membenarkan tali sepatu tersebut, padahal saat itu Elian terlihat ingin membantunya namun Jisung yang tahu itu langsung menalikan kembali talinya.
"Omong-omong, terimakasih sudah memanggil namaku." Ucap Chenle senang, ia lagi-lagi tersenyum pada Jisung.
"Padahal cuma nama."
"Nama itu sangat berarti."
Jisung terdiam, entah bagaimana ia harus bereaksi namun melihat reaksi
Elian membuat Jisung tersenyum tipis. Persis seperti Chenle, pikirnya.Kaya maafin juga kalo panjang pendek nya chapter ini ga konsisten karena seusai mood.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY YOUTH || Jichen
AléatoireJisung baru menyadari setelah 3 tahun kepergian teman satu grupnya itu, menyadari akan perasaannya yaitu bentuk cinta bukan hanya sayang sebagai sahabat baik. Perasaan menyesal selalu menghantui Jisung sampai ia tidak bisa melupakan sahabatnya itu...