yang sebenarnya

162 9 7
                                    


Happy Reading

Sepulang dari sekolah Kaila, Andreas tidak lagi kembali ke kantornya. Ia pulang ke rumah bersama dengan Dika.

Sebelum mobil mereka sampai, Andreas mengeluarkan sesuatu dari kantong celana.

Tiga helai rambut yang kemudian ia masukkan ke dalam plastik klip kecil.

"Rambut Kai?" tanya Dika melihat aksi Andreas.

"Benar!" Andreas memang sengaja mengambil sampel rambut Kai saat ia memeluk Kai.

"Untuk apa?" tanya Dika lagi.

Andreas mendengus kesal.

Kenapa Dika mendadak seperti wartawan, membrondonginya dengan pertanyaan konyol. Harusnya Dika sudah paham, untuk apa rambut itu.

"Tentu untuk melakukan tes DNA, aku mau kau lakukan ini untukku."

"Bukankah sudah sangat jelas, Kai sangat mirip dengan anda saat kecil. Siapapun yang melihat Kai dan anda secara bersamaan. Mereka pasti bisa menebak jika anda adalah ayah biologisnya."

"Aku tau, tapi kemiripan wajah tidak cukup untuk jadi bukti Dika. Itu tidak akan cukup untuk meminta Dea mengakuinya," jelas Andreas lagi.

Membuat Dika jadi paham. Segera melaksanakan perintah sang bos.

***

Sepeninggalan Dika, Andreas memacu kembali mobilnya. Ia ingin kesuatu tempat.

Tak berselang lama, Andreas tiba pada tempat tujuannya. Tempat yang sudah lama ia tidak kunjungi, tempat yang menyimpan sejuta kenangan sang adik. Anna.

Ia menatap rumah pohon kecil nan indah, meski terlihat telah usang. Namun, tak mampu menghapus sejuta kenangan pada rumah pohon tersebut. Ini adalah tempat favorit Anna, sang adik. Anna akan selalu mengajaknya kala ia sedih dan ingin di hibur. Mereka kerap menghabiskan waktu di tempat ini.

Anna hanya akan membawa orang terdekatnya. Sejauh ini, hanya Andreas dan Dea yang mengetahuinya. Dea adalah orang ke dua setelah Andreas.

Anna begitu menyayangi Dea. Karena hanya Dea yang tulus padanya. Mereka pun menjalin persahabatan yang manis, hingga kejadian naas menimpa Anna. Da merenggut nyawa Anna, saat sedang menjalani perawatan.

Mata Andreas memanas, kala ia memandangi rumah pohon milik Anna.

"Anna, kakak begitu merindukanmu."
lirih Andreas. Bulir bening, yang sedari tadi menumpuk di pelupuk mata Andreas, akhirnya terjatuh.

Tangannya mengepal kuat. Mengingat moment tragis yang menimpa sang Adik.

Andreas dengan jelas, melihat Anna bersimpuh darah di rumah ini. Saat itu tidak ada siapa-siapa. Hanya ada Dea seorang.

Keadaan Dea sama terpuruknya bajunya penuh oleh darah. Membuat Andreas yakin, jika Dealah yang mencelakai Anna.

Sejak saat itu pula, hubungan mereka merenggang. Andreas begitu kecewa pada Dea. Hingga tak memberi akses pada Dea untuk menemui Anna.

Meski belum ada bukti, jika Dea lah pelakunya. Namun, Andreas begitu yakin. Sebab hanya ada Dea saat kejadian itu.

Andreas diam-diam telah menyukai Dea, tetapi kejadian itu, membuat perasaan Andreas sirna seketika. Rasa cintanya telah berubah menjadi rasa benci yang mendalam.

Dengan pelan, Andreas menaiki rumah pohon tersebut. Hatinya kembali memanas, kilas moment kebersamaannya dengan Anna terngiang-ngiang.

Andreas menelusuri rumah pohon kecil itu, hingga matanya terfokus pada satu titik. Sebuah kotak biru beludru menarik atensinya.

Andreas ingat betul, sebelum Anna menghembuskan napas terakhir. Ia meminta Andreas untuk memwbawanya ke sini.

Andreas pun meriah kotak itu. Di bukanya secara perlahan.

"Diary Anna," beo Andreas.

Andreas akhirnya membuka buku berwarna pink milik Anna. Buku dairy yang kerap kali Anna bawa.

Lembar demi lembar Andreas baca. Andreas tersenyum, kadang juga menjadi sedih. Kebanyakan isi buku itu tentang keseharian Anna. Perasaan Anna, bagaimana Anna menjalani hari-harinya, hingga kejadian konyol pun tertera dalam buku itu.

Pada lembaran akhir membuat Andreas terpaku.

                 Dear Kak Andreas

Saat kakak baca ini, mungkin Anna sudah tidak ada di dunia ini. Anna cuma mau bilang, kalau Anna sangat menyayangi kakak. Oh iya, Anna heran sama kakak  kenapa tiba-tiba kak Andreas membenci Dea. Padahal kakak tahu kalau Dea adalah gadis yang baik. Dea juga satu-satunya teman Anna.

Anna sedih, saat terbangun tidak ada Dea. Yang bikin Anna semakin sedih, saat Anna tahu kalau ternyataa kak Andreas yang larang Dea bertemu Anna lagi. Dengan alasan kak Andreas mengira jika Dea lah yang melukai Anna.

Kak Andreas salah besar, bukan Dea orangnya. Dea justru udah nolongin Anna. Jika saja saat itu tidak ada Dea, mungkin Anna gak akan tertolong lagi.

Anna mohon sama kak Andreas, tolong temui Dea, jaga Dea untuk Anna.

Satu lagi, Anna punya rahasia bersama Dea.

Kaka tahu? Kalau ternyata Dea menyukai Kakak, hampir tiap hari Dea terus membicarakan kakak. Anna sampai bosan, mendengar celoteh Dea tentang kakak.

Sejujurnya Anna masih ingin bercerita banyak, tapi Anna sudah lelah.
Selamat tinggal kak Andreas.

Anna.

Deg

Andreas seperti ditampar keras oleh kenyataan. Kenyataan, jika bukanlah Dea pelakunya. Andreas telah menaruh dendam pada orang yang salah. Dan satu hal membuat Andreas semakin menyesal, ternyata Dea juga memiliki persaan yang sama.

"Dea menyukaiku?"

Monolog Andreas.

Matanya memanas, hatinya hancur berkeping-keping. Rasanya lebih hancur.

"Anna kakak minta maaf, kakak sangat bodoh."

Andreas memukuli dirinya sendiri. Penyesalannya kini tak berarti. Ia telah kehilangan adik yang ia sayangi, juga telah kehilangan cinta pertamanya.

Parahnya Andreas telah merusak masa depan gadis yang ia cintai.

"Dea maafkan aku."

Andai saja, waktu dapat terulang. Maka Andreas akan mengulang  kembali waktu itu.

Andai saja, Andreas bisa berpikir lebih jernih kala itu, semua tidak akan terjadi.

Andaikan, Andreas mendengar penjelasan Dea lebih dulu, semua tidak akan begini.

Pada akhirnya, Andreas hanya bisa berandai-andai. Kini yang tersisa, hanya rasa sesal tak berujung.




See uu. Makasih dah mampir. Jangan lupa vote dan komen.

Btw kasi krisannya yah.







AndreasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang