"Pengecekan barang?", Gumam Galan sesaat setelah mendengar pengumuman dari pengisi suara Changi Airport.
Galan menghela napas, sedikit khawatir barang yang dimodif nya tidak berfungsi.
"Gak, gak. Seharusnya berfungsi buat manipulasi mereka"
Drtt
Drtt
Atensinya teralihkan oleh getaran ponsel miliknya yang berada disaku.
'Gimana, Ga'
"Kerjain aja"
'Masalahnya ada di Daven, dia masuk rumah sakit'
"Zayn, dia perjalanan menuju tempat. Tugasnya biar diganti Remon"
'Kenapa nggak chat gue tadi!'
"Hmm"
'Lo mau balik lagi kapan, Ga. Ada sesuatu yang mendesak buat kita kasih tau lo'
"Sekarang"
Cowok itu mematikan panggilan secara sepihak.
Galan berjalan menuju kursi penumpang yang ia dapat. Setelah pengecekan barang tadi ternyata barang keramat nya tidak terdeteksi. Syukurlah, setidaknya benda yang Galan modif nyatanya berhasil.
~~~
Setelah 3 jam perjalanan menuju Soekarno-Hatta Airport, ia memutuskan untuk pergi ke markas dengan menggunakan taxi online.
"Lo disini mau sampai kapan?'
"Seterusnya", Galan menyenderkan bahu lebarnya disofa.
Sang ketua Legaster itu menaikkan satu alisnya, meminta penjelasan.
"Gue dikeluarin dari sekolah"
Elgav terkekeh. "Kena kasus apaan gan? Terus Lo mau tinggal disini"
Galan mengangguk samar.
"Lo mending kesekolah gua aja", saran Elgav.
"Ogah. Nggak sudi gue kalau harus selalu ketemu ketua lembek kayak elo"
"Sembarangan mulut Lo gue iris", Elgav memukul wajah Galan menggunakan bantal sofa.
"Lagian gue nawarin Lo buat ikut kita plusss gantiin gue tapi Lo ngga mau"
"Gue cuma bantuin. Bukan jadi anggota. Gue cuma balas budi. Ngerti?!"
"Nggak mungkin banget gue ikut Legaster modelan ketua tolol gini"
Mendengar hal seperti itu pastinya akan membuat orang marah atau bahkan akan menonjok siapapun yang bilang seperti itu. Tapi ketua Legaster ini malah tertawa terbahak-bahak. Entah jalur pikirannya itu bagaimana.
Galen yang terlinganya berdengung mendengar suara cowok itu, ia memasukkan sepotong roti yang berada dimeja kemulutnya. Elgav menarik roti yang menyumpil di mulutnya kemudian memakannya.
Galen bergidik.
"Zayn", panggilnya. Matanya menatap pemuda itu, seakan sedang melakukan telepati.
Zayn mengangguk-angguk kecil. "Kita harus nyelesai in besok. Mereka Dateng bergerombol. Rencana kita bakal berhasil kalo Andnggak dateng tadi"
Galan memicingkan alis. "Mau apa lagi dia?"
Zayn mengedikkan bahu.
"Pantau terus. Data jangan sampe meleset. Gue bakal selesaikan besok"
Pemuda ahli IT dan Hacker expert itu mengangguk.
Galan bangkit. Cowok yang memakai hodie abu tua pastel itu mengambil sebuah kunci yang berada diatas meja.
"Kunci gue mau Lo apain!", Elgav menunjuk kunci yang diketahui miliknya.
"Pinjem mobil lo. Besok Lo ambil. Gue mau pulang"
"Elah, gue anterin aja lah. Nanti gue kan yang repot"
Tak mendengarkan perkataan Elgav, cowok itu mengambil 1 tas hitam dan 2 koper besar miliknya kemudian mengambil langkah menuju garasi.
"Anjeng"
~~~
4 jam telah berlalu dan yang ia lakukan hanyalah memetik senar gitar sembari menikmati dinginnya malam hari ini di balkon rumahnya. Galan menatap langit yang kebetulan tidak tertutup oleh awan gelap. Jutaan bintang terpajang dengan cantik jauh sana.
Galan menggulung senyum. "Aku balik lagi kesini, bun. Tapi bakalan menetap, ngga kaya biasanya. Bun, aku cape, pengen tidur tapi ngga bisa"
Galan terkekeh mendengar suaranya sendiri, seperti orang gila yang sedang berbicara sendiri. Itu adalah kebiasaannya semenjak dulu, jika cowok itu tidak bisa tidur, ia akan pergi ke balkon rumah sambil membawa gitarnya dan berbicara seolah sedang curhat dengan bundanya.
Galan memarkirkan motor hitamnya dipinggir jalan yang nampak sangat sepi, jauh dari pemukiman warga.
Ia berjalan disepanjang jalan kecil yang menghubungkannya ke sebuah lahan yang sangat luas. Bibirnya mengembang melihat banyaknya gundukan tanah yang sebagian besar telah tertutup oleh rumput. Galan melangkah mendekat gundukan tanah yang berada didekat pohon beringin.
Galan berlutut disamping gundukan tanah yang telah terlapisi rumput, nisan bertuliskan Alana Hastabraham bin Brahama Agam. Lelaki itu mendunduk.
"I am back bun"Galanta mulai seperti orang gila, bercerita panjang lebar, tertawa sendiri bahkan sampai memperlihatkan sesuatu dilayar ponselnya. Ia suka sekali melakukan hal yang jelas tidak ada gunanya nya itu.
Galan mengeluarkan sesuatu dari jaketnya, lalu tertawa pelan. "Sama tapi tak serupa"
Matanya terus menelisik pada benda hitam yang terdapat ukiran kecil nama nya tetapi sesaat kemudian ia baru menyadari 2 sepatu hitam berada disampingnya. Tangannya reflek menodongkan pistol ke sosok tersebut.
"Eh? Sorry, sorry. Gue bukan penjahat. Turunin", cowok berkacamata orange itu mengangkat kedua tangannya.
"Lo ngintilin?"
"Em, nggak sengaja lihat lo tadi"
"Turunin Ga. Cepet!!", pintanya. Jujurly dia sedikit trauma dengan benda tersebut."Nggak"
"Ga! Okey, Fine gue minta maaf"
"Nggak mau, ah"
Giovano mengeluarkan sebuah benda besi panjang kemudian mengarahkan siap menusuk dada Galan.
"Kasihan emak lo nyari in. Pulang, balikin itu pisau"
"Sembarangan Lo, ini senjata gue"
Galan menarik sudut bibirnya keatas. "Mau potong daging manusia?"
"Ngga usah di spill"
Mereka menurunkan benda sakral itu bersamaan. ......
"Lo siapa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Gangleaders
Teen FictionLyna, seorang wanita yang terobsesi dengan kesempurnaan, diliputi kegilaan ketika dia didiagnosis tidak bisa memiliki anak. Demi mewujudkan keluarga "sempurna"nya, dia menipu suaminya, Herga, dengan meminta kembarannya untuk bercinta dengannya dan m...