Pertemanan yang didasari saling menyukai bisa merubah semuanya kapan saja, kan?
Di sinilah, Jaemin dan Renjun akan memperjuangkan kisah mereka, demi mencapai kata bahagia bersama itu.
Bahagia bersama?
Benar, bahagia bersama.
⚠️ w a r n i n g ⚠️
this...
Rasa melelahkan dan lega adalah yang pertama dirasakan Renjun setiap melihat kamarnya. Seperti pada anak sekolah umumnya, mandi - bermain hp sebentar - tidur - mengerjakan tugas atau belajar- adalah kegiatan rutinnya setiap pulang sekolah.
Dan sekarang di sinilah dia, melakukan sebuah Zoom Meeting dengan Jaemin. Katanya sih, Jaemin memohon-mohon pada Renjun untuk mengajarinya mata pelajaran Fisika.
Fisika selalu menjadi kelemahan Jaemin, sedangkan Renjun sangat benci dengan Biologi. Setiap menghadapi kedua mata pelajaran itu, mereka bagaikan melakukan simbiosis mutualisme, mungkin?
"Keliatan ga sih Na sharescreen aku?"
"Keliatan kok, yaudah kamu mulai aja jelasin nanti kalo ada yang aku ga ngerti baru aku tanyaa."
30 menit adalah waktu yang cukup untuk Renjun menjelaskan seluruhnya kepada Jaemin, dan Jaemin akan memahaminya dengan mudah karena pada dasarnya dia selalu mudah paham jika diajari langsung. Apalagi, jika yang mengajari adalah Renjun. Bucin memang.
"Udah paham semua kan Na? Kalo udah, aku matiin aja nih."
Bukan masalah malas mengajari Jaemin, tapi entah sejak kapan bersama Jaemin selalu membuat jantungnya tidak sehat. Rasanya ia ingin mengubur diri setiap melihat Jaemin yang terlampau manis.
"Udaaah, tapi aku mau ngobrol dulu sama kamu, boleh?"
"Males ah modus."
"Tapi kamu juga suka kan aku modusin?"
Bingo. Renjun sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi jika Jaemin sudah mulai menggodanya tanpa rasa bersalah sedikitpun. Yang sialnya, selalu tepat sasaran karena Renjun tidak bisa menyangkal kenyataannya.
Gak baik buat jantung gue tau gak sih Jaemin????
"Buka kameranya dong, cantik. I wanna see your face."
Renjun menurutinya, toh Jaemin sudah sering juga melihat bagaimana penampilan Renjun di rumah. Ia tidak peduli jika sekarang penampilannya sedang kurang menarik, atau dianggap jelek.
But what Jaemin thinks is different, he is still the most beautiful boy he has ever seen. The pretty face that everyone would go to the war for.
Sekarang Jaemin malah mengarahkan kameranya ke jendela luar. Renjun hanya menekuk alisnya bingung tapi tetap memerhatikan.
Tohis surprise, Jaemin showed the stars outside- Renjun's favorite.
While, Renjun's wide-eye gaze that hold the whole universe will always be Jaemin's favorite.
The universe that has the stars brighter- or even brightest than the stars that Jaemin always showed to him.
"Tadi aku liat bintang di sini lagi cantik banget, tapi yang pertama kali aku inget itu cuma buat nunjukin kamu ini. Suka ga?"