BAB 7: Sesakit ini?

172 78 831
                                    

Mett malmingggg semuaaa.. akhirnya aku bisa update lagi di tengah" kesibukan 😹

Di bab ini kalian bakalan ketemu sama cowo ijoo idaman kalian 🥵

Tapi sblmnya harus vote n komen d setiap paragraf nya!! Tandai typo juga cinta 🔥🔥

××××

"Aku kira kamu adalah akhir, ternyata kamu adalah awal dari bab selanjutnya yang berjudul mengikhlaskan." Syanaz.

___________________________________________

Sudah berapa kali Syanaz memutarkan lagu Adele yang berjudul someone like you. Bahkan, gadis itu tidak ada niatan untuk segera tidur, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi.

Setelah Wina pergi dari kamar Syanaz, Syanaz memutuskan untuk menangis berjam-jam sambil mengingat kejadian tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah Wina pergi dari kamar Syanaz, Syanaz memutuskan untuk menangis berjam-jam sambil mengingat kejadian tadi. Dimana Hematala bersama perempuan itu lagi. Perempuan yang merusak segalanya.

Ingatannya teringat kembali saat Hematala membawa gadis itu di hadapannya. Dan langsung berucap meminta usai dengan hubungan yang sedang di jalani. Hematala pergi begitu saja dengan perempuan itu tanpa ingin menjelaskan dimana letak kesalahan Syanaz.

Berkali-kali Syanaz berpikir. Apakah dia melakukan kesalahan membuat Hematala pergi begitu saja? Syanaz terus bertanya pada dirinya, mengingat kesalahan apa yang sudah ia perbuatkan. Namun, hati kecilnya berkata tidak. Syanaz tidak melakukan kesalahan apa-apa.

Ingatannya kembali saat dirinya melarang Hematala untuk berhenti merokok. Apakah Hematala marah saat dilarang untuk berhenti merokok? Syanaz berisi keras. Jika memang itu alasan Hematala pergi, mengapa saat Syanaz melarangnya pada hari itu, Hematala tidak memutuskan hubungan dengan dirinya?

Ah! Syanaz pusing. Kepalanya berdenyut tak karuan. Namun ia masih setia melamun sambil mendengarkan lirik yang terdengar sangat mewakili perasaannya saat ini. Sudah banyak gumpalan tisu berserakan dimana-mana, tetapi Syanaz masih belum ingin berhenti menangis.

Lamunannya tersadar saat ponselnya berbunyi akan notifikasi. Keningnya terkekeh saat melihat nomor tak dikenal. Ya, itu Hematala, Syanaz belum berani menyimpan nomor Hematala.

 Ya, itu Hematala, Syanaz belum berani menyimpan nomor Hematala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SERANA | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang