୧ ׅ𖥔 ۫ 𝗜𝗺𝗮𝗴𝗶𝗻𝗮𝘁𝗶𝗼𝗻

605 57 20
                                    

Secarik kertas jatuh tenggelam dan terburai bersamaan dengan secercah cahaya yang lambat laun mulai meninggalkan belahan bumi untuk bergerak menyinari belahan sisi bumi lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Secarik kertas jatuh tenggelam dan terburai bersamaan dengan secercah cahaya yang lambat laun mulai meninggalkan belahan bumi untuk bergerak menyinari belahan sisi bumi lain.

Sang mentari telah pergi. Namun, bukan berarti ia tak memiliki pengganti. Tak lama kemudian sang rembulan pun mulai memunculkan sosok nya, bergantian untuk menyinari gelapnya malam hari.

Surai halus lembut diterpa oleh dinginnya angin malam itu, menerbangkan beberapa helai rambut indahnya. Gadis itu terduduk di balkon rumah ia berteduh, menyaksikan sunset yang perlahan digantikan oleh warna abu-abu gelap.

Manik kembarnya beralih menatap sosok pemuda tinggi yang berdiri di ujung balkon sembari menaruh telapak tangannya di sebelah sisi kiri pipi nya sebagai penyangga. Mata hijau tosca nya seakan-akan menyala memantulkan cahaya rembulan yang mengenai matanya.

"Kamu bakal dimarahin loh kalo ketahuan masuk ke kamar cewe malem-malem gini."

"Menurut lo balkon juga termasuk kamer? Wah? Kayanya gua harus pasang AC di balkon biar kaga kepanasan pas siang"

Sarkas pemuda tinggi itu sambil beralih menatap padamu menunjukkan kepuasan saat berhasil menjawab pertanyaan mu dengan jawaban absurd nya.

"Kamu gamau balik ke kamer? Bentar lagi bunda pasti ngecek kamu ke kamer loh?"

"Ga, males."

Ya, itu hanyalah secuil percakapan kalian di kala larut malam. Bukankah begitu indah dapat berduaan dengan seorang yang menurutmu special sembari menikmati teh hangat, dan mengamati bintang-bintang bersama?

"Udah hampir 5 hari aku disini... Jujur aja, bunda ga kerepotan kan aku ada disini?" Tanya mu lagi.

"Gatau."

"RIN!?" Bentak kesal mu pada nya.

"Lagian lo nanya itu tiap hari, bosen gua dengernya." Ucapnya sambil melihat kearah lain, mengabaikan omelan mu, "emang lo ga liat gua sama bang sae udah berasa anak tiri?" Lanjutnya tanpa menengok padamu.

Kamu terlanjur bingung dengan ucapan rin yang semakin ngawur, "Ha? Anak tiri? Kamu udah ngantuk ya? Cepet tidur deh." Suruh mu.

Rin memutar bola matanya malas, "Lo liat aja sendiri besok. Emang lo ga sadar tiap hari menu sarapan, makan siang, makan malem, itu makanan favorit lo semua? Bunda juga lebih sering belanja ke pasar buat beli bahan masakan."

Mata mu terbelalak kaget, kamu menaruh jari telunjuk mu di depan bibirmu, "berarti bunda lebih sayang sama aku dong?" Ucapmu sembari menggoda rin yang jelas-jelas terlihat kesal dengan ucapan mu.

"Apasih?" Jawab ketus rin sambil menenggelamkan wajahnya di antara tangannya

Kamu terkekeh dan menghela nafas lega. Beberapa hari terakhir merupakan hari-hari yang cukup berat untukmu. Mulai dari orang tua mu yang mulai mencari keberadaan mu bahkan sampai menelepon teman-teman mu hanya untuk mendapatkan dimana lokasi mu berada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝗧н𝐞 𝑙𝑎𝒔𝑡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang