BAB 9: Karena kamu indah

79 36 518
                                    

Alooo.. gimana kabarnya??

Cerita ini masih seru kan??

Aku telat update lagi sibuk bgtttt:(

Ramein ya jgn sampe sepi.. tandai typo!

××××

"Tentangmu, semuanya indah."
Syanaz fredella Geya.

Hematala membanting pintu mobil hingga menyebabkan dentuman keras. Ia berjalan dengan sorot mata tajam kedalam rumahnya. Setelah membuka pintu, ia terkejut ada gadis yang membuatnya kesal—Nadine.

"Kamu pulang, Hema?" Suara cantik itu berasal dari Nadine. Ini sungguh momen langka dimana Hematala pulang kerumah setelah sekian lama berdiam didalam apartemen.

Hematala enggan menjawab pertanyaan yang menurutnya tidak penting. "Dimana Ambu?"

"Ambu didapur lagi ambilin minum buat aku,"

Tak ingin membalas ucapan Nadine, Hematala berjalan kearah dapur menghampiri Ambunya. Sementara Nadine, ia bingung dengan sikap Hematala yang berubah menjadi dingin seperti itu.

"Ambu."

Merasa namanya terpanggil, wanita paruh baya itu membalikkan badannya dan terkejut kedatangan Hematala. "Aa pulang?"

Hematala menghamburkan pelukannya pada wanita yang disebut Ambu. Rasa amarahnya kini hilang saat pelukan hangat itu mendarat ke tubuhnya. Tanpa wanita itu sadari, Hematala menangis didalam pelukannya.

"Hema capek Ambu," lirihnya.

Betapa terpukulnya hati seorang ibu saat mendengar anak laki-lakinya mengatakan seperti itu. Ambu tahu ini sangat menyakitkan, tapi dirinya bisa apa? Jika semua itu keinginan suaminya.

"Permainan apalagi yang Abah lakuin, Bu?" Ambu terkekeh mendengar pertanyaan anaknya.

Ambu melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Hematala. "Memangnya Abah kamu lakuin apa? Dia berbuat apa sampe kamu nangis gini?"

"Nadine bilang sama Syanaz kalo Aa tunangan sama dia,"

"Neng Syanaz ada disini?"

"Lebih tepatnya dia kuliah disini."

Ambu terdiam seraya memikirkan akan menjawab apa dari kalimat anaknya. "Abah belum bicara sama Ambu kalo kalian tunangan. Jadi kamu jangan percaya sebelum denger dari mulut Abah kamu sendiri."

"Sampe kapan? Sampe kapan Aa terus yang berkorban? Setelah kehilangan Syanaz, apa sekarang Aa harus kehilangan jodoh juga? Ambu, Aa berhak nentuin semuanya sendiri."

Tak terasa air mata Ambu jatuh begitu saja saat mendengar semua deretan pertanyaan dari Hematala. Hatinya ikut sakit, bahkan ia sangat bodoh menjadi seorang ibu hingga anaknya harus merasakan hidup sesakit ini.

"Dari dulu Aa nggak pernah cinta sama Nadine. Aa cuma nurutin kemauan Abah biar bisnisnya kembali berkembang. Tapi semakin kesini, Aa rasa Abah nggak tahu batasan."

Ambu menangis dan kembali memeluk anak lelakinya. "Ambu tahu, bertahan sedikit lagi ya? Nanti Ambu bicarain baik-baik sama Abah."

Tanpa keduanya sadari, Nadine mendengarkan semua ucapan Hematala. Ia sengaja menguping dibalik tembok tanpa sepengetahuan Ambu dan Hematala.

Gadis itu sedikit marah saat Hematala mengucapkan bahwa ia tidak pernah mencintai dirinya. Bisa dipastikan tahta tertinggi di hati Hematala masih Syanaz seorang.

SERANA | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang