3. Kevin

32 13 1
                                    

Buku diary baru berwarna merah muda kiambil dari rak buku yang tepat berada di sebelah meja belajarku.

Dear diary

Aku pernah menangis ketika tahu Kevin akan di sekolahkan ke pesantren. Walau kini ku tahu itu semua hanyalah rangkaian cerita untuk mengelabui ku agar aku menghargai Kevin sebagai abang ku.

Busa di bilang dulu aku kurang ajar, karena Kevin sering mengganggu nan jail aku sama sekali tidak ingin menuruti apa apun arahan Kevin, walau aku terkadang membutuhkannya, tetap saja aku akan berusaha sendiri meskipun pada akhirnya Kevin tetap membantuku.

Selisih umurku dan umur Kevin 4 tahun.

Kini aku kelas 7 SMP, Kevin akan melanjutkan pendidikan kuliahnya. Sejujurnya aku sama sekali tak siap juka harus di tinggal sosok laki-laki satu-satunya yang ada saat ini.

"Mau keluar ga?" Tanya Kevin tiba tiba saat dirinya sudah ada di ambang pintu. "Kebiasaan main masuk ga ngetik!" Ujarku kesal seraya menutup buku diary baruku.
"Kenapa sih gitu doang di ributin" ujarnya dengan tangan dilipat depan dada,
"mau jalan ga!"
"Sama mama ga?"
"Mama kan lagi ke rumah om Hendra, jadi kita pergi berdua aja"
"Mau kemana?!" Tanyaku judes karena curiga, sebelumnya Kevin tidak pernah mengajakku pergi berdua saja tanpa mama semenjak papa sudah tidak bersama kita.

"MAU GAK!?" tegasnya seakan enggan memberi tahu
"Ya Udah! Aku ga mau sendirian di rumah"
"Pake jaket, ambil helm, aku tunggu di depan!"

Kevin meninggalkan kamarku dan mendobrak pintu sebelum aku memberi peringatan 'TUTUP PINTU'.

Aku bangkit dari kursi, meninggalkan meja belajar, mengambil jaket merah muda dari dalam lemari, dan beranjak meninggalkan kamar.

"Ambil-in kunci motor!"
"Dih, NYURUH?!" ujar ku sinis
"TOLONG, keysha..." ujarnya melembut di akhir kata. Jujur saja aku geli mendengarnya.

Ku ambil kunci motor dan helm, melangkahkan kaki keluar dari rumah.

Brem brem brem

Suara mesin moge peninggalan papa terdengar nyaring di tengah malam minggu yang konon romantis untuk berduaan dengan pacar, faktanya kini aku tak tahu akan di ajak kemana oleh manusia yang tidak tahu ke sambet apa mengajakku keluar berdua.

Bremmm

Kevin menancap gas begitu semangat tanpa aba-aba. Membuat tubuhku yang belum siap seakan ingin terbang ke belakang "GILA LO! MAU GUE JATOH!?" aku berseru seraya menjitak helm Kevin.

Kevin sama sekali tidak bereaksi, hanya tersenyum simpul.

✩₊˚.⋆☾⋆⁺₊✧

Motor berhenti tepat di depan sebuah danau sepi, jujur saja ini sangat menakutkan, langit malam yang gelap menambah kesan mengerikan di tempat yang sepi. Kevin dan aku turun berjalan mendekati danau.

"Kayaknya kita salah salah waktu deh dateng kesini malem-malem" ujar Kevin sambil menatap pemandangan menyeramkan.
"Serem tau, mau ngapain sih ke sini?" Tanya ku.
"Kalau liat matahari tenggelam di sini, bagusss buanget, kirain kalo malem-malem bakal bagus juga. Makanya aku ajak kamu kesini. Eh... ternyata nyeremin"penjelasan Kevin dengan nada kecewanya.
"Yaudah, ketempat lain aja yo, takut" ujarku
"Dih penakut!" Ledek Kevin sambil membalikan badannya berjalan menuju motor, ledekannya membuatku memutarkan bola mata.

Aku mengikuti langkahnya dari belakang. Menatap siluetnya, yang mengingatkanku pada Papa.

Kevin mengambil acang acang untuk menancap gas sebelum aku menaiki motor "tunggu dong!" seru ku. "Cepet!" Balasnya.

KEYSHA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang