"Kalo memang kamu masih ada rasa sama lelaki itu, kenapa tidak menolak perjodohan ini dengan tegas? Bukan hanya lelaki itu yang sakit, kamu pun akan sakit. Apalagi kamu sudah berjanji menunggunya" ucap orang yang sedari tadi mendengar perbincangan A...
Aleya menarik nafas, "A'udzubillahiminasy syaiton nirrajim"
"Jangan lupa pakai tajwidnya" peringat Fathar.
"Bismillahirrahmanirrahim"
"Kul—"
Belum selesai satu ayat, Gus Alfathar sudah menegur Aleya, "bukan kul, sayang. Tapi, Qul"ucap Fathar, "hurufnya di keluarkan dari tenggorokan bagian tengah, Qaf, Qaf, Qul" ucap Fathar memberikan contoh.
"Qul" ulang Aleya, Fathar mengangguk, mengartikan Aleya benar.
"Qul a'udzubirabinas"
"Huruf na bertasydid dan Huruf nun bertasydid, agak lebih di tekan bacaannya, birabbi, birabbinnas, coba ulang" ucap Fathar.
"Qul a'udzubirabbinnas"
"Bagus, lanjutkan lagi" ucap Fathar.
"Maalikinnass"
"Ma, nya tidak panjang sayang, Malikinnass, coba kamu ulang lagi"
"Malikinnass"
"Lanjutkan lagi"
"Ilaahinnaas"
"Iya, bagus"
"Min syarril was waasilhannaas" baca Aleya
"Bukan seperti itu, di kalimat min syarri, ada huruf nun bertemu syin, maka dibaca dengung atau Ikhfa, minnsyarri" baca Fathar.
"Minnsyarri" ucap Aleya sedikit kesal karena salah terus dari tadi.
"Pinter, nah, yang terakhir di khonnaas, bacanya jangan hannaas, tapi khannaas, huruf Kho, keluar dari pangkal tenggorokan, Kho, Kho, khonnaas, coba kamu" ucap Fathar.
"Minnsyarril was waasilkhannaas"
"Oke, lanjut"
"Alladziiyuwaswisu fii shuduurinnaas" baca Aleya hati-hati, takut salah, tapi suaminya tak menegurnya, jadi ia melanjutkan ke ayat selanjutnya, "minal jinn natiwannaas" baca Aleya di ayat terakhir.