BAB 6: Perempuan yang sama

198 92 764
                                    

Hai met malmink..

Di bab ini ada tokoh baru >< yg bikin kalian mood alias naik darah (ga deng, lebih tepatnya ketemu si PHO)

Aku kasih wejangan lagu biar galau nya makin apdol 😅😅

Votmen jangan lupa, tandai typo ‼️

××××

"Ku jelajahi kau dengan mesin waktu. Setengahnya adalah kenangan, dan setengahnya lagi adalah rindu."
-Hematala.

Hematala membaringkan tubuhnya diatas kasur setelah melakukan kegiatan yang sangat amat melelahkan selama lima hari berturut-turut. Menjadi ketua ospek bukanlah hal yang menyenangkan, memang bisa akrab dengan mahasiswa baru. Tetapi Hematala akui, menjadi ketua sangat ia takutkan.

Takut akan rencananya tidak sesuai yang sudah direncanakan. Takut semua mahasiswa membuat kekacauan. Takut kakak tingkatnya akan memarahi jika dirinya tidak bertanggung jawab atas tugas yang diberikan.

Namun rasa takut itu kian menghilang kala semuanya sudah terlaksanakan dengan aman, walaupun sempat ada kekacauan sedikit. Hematala ikut senang saat dirinya harus bertemu kembali dengan perempuan bernama Syanaz Fredella Geya.

Pertemuan yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Pada akhirnya, mereka kembali dengan rasa yang berbeda. Semuanya benar-benar jauh berbeda. Dulu, Syanaz adalah perempuan yang sangat berarti dalam kehidupanku Hematala. Kini, keduanya harus dipaksa usai untuk tidak menyakiti satu sama lain.

Tapi sayangnya Syanaz salah mengambil artian. Gadis itu sudah menganggap Hematala seorang yang jahat, dan patut dibenci. Padahal Hematala melakukan itu semua karena ada hal lain yang tidak bisa ia jelaskan hingga saat ini.

Lelah yang tadi ia rasakan kini menghilang saat mengingat dimana Syanaz menangis dalam pelukannya. Gadis yang ia rindukan telah kembali, serta perhatian kecil yang diberikan Syanaz, Hematala sangat merindukannya.

Sudut bibirnya terangkat menampilkan senyuman indah yang selama ini ia simpan. Nyatanya, setelah hubungannya kandas dengan Syanaz, Hematala berubah menjadi sosok yang lebih dingin dan jarang sekali tersenyum. Tapi kali ini, ia tersenyum karena gadisnya-mantannya.

"Khael merokok lagi?" Tanya Syanaz saat melihat lelaki itu sedang merokok dibelakang gudang.

"Kenapa? Kamu nggak suka?"

Syanaz menggeleng dengan wajah yang kecewa. "Aku benci laki-laki yang melampiaskan masalahnya lewat rokok. El, kamu punya aku. Kalau ada apa-apa kamu bisa cerita ke aku, bagi rasa sakit itu biar aku juga ngerasain."

"Nggak semua tentang aku kamu harus tau, Naz."

"Aku tau El. Lagi pula, dengan kamu merokok kayak gini, apa masalahnya bisa selesai? Aku mohon, berhenti merokok sekarang juga." Pintanya dengan sungguh-sungguh.

Khael terdiam memikirkan jawaban yang tepat. Ucapan Syanaz menang ada benarnya. "Aku nggak bisa, Naz. Rokok udah jadi temen aku dari smp."

Syanaz menundukkan kepalanya dengan tatapan sendu. Ia kecewa pada Khael yang tak pernah nurut atas perintahnya. "Aku benci kamu, El. Aku sayang sama kamu, tapi kamu nggak sayang sama diri kamu."

"Kalo bisa sakiti aku aja jangan sakiti diri kamu, El. Aku nggak suka. Aku takut suatu saat nanti paru-paru kamu rusak akibat merokok setiap hari. Bahkan target kamu merokok melampaui batas, sehari aja kamu bisa habisin dua bungkus rokok."

SERANA | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang