Kelalaian Dea?

242 11 5
                                    

Happy reading

Seperti biasa, pukul sebelas siang. Dea akan menjemput Kaila, ini sudah menjadi rutinitas wajibnya selama satu tahun.

Dea duduk dengan gelisah di atas taksi. Pasalnya, pagi menjelang siang ini sangatlah macet. Tidak seperti biasanya.

Dea berulang kali menatap jam yang bertengger indah di tangannya. Ia begitu khawatir pada Kaila. Takut Kaila menunggu terlalu lama.

"Pak, gak bisa ngebut dikit, ya." Pinta Dea, ia begitu gelisah.

"Maaf Bu, tapi ini sangat macet."

Meski Dea sudah dengan jelas melihat, betapa padatnya kendaraan di depan sana. Nyaris setengah jam lamanya mereka terjebak oleh macet. Kendaraan pun tak berkurang, justru semakin padat.

"Aduh bagaimana ini. Kaila pasti sendiri sekarang."

***

Di sekolah Kaila.

Kaila hanya duduk di taman sendirian. Mengayungkan kaki dengan pipi cemberut. Matanya sedari tadi menatap taksi yang lewat, berharap itu adalah sang mommy.

"Mommy mana cih."

"Mommy caila takut hiks."

Kaila terus menatap jalan. Suasana semakin sepi, hanya ada beberapa pengendara saja yang lewat.

Tak lama kemudiam ada yang menghampiri Kaila. Seorang laki-laki, tidak tua juga tidak mudah. Memakai topi hitam juga hoodie hitam.

Sosok tersebut semakin mendekat pada Kaila.

"Hai adik manis," sapa orang itu. Matanya menatap sekitar penuh misteri. Ia lalu duduk di samping Kaila.

"Uncle siapa?" tanya Kaila bingung, matanya mengerjap menatap orang tersebut.

"Uncle ini pemilik rumah yang di sana," jawab orang itu, sembari tangannya menunjuk salah satu rumah tak disebrang jalan.

Kaila hanya mengangguk saja.

"Uncle ke sini, karena melihat kamu seorang diri. Uncle jadi tidak tega. Memangnya kemana orang tuamu anak manis."

"Cai lagi nunggu Mommy uncle,"
balas Kaila. Ia tak begitu menanggapi penjelasan sosok yang di panggil uncle itu.

"Mau main sama uncle yuk, nanti uncle beliin eskrim yang banyak."

Kaila berbinar mendengar kata icecream. Namun, seketika Kaila teringat nasehat Dea.

" Kaila, ingat kata mommy. Kalau ada yang  ngajakin Kaila pergi dan Kaila gak kenal. Juga bukan temannya mommy, jangan ikut yah, sayang. Itu berarti orang jahat."

"Maaf uncle, tapi caila tidak mau pergi. Caila nunggu Mommy." Tolak Kaila pelan.

"Sebentar saja manis. Yuk, kita ke sana."

Orang tersebut masih saja membujuk Kaila, kali ini terdengar sedikit memaksa dan mulai meraih tangan Kaila.

Sontak membuat perasaan Kaila tak nyaman dan merasa takut.

Kalia segera turun dari kursi, ia menjauh dari orang tersebut.

"Caila nda mau cama uncle." Kaila pun mulai berlari. Sayangnya, sekuat apapun Kaila berlari. Itu tidak akan sebanding dengan satu langkah orang tersebut.

Ia terus mengukit Kaila dengan santai.

"Ayolah anak manis, ikut uncle saja."

"Cai nda mau, uncle pelgiii."

Kaila terus berlari. Hingga ia kini berada di pinggir jalan yang sepi.

Membuat kesabaran orang itu menghilang. Dengan cepat menangkap Kaila.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AndreasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang