Perihal langit, Ia selalu bisa membuat takjub insan yang beradab dibawah naungannya.
Seperti sunset dan sunrise yang menampilkan keindahannya. Warna khas Jingga yang diciptakannya mampu membuatku terpikat.
Ada kalanya aku merebahkan diri di tanah. Memandangi langit berwarna biru cerah, dengan gumpalan awan selembut lembut sutra yang berbentuk beraneka ragam.
Aku menyukai langit, Aku juga menyukai segala cuaca misterius yang disembunyikannya.
Kabut, Badai, Petir, Aku bisa menerima semua hal itu, kecuali hujan. Aku tak menyukainya.
Hujan tidaklah salah malah sebaliknya, hujan itu menenangkan. Air mata yang dijatuhkannya mampu membuatku basah, angin dingin yang ia bawa pergi mampu membuatku kedinginan, Maka dari itu aku tak menyukai hujan.
Waktu kecil aku sering dimarahi oleh ibuku karna mandi air hujan. Mengasikan memang bermain dengan rintihan hujan. Mendengar suara tangisnya saja hatiku terasa tenang. Apalagi, berada dibawahnya kala ia sedang menangis.
Semudah itu dan senyaman itu hujan membuatku sakit.
Kini...
Aku mulai belajar menerimanya.
Karna dia, aku kembali menyukai hujan.Terlebih lagi semua ini bukanlah perihal langit ataupun perihal hujan. Tetapi semua ini tentang perihal yang bersangkut paut dengan dirinya.
.
.
.Vey said:
"Bermain dengan rintihan hujan itu sangatlah menyenangkan, akan tetapi ia hanya menyuguhkan kesenangan sesaat. Sebab hujan mampu membuatku sakit dan terlihat lemah selepas berada dibawahnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu [Message for Raden Armada]
General FictionMengulas kisah tentang diary Vey Atmajaya yang dituju untuk Raden Armada, Di masa lalu dan masa sekarang.