Laut terus terpikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi ke depannya. Banyak beban dan kecemasan yang Laut renungi. Sampai akhirnya jam setengah 4 pagi, ia tidak bisa tertidur.
Dalam kegelisahan, Laut terus mengingat Raya. Ingin sekali laki-laki itu menemui Raya, tapi apa Raya mau menerimanya bertemu di jam begini?
"Ah, bodo amat!"
Setelah meyakinkan diri bahwa pacarnya itu ada di Kost, Laut langsung bergegas bangun dari tidurnya yang kurang nyaman karna dengkuran Rehan.
Laut butuh Raya, butuh pelukan Raya.
Selain banyak beban pikiran, suara dengkuran Rehan yang sangat keras juga menganggu. Rasa gelisah di pikiran Laut juga semakin membuat laki-laki itu tidak bisa memejamkan mata. Sudah di coba, tapi tetap bayang-bayang masa lalu berputar di otak Laut.
Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari otaknya.
Bagaimana jika Arini menghubungi Laut lagi? Atau yang paling parah, bagaimana jika Arini bertemu Laut ketika bersama Raya?
Laut takut ia tidak bisa teguh pada pendiriannya, Laut takut ia tidak konsisten pada perasaannya. Pendirian untuk melupakan Arini, dan pada perasaannya yang harusnya terus untuk Raya.
***
"Kenapa kak pagi-pagi udah dateng?" tanya Raya dengan muka setengah mengantuk.
Bagaimana tidak, Laut tiba-tiba menelepon dan berkata sudah ada di depan pintu kamar kosannya padahal ini masih setengah 5 pagi.
Laut tidak menjawab, ia malah berhambur ke pelukan Raya, menghirup dalam-dalam aroma tubuh Raya. Raya yang masih setengah mengantuk, langsung membulatkan mata terkejut.
"Kenapa Kak?" tanya Raya lagi.
Laut menghela napas berat. "Sebentar aja."
Karna tidak ingin orang-orang melihatnya dan Laut berpelukan di depan pintu kosan pagi-pagi buta begini, Raya menarik tubuh Laut masuk ke dalam kosannya. Gelap sekali, karna Raya kebetulan tidak suka menyalakan lampu ketika tidur.
Laut mengikuti tubuhnya yang di tarik Raya. Pelukan ini terasa hangat, matanya menjadi berat. "Aku.. ngantuk Ray."
Raya menaikkan alis dengan bingung. "Kakak ngantuk? Kenapa nggak balik ke kosan?"
Tidak ada jawaban yang terdengar dari Laut, yang terdengar hanyalah suara napas yang mulai beraturan dengan lembut.
Sadar bahwa pacarnya sudah tertidur di pelukannya, Raya pelan-pelan membawa tubuh Laut menuju kasurnya, merebahkan perlahan agar tidak membangunkan Laut.
Setelahnya melepas jaket yang laki-laki itu pakai, Raya menyelimuti Laut dengan selimut tebal miliknya. Kemudian mengusap pelan rambut Laut.
"Aku nggak tau kenapa kakak tiba-tiba datang, tapi aku senang," kata Raya pelan. Mungkin Laut tidak dengar karna sudah berkenalan di alam mimpi, biarkan saja.
Raya mengecup pelan kening Laut, kemudian berisik lagi, "Selamat tidur Kak Laut."
Duh, Raya jadi salting sendiri setelah berkata demikian. Semoga saja Laut benar-benar sudah tertidur pulas dan tidak menyadari apa yang ia lakukan.
Sekarang, hanya satu masalahnya. Raya akan tidur di mana?
Kosan tanpa kamar dengan satu kasur ini lumayan sempit. Ada sih sedikit space di lantai yang bisa Raya tidurkan. Tapi masa yang punya kost harus tidur di lantai?
Yah, tidak ada pilihan lain. Raya segera berdiri dari duduk untuk mempersiapkan tempat yang akan ia tiduri. Tapi Raya kembali duduk setelah Laut menariknya kembali.
"Tidur sini aja, samping aku," kata Laut dengan suara berat.
Hah? Raya pikiran Laut sudah tertidur. Laki-laki itu masih bangun?
Raya masih terdiam, ragu akan merebahkan dirinya atau tidak. Lagi pula, jantungnya terasa sangat berisik.
Laut membuka matanya perlahan, matanya menangkap Raya yang masih duduk diam. Karna gemas, Laut segera menarik Raya untuk tidur di sampingnya. Ah tidak, dan bahkan Laut langsung menarik Raya ke dalam pelukannya.
Hangat, seperti pelukan yang tadi. Laut merasa sangat nyaman, apalagi rambut Raya wangi cherry, memanjakan penciuman Laut.
"K-kak, kit--"
"Udah, tidur aja. Tidur aja ya sayangku Jagat Raya. Selamat tidur.." Laut berkata demikian sambil mengusap-usap kepala Raya, lalu turun mengusap punggung perempuan itu.
Mati.
Rasanya Raya akan mati. Entah salting gaya apa lagi yang harus saya pakai, yang pasti sekarang rasanya Raya sudah tidak bisa menahan rasa salah tingkahnya, semoga Laut tidak lihat.
Jaraknya dan Laut sangat dekat, Raya bisa mendengar detak jantung Laut yang terdengar bergemuruh.
Duh.. lalu apa kabar dengan jantung Raya? Tidak tahu!
Tolong tanyakan kabar Raya!!
Usapan demi usapan yang Raya terima dari tangan besar Laut juga semakin membuat jiwanya mendidih. Ia merasa nyaman, merasa di sayang dan di cintai, tapi debaran di dadanya sangatlah berisik.
"Aku sayang banget sama kamu Ray, tolong terus di samping aku yaa. Kalaupun nanti aku yang perlahan mulai pergi, aku mau kamu tetep narik aku buat kembali ke samping kamu. Jagat Raya, kekasihku.. "
Cup!
Hangat sekali, ciuman dari Laut di bibir Raya. Tapi, mengapa ciuman pelan itu berubah menjadi lumatan?
Hati-hati Raya, ada singa ganas😭🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Antropolo(ve)gi : Lautan Raya
FanficSebagai seseorang yang berada di dalam lingkup yang sama, tentu hal wajar jika terjadi yang namanya jatuh cinta. Kebiasaan selalu berada di sisi masing-masing sepanjang waktu menjadi pemicu rasa itu tumbuh, lalu merembet tak terhentikan. Di Antropol...