BAB 2: Melupakan

348 191 713
                                    

Udh siap ketemu Khael?

Sebelumnya vote dan ramaikan komentar di setiap paragrafnya 🔥 🔥

××××

“Jadi, masa lalu itu harus di lupakan atau di kenang?”—Syanaz.

Apel pembukaan ospek ditahun ajaran baru sudah dilaksanakan beberapa menit yang lalu. Kini, semua murid sedang berkumpul di aula yang pastinya sudah berkumpul dengan kelompoknya masing-masing yang sudah ditentukan dari kemarin.

Seperti sekarang ini, Mahesa Auriga selaku pembimbing ospek di kelompok dua sedang mencari satu murid lagi yang ntah kemana perginya. Padahal, tadi pagi temannya sudah memberitahu bahwa siswa itu sempat telat. Tidak mungkinkan dirinya bolos di hari pertama ospek?

"Gimana udah ada anaknya?" Tanya Agatha teman satu angkatan Mahesa yang sempat mengomeli siswa terlambat tadi pagi.

Mahesa menggeleng. "Belum, gue telpon nomornya nggak aktif."

Agatha berdecak sebal. Padahal acara akan segera dimulai dengan siswa yang harus mencari informasi tentang semua jurusan yang ada di universitas Padjadjaran.

"Lo yakin tadi anaknya ada?" Tanya Mahesa meyakinkan. Dirinya belum sempat bertemu dengan siswa itu, hanya berkomunikasi lewat room chat dari grup kelompoknya saja.

Gadis itu mengangguk cepat sebagai respon. "Beneran tadi tuh dia bilang kabingnya itu lo, Hes."

Mahesa memijat pelipisnya. Baru saja di hari pertama sudah ada siswa yang membuatnya resah. "Yaudah tunggu lima menit lagi, gue mau kabarin ke yang lain dulu." Agatha langsung mengiyakan lalu pergi menghampiri anggota kelompoknya.

Mahesa berjalan kearah kelas dimana panitia kakak pembimbing ada disana. Panitia serta kakak pembimbing yang ada di aula berbeda tugas. Kabing yang berada di kelas, dia akan memberikan arahan kepada semua kelompok serta memberikan tugas kepada mahasiswa baru. Berbeda dengan kabing yang ada di aula, mereka akan menjadi ketua kelompok dan mengawal anggotanya menjalankan tugas yang diberikan panitia.

"Maneh ngapain di dieu, Hes?" Dia Nakara Jayendra si pemilik senyuman manis serta incaran maba. Oh iya, asli orang Bandung yang setiap harinya pake bahasa Sunda.

"Dia mana ngerti lo ngomong gitu nyet!" Tegur Edgar Gautama adik kelas Mahesa yang menjadi panitia ospek tahun ini. Edgar sama seperti Nakara, asli dari Bandung.

Nakara menoyor kepala Edgar pelan. "Ari kumaha sia yang sewot?"

Edgar mengusap kepalanya yang sempat di toyor oleh Nakara. Ia tidak menggubris sahutan dari bocah tengil itu, tatapannya beralih menatap kearah Mahesa yang kebingungan. "Maneh ngapain disini? Bukannya tugas maneh di aula?"

"Lagi cari anggota gue yang hilang. Kali aja lo liat cewek yang namanya Syanaz Fredella Geya, anaknya belum masuk aula. Tadi kata Agatha dia masuk tapi kesiangan."

Mendengar suara itu berhasil membuat lelaki yang sedang mencatat agenda segera berhenti kala mendengar nama yang tak asing baginya. Nama yang memenuhi isi pikirannya. Atau gadis yang sempat ia tabrak tadi pagi sebelum apel dimulai.

"Aing teu liat, mungkin anaknya pergi ka kantin. Coba deh maneh keruangan siaran siapa tahu barudakna denger." Jawab Nakara membuat Mahesa segera pergi begitu saja.

Berbeda dengan lelaki yang sedari tadi memilih untuk menyimak. Dia Hematala Khael Keandra salah satu panitia ospek dari fakultas komunikasi. Melamun dengan tatapan kosong dan perasaan yang tidak percaya jika ia satu kampus dengan seorang gadis yang membuatnya jatuh hati.

SERANA | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang