TKA - 24

506 26 4
                                    


Happy reading......

Wajib sambil dengerin lagunya!!

Tempat yang sunyi, hanya ada sedikit cahaya tanpa ada penghuni disana. Cila menatap kosong bangunan tua itu, kakinya melangkah masuk ke lantai atas, tidak lagi memikirkan kakinya yang akan menginjak paku atau besi usang disana.

Tiba di pinggir bangunan, tidak ada pembatas yang bisa saja siapapun jatuh jika tidak berhati - hati.Cila hanya melihat pemandangan jalan raya dari kejauhan, entah apa yang dipikirkannya saat ini.

" Tubuh dan pikiran ku sangat lelah, seberapapun aku berjuang semuanya berakhir sia - sia," keluh Cila.

" Teman - temanku maaf tidak bisa bersama kalian lagi, jangan tangisi kepergianku," batin Cila.

" Tuhan apa aku benar - benar tidak bisa bahagia di dunia ini? Kenapa aku tidak seberuntung mereka? Jika aku pergi dari dunia ini apa aku akan bahagia disana nanti?" Pikir Cila.

Tanpa berlama-lama lagi Cila melangkah maju dan menerjunkan dirinya, ia tidak berfikir akan selamat, baginya kematiannya tidak akan berpengaruh kepada yang lainnya termasuk orang tuanya.

Jika bisa Cila tidak ingin lahir ke dunia ini, ia hanya ingin merasakan rasanya kasih sayang tapi kenapa tuhan tidak berpihak padanya, apa sebesar itu dosa yang diperbuatnya di kehidupan sebelumnya hingga tuhan menghukumnya di kehidupan ini, bahkan Cila gagal dalam masalah percintaan hingga keluarga yang tidak pernah menganggapnya ada.

Brakkk....



Cilaaaaa...

Teriakan itu berasal dari suara Araya yang terlambat datang, nyatanya Araya memberikan alat pelacak kepada Cila karena ia tau cepat atau lambat Cila akan melakukannya, namun nyatanya tidak ada kata terlambat bagi Araya.

Hitungan detik aranya berada dirumah sakit dengan membawa cila, jangan lupa Araya masih memiliki kekuatannya.

" DOKTER TOLONG TEMAN SAYA," teriak Araya yang membuat semua orang memandangnya.

"Nyonya kemari biar kami urus,"ujar salah satu suster yang mengambil alih tubuh Cila dan diletakkan di brankar menuju ruang UGD.

" Tolong selamatkan temanku," pinta Araya.

" Tentu nyonya itu sudah kewajiban kami," ujar dokter.

" Aku harus beri tau mereka," batin Araya.

30 menit kemudian.....

Cklek...

" Dokter bagaimana keadaan teman saya?" Tanya Araya menahan rasa takutnya, selama ini ia tidak pernah takut ketika bersama musuhnya namun itu tidak untuk sahabat serta keluarganya.

" Keadaan pasien masih kritis karena benturan keras dikepalanya, kemungkinan besar pasien tidak akan bertahan lama dan pasien keguguran tapi kami akan melakukan yang terbaik," jawab Dokter itu prihatin.

" Maksudnya keguguran apa Dokter?" Bingung Araya, apa dirinya salah dengar.

" Mungkin pasien belum menyadari dirinya sedang hamil karena usia kandungannya baru dua Minggu," jelas Dokter yang membuat Araya syok.

" Terima kasih tolong pindahkan teman saya ke kamar VVIP," ujar Araya yang diiyakan oleh dokter.

"ARAAAA MANA CILA," teriak bela saat melihat Araya sendirian, bela tidak sendiri semua teman serta kedua kakak Araya ikut pergi kerumah sakit saat mendapatkan kabar dari Araya.

" Hiks...cilaa bell hiks...," tangis yang ditahan Araya seolah meluap saat memeluk sahabatnya Bela.

" Bagaimana bisa ini terjadi?" Tanya Lucas bingung.

Transmigrasi KEILLY - ARAYA || Belum Di Revisi [ Slow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang