Bab 2.6 Amplop surat

10 2 0
                                    

Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa
tinggalkan vote
.
.
.
.

"Kenapa lo yakin banget sama dia?" 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa lo yakin banget sama dia?" 

"Karena aku mempercayainya, sungguh" kata Vey lirih meyakinkan Raden.

"Hmm...lalu, sekarang kita gimana?" 

"Balik ke tendalah" 

Di keheningan malam yang dingin Vey dan Raden kembali ketenda mereka masing-masing, sementara Dije dan Cakra kini mereka tengah berada di tenda kesekretariatan untuk diintrogasi lebih lanjut.

Tenda ini cukup besar, bahkan lebih besar daripada tenda yang digunakan peserta perkemahan. Sayang sekali didalam tenda ini sangatlah berantakan, terdapat beberapa kardus yang berisi perabotan alat pramuka dan beberapa tali yang berserakan.

Terdapat empat orang di dalam tenda kesekretariatan ini. Dije, Cakra, panitia perkemahan yang entah siapa namanya dan satu orang yang tertidur pulas diantara tumpukan kardus dengan tubuh terlilit tali. Sedangkan panitia perkemahan lainnya sedang istirahat di aula sekolah.

"Kalian ngapain keluar tenda malem-malem?" Tanya panitia perkemahan menyelidiki.

"Saya kebelet kak, makanya saya ke kamar mandi" jawab Cakra sopan.

"Iya saya juga kak" 

"BOHONG!! KAlian pacaran kan, ngaku nggak?"

Belom sempat Dije dan Cakra memberi kalimat sanggahan, panitia ini langsung mengomel tidak jelas.

"DASAR ANAK JAMAN SEKARANG, BUKANNYA SEKOLAH YANG BENER MALAH NGELAKUIN HAL YANG NGGAK BENER!!!" Kata panitia perkemahan dengan nada tinggi.

Awal peraturan perkemahan tahun ajaran baru memiliki beberapa hal yang tidak boleh dilanggar. Salah satunya adalah tidak boleh keluar tenda waktu menghitung domba.

"Apaan sih, sok asik anjir... Belom tau kebenaran nya asal main hakim sendiri aja" Gerutu Dije dalam hati, kesal.

"Berisik tauk" Celetuk orang yang tidur diantara tumpukan kardus. 

Alih alih anggota biasa, Ia adalah seorang pradana, membangunkannya sama saja memancing seekor singga jantan untuk keluar dari kandangnya.

Ia terbangun dan duduk bersila menghadap tiga orang yang tak jauh darinya. Tatapan tajam Ia lontarkan kepada mereka secara bergantian.

"Jadi begini kak, mereka berdua ini ngelanggar aturan" kata panitia menjelaskan kepada sang pradana dengan cemas.

"Suruh mereka balik ketenda" 

"Tapikan kak mereka... baiklah" faham akan isyarat anggukan dari ketuanya panitia ini langsung menyuruh Dije dan Cakra balik ketenda mereka.

Untunglah ada kakak pradana ini atau kalau tidak masalah kesalahan pahaman ini bakal menjadi panjang urusannya. Kini dua insan ini berjalan beriringan menuju ketengah lapangan dengan sisa-sisa abu dari api unggun tadi malam sebagai penandanya.

Kamu [Message for Raden Armada]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang