Buatlah cerita yang di awali dengan kalimat terakhir cerita ke5. Bagi yang tidak mengerjakan tema hari ke5 silahkan menggunakan work peserta lain, jangan lupa memberikan credit.
Semua orang percaya pada dua anak SMA yang khatam dunia teater selama tiga tahun.
[522 kata]
Bukan satu kali saja Ersa diganggu para lelaki bejat. Meski ada aku di sebelahnya, yang notabenenya laki-laki, mereka tetap saja berani melakukan kontak fisik dengan Ersa.Aku memelototi mereka. Berani-beraninya mereka menyentuh Ersa. Aku saja pikir-pikir mau menggandeng tangannya kalau tidak kepepet.
Kami sedang menjalankan misi di daerah yang rawan dengan preman-preman kelainan. Daerah terpencil dengan tingkat kriminalitas tinggi dan pengawasan rendah dari aparat keamanan. Berteriak seperti di pasar malam waktu itu tidak berarti, karena mereka akan semakin mengincar tontonan menarik alih-alih menyelamatkan Ersa.
"Kai," Ersa berbisik ketus padaku. Wajahnya tertekuk seperti bisa menelanku kapan saja, padahal aku tidak salah apa-apa padanya. "Ada orang di belakang kita."
Tanpa diberitahu pun, aku menyadari kehadiran sosok menyeramkan di belakang kami. Badannya besar dan kekar dengan aksesoris rantai, entah dari mobil atau motor. Melawannya dengan tangan kosong berarti bunuh diri di kandang lawan.
"Ayo kita teriak," usulku. "Kita pura-pura kesurupan di sini."
Tiba-tiba saja Ersa berhenti melangkah, menyisakanku berjalan sendirian. Ketika aku menoleh ke belakang, kudapati beberapa preman sungguhan mengikuti kami dan mulai memanggil Ersa dengan nada cabul.
Aku tidak mengerti apa yang gadis itu lakukan. Kenapa dia diam saja sambil menunduk di sana?
Langkah pertama kuambil untuk mendatanginya. "Ersa? Ayo—"
"Pergi kamu dari sini!" Suaranya terdistorsi. Rambut bergelombangnya menutupi seluruh wajah hingga bahu Ersa. Di belakangnya, para preman itu mulai mendekat dan mencoba menyentuh bahu Ersa.
Ketika aku hendak memanggilnya sekali lagi, Ersa mendongakkan kepala. Matanya putih semua, aku tidak tahu ke mana pupil cokelatnya mengulang. "Pergi kalian dari sini!" Jeritannya menggema sepanjang gang sempit yang kami lewati.
Jeritan itu sukses membuat preman terdiam, tetapi sesaat kemudian mereka malah tertawa dan mulai mencoba menyentuh Ersa lagi. Hanya sejengkal jarak mereka, aku hendak mengambil langkah untuk menggapai Ersa, gadis itu tiba-tiba menoleh pada para preman dan menjerit dengan suara yang bisa mengiris gendang telingaku menjadi bentuk petir.
Aku sendiri kaget dengan apa yang gadis itu lakukan. Perlu beberapa detik untuk sadar bahwa Ersa sudah memulai perannya menjadi gadis yang kesurupan.
Tubuhnya mulai bergerak patah-patah dan meliuk abnormal. Para preman di sekitarnya mulai meringsut mundur. Satu dua sudah berbalik badan dan ngacir lebih dulu.
Satu bagian dari diriku menjerit, "AYO MULAI DRAMANYA!" Jadi aku ikut menjerit.
"LARI! TOLONG! CEWEKNYA LAGI KESURUPAN!" Aku berlari tunggang-langgang melewati Ersa yang nyaris kayang sempurna.
Para preman itu membuntut di belakangku sambil mengeluarkan suara seperti lebah panik. "Kau temannya, 'kan? Kasih balik lah dia punya jiwa!" seru preman di belakangku.
Aku mulai terengah. "Saya tidak bisa," ujarku dengan logat khas timur sambil menoleh ke belakang. "Itu orang kalau sudah kesurupan, susah lagi kembali jiwanya!"
Sudut mataku menangkap Ersa. Di belakang sana, dengan tubuh sungguhan kayang. Yang lebih gila, adalah gadis itu mengejar kami semua dengan posisi kayang.
Kalau setelah ini Ersa ditawari main peran di film horor, aku tak lagi heran.
Jeritannya mengiris pendengaran, terdengar pilu dan menyeramkan. Dan yang terpenting, sukses mengusir para preman cabul itu.
Aku menggiring mereka menjauh dari tempat tujuan kami, memberi ruang bagi Ersa untuk memulai misinya meski seorang diri.
Lagi, semua orang percaya pada dua anak SMA yang khatam dunia teater selama tiga tahun.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Hole-and-Corner
Mystery / ThrillerPanik karena semua tulisannya menjadi kenyataan, seorang author wattpad berinisial Aes memutuskan untuk mengklarifikasi bahwa semua yang ditulisnya hanya fiksi semata. Dan di balik semua itu, sesungguhnya semua tokohnya hidup dengan bahagia. [ DWC 2...