Buatlah cerita dengan tema, "Warung."
*゚+ 520 kata *゚+
Sebagai satu-satunya anak laki-laki di antara dua saudara perempuan, hal-hal berbau wanita sudah tidak asing di hidupku. Pun ketika harus hidup bersama Adira (partner misiku), aku tak lagi kaget dengan benda yang dimintanya saat belanja bulanan.
"Nggak mau merk yang lain?" tawarku.
Adira menggeleng dari balik pintu kamar mandi. "Yang panjang pokoknya. Yang ada sayapnya! Harus merk itu!"
Aku mendesah lelah. Meski tak asing dengan benda itu, tetap saja rasanya aneh sebagai laki-laki kalau membelinya sendirian. Dengan berat hati aku melangkah ke warung tempat biasa kami berbelanja. Kesialan yang berpihak padaku menyatakan warung itu tutup, karena menurut desas-desus tetangga, pemiliknya mendadak menghilang. Terpaksa aku melangkah ke warung yang lebih jauh lagi untuk mendapatkan barang keperluan Adira.
Tengah hari itu, warung benar-benar sepi. Hanya tersisa satu karyawan laki-laki dengan wajahnya yang amat tidak bersahabat. Awalnya aku memutuskan langsung masuk dan mencari roti jepang itu dengan cepat, tetapi setelah tiga menit berputar-putar di antara lorong-lorong belanjaan, aku tidak menemukannya di manapun.
Separuh bagian di hatiku gengsi bertanya pada penjaga kasir, mengingat kami sama-sama lelaki. Tapi daripada kena amukan Adira, akan kurelakan separuh harga diriku bertanya keberadaan roti jepang itu.
"Mas, ada pembalut xxx?" ujarku lirih.
"Hah?" Satu bibirnya terangkat menyebalkan.
Aku mengulangi perkataanku dengan wajah kesal lantaran tidak terima mendapat raut wajah ketusnya. "Pembalut xxx, ada?" Usai mengatakannya, aku mengikuti gestur bibirnya yang ingin kucabut dan kubuang di septic tank.
Namun, hal yang tidak kubayangkan tiba-tiba terjadi. Laki-laki itu mendadak membelalakkan mata dan memperbaiki raut wajahnya. "Pembalut xxx, hm? Spesifikasinya?"
Orang ini punya telinga hanya sebagai hiasan. "Iya, yang panjang dan bersayap" jawabku sambil bersedekap kesal. Aku sudah membuang harga diriku dan dia menanyakan hal yang sama berkali-kali. Memangnya kenapa kalau laki-laki yang membeli barang perempuan itu?!
"Oh, sebentar ya. Masnya mau ikut saya ambil? Saya bisa tutup toko sebentar." Tanpa menunggu jawabanku, lelaki itu lekas melipir ke pintu masuk dan menguncinya, bahkan menarik gerbang terluar agar pergerakan kami tidak bisa dilihat dari luar.
Wajah judesnya mendadak lenyap entah ke mana. Tadi dia yang bersikap menyebalkan padaku, sekarang perkara harus mengambil pembalut saja harus dirahasiakan dari semua orang?
Selesai dengan pengambilan privasi, lelaki itu menoleh padaku di depan pintu gudang. "Silakan, Mas. Lewat sini."
Tanpa ragu aku mengikutinya. Apa mereka benar-benar menyimpan benda itu di tempat yang sangat tersembunyi?
Rupanya karyawan warung tadi menunjukkanku jalan ke basemant. Semakin turun ke bawah, semakin gelap pula karena jauh dari sumber cahaya yang ada di lantai atas. Hawa dingin mendadak menyelimutiku yang dilanda kebingungan.
Di dasar lantai, karyawan itu akhirnya menyalakan saklar lampu. Hal pertama yang kulihat adalah pintu besi dengan keamanan yang luar biasa. Di tengah atas pintu besi itu, sejajar mata, aku bisa melihat ada celah berbentuk persegi panjang yang bisa dibuka-tutup.
Karyawan itu mengetuk pintu dengan irama tertentu, kemudian celah itu terbuka. "Pesanan apa?" tanya seseorang dari dalam.
"Pembalut xxx. Panjang dan bersayap."
Beberapa detik hening, pintu besi akhirnya dibuka. Seorang pria berlumuran darah menyerahkan toples bening berisi jantung yang direndam cairan bening.
"Terima kasih sudah berbelanja di warung kami. Pembayaran bisa dilakukan dengan transfer atau pembayaran tukar tambah jasa bantai."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Hole-and-Corner
Misterio / SuspensoPanik karena semua tulisannya menjadi kenyataan, seorang author wattpad berinisial Aes memutuskan untuk mengklarifikasi bahwa semua yang ditulisnya hanya fiksi semata. Dan di balik semua itu, sesungguhnya semua tokohnya hidup dengan bahagia. [ DWC 2...