01. awal mula

62 9 3
                                    

Hallo aku disini

Selamat datang dicerita pertamaku

Jangan lupa bintang nya otayyy!!

*****

“Sekarang aku masih mencintaimu dalam diam, tapi nanti aku akan mencintaimu secara ugal-ugalan”
-seseorang-

Pada akhirnya janji hanyalah omong kosong”
-azaleakiana-

“Maaf, maaf atas segala lukanya. Terimakasih atas semua kenangan yang telah kita buat, aku akan tetap mengenang itu semua.”
-vianpangestu-


"Senja itu indah, ya?" ucap Alea—Azalea Kiana.

"Senja memang indah, dengan melihatnya aja kita bisa merasakan keberadaannya di sisi kita,"balas seorang remaja laki-laki yang masih mengenakan seragam sekolah, dia Vian Pangestu. 

"Kamu mau nggak, janji sama aku?" tanya Alea.

Vian menoleh ke arah Alea seraya menatap manik gadis itu, lalu menaikkan sebelah alisnya seakan berkata 'apa'

"Kamu mau janji kalau kamu akan tetap cinta aku?" tanya Alea, sedangkan Vian tersenyum saat Alea bertanya seperti itu.

Tangan Vian bergerak untuk mengelus-elus puncak kepala Alea, sampai-sampai rambut Alea sedikit berantakan karna ulahnya. "Sampai kapan pun aku akan tetap mencintai kamu, Azalea Kiana," ucap Vian dengan netra teduh miliknya menatap hangat kepada gadis di hadapannya.

"Janji?"

"Janji!" Mereka berdua saling nautkan jari kelingking dan tertawa bersama. 

Kami tak memiliki hubungan tapi kami berdua berjanji untuk saling mencintai satu sama lain, aku berharap kita akan selalu bersama Azalea Kiana. Ucap Vian di dalam hatinya.

Saling mencintai tidak harus memiliki, bukan? Kini ganti Alea yang berucap di dalam hati.

Malam yang cerah dengan bintang-bintang yang menghiasi langit malam yang penuh kemakmuran. 

"Bagi para anak muda kaya raya, tolonglah traktir saya," celetuk seorang remaja yang menggunakan jaket berlogo harimau, dia Giyo Nalendra.

"Biar gue yang traktir," sahut seorang remaja lainnya yang tengah asik menonton televisi—Jendral Reynald sambil melemparkan dompet miliknya kearah sahabatnya itu. 

"Wih, emang dah bos gue ini nggak ada lawan," seru Giyo seraya menangkap dompet yang dilempar oleh Jendral. 

"Beli sekalian buat anak anak yang lain," kata Jendral dengan santai.

"What?! Lo mau traktir kita semua?! Sembilan belas orang, Jen?!" tanya Giyo sambil melompat ke arah Jendral.

Melihat Jendral mengangguk pelan membuat Giyo hanya bisa geleng-geleng kepala, ia sangat heran karna Jendral selalu menghamburkan uangnya tanpa berfikir lagi.

JAVAN DAN SEMESTANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang