Chapter 8

82 11 3
                                    

Datang ke sekolah disambut dengan ketenangan kelas itu merupakan hal yang patut dipertanyakan. Itu berlaku keras bagi Jaemin dan Renjun yang selalu mendapat sorakan ledekan. Tidak pernah terlewat sekalipun, dan gertakan tidak terima adalah respon mereka setiap hari. Tapi hal itu berbeda untuk hari ini.

Bukan lagi tatapan jahil dari kelas Jaemin dan Renjun, tapi tatapan aneh yang didapat. Tidak ada yang aneh dari mereka berdua. Hanya saja, kedua tangan yang bertaut erat itu seolah-olah sudah menjadi highlight pemandangan hari ini. Terlebih lagi, 2 insan yang tampak bangga menunjukkannya seperti hal yang dilakukan itu normal, menjadi semakin janggal untuk semua orang.

"LAH LU BERDUA NGAPAIN??"

"WOI NA JAEMIN! Kok lu ga cerita kalo udah jadian?!"

"UDAH GA DENIAL LAGI NIH CERITANYA?"

"CEILAHH PASANGAN BARU."

Teriakan dari semua temannya satu persatu seolah tidak ada berhentinya. Terkecuali Haechan, teman yang sudah mendengar semuanya dari Renjun. Dia hanya menatap malas ketika melihat Jaemin dan Renjun yang tampak malu-malu saat diserbu beribu pertanyaan begitu saja.

"Halah giliran gue yang ledekin aja, marah lu berdua." Sela Haechan dengan sengaja dikeraskan. Tapi Haechan tidak keberatan, asalkan temannya itu senang maka dia turut senang melihatnya.

Renjun mendengar itu, dia hanya tertawa pelan menanggapinya. Dia perlu berterima kasih dengan Haechan untuk segala jasanya. Kedua netranya dibawa untuk melirik Jaemin pelan. Mereka bertukar pandang, dan tersenyum dengan penuh arti bagaikan mereka bisa memahami pikiran satu sama lain.

Jaemin sedikit berdeham, akhirnya menjawab salah satu pertanyaan itu. "Masih belum kok."

"Tapi, tungguin aja ya kabarnya."

Waktu tengah malam seharusnya menjadi jam istirahat bagi kebanyakan orang, tapi itu tidak berlaku bagi mereka yang sedang melakukan pertemuan singkat di taman bermain perumahan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu tengah malam seharusnya menjadi jam istirahat bagi kebanyakan orang, tapi itu tidak berlaku bagi mereka yang sedang melakukan pertemuan singkat di taman bermain perumahan itu.

Jaemin selalu menyukai ini. Renjun mencarinya, dan dia akan datang tanpa ragu. Dia merasakan seluruh kepercayaan yang diberi masing-masing. Jika Renjun sedang membutuhkannya, maka Jaemin akan ada di sana, begitupun sebaliknya.

"Jaemin, inget nggak? 10 tahun lalu, kamu bocah yang nangis waktu berantem sama neneknya di sini."

"Gak bakal pernah aku lupain. Aku gak nyesel karena aku jadi kenal kamu."

Hening kembali melanda. Baik Renjun maupun Jaemin asik dengan pikiran yang terus menyerangnya.

Jaemin, do you remember we were sitting there by the swings?

Talked all this and that as if there's no tomorrow,

You made me believe in love again,

You're the best thing that's never been mine.

"What are we, Na Jaemin?" Pikiran Renjun yang tidak sengaja disuarakan.

Jaemin sudah menduga jika pertanyaan ini akan dikeluarkan. Dia mengulum senyumnya, sudah siap dengan semuanya. Jaemin menyukai- bukan. Jaemin mencintai Renjun.

Satu hal yang pasti, Jaemin dengan segala keinginannya tidak akan setengah-setengah lagi.

Tubuh Jaemin beralih untuk menghadap Renjun. Ditatapnya dalam-dalan netra itu, cahaya yang tidak pernah luput dari pandangan Jaemin.

"Renjun, can you believe it?

I remember we were there, sitting by the swings.

And every time I'm with you, it's like the first time.

I made this boy believe in love again so that we can be together.

I fell in love with the person who believes in love again.

You're the best thing that has been mine from now."

Atas semua pernyataan itu, Jaemin mengikis jarak antar keduanya, merengkuh pinggang Renjun untuk semakin mendekat. Kedua dahi itu bertemu, saling merasakan hembusan nafas masing-masing.

Sampai pada penghujungnya, kedua belah bibir itu bertemu. Tidak ada ciuman terburu-buru dengan penuh gairah, melainkan lumatan lembut dengan perasaan yang mereka tahan selama ini. And that was the most magical kiss that ever happened.

Renjun whispered softly between their kisses,
"It has always been a belief, Na Jaemin."

vote and comment would be appreciated, thank you! <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

vote and comment would be appreciated, thank you! <3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

&quot;you're my missing puzzle piece,&quot;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang