03

7 1 0
                                    

"Oh namanya Tai? pantesan"

"Eh? Sorry bang typo maksudnya Toyger", cowok itu meilirk pada sang empu yang tengah melototinya sampai matanya nyaris copot.

Mata Galan memincing saat melihat sesuatu dibelakang celana pria tua bangka tersebut. Ia mengambilnya, sebuah dompet kulit berwarna cokelat.

Pria tua itu sangat terkejut, ia benar-benar tidak tau bahwa dompet itu berada disaku belakang celananya.

Galan tertawa. "Kalau mau buat keributan jangan disengajakan, kelihatan cemen", ia mengulangi kalimat sebelumnya.

Cowok yang katanya namanya Toyger itu melotot. "Woi-"

_Bughh_

Galan menendang perut cowok itu hingga tersungkur ke lantai, lalu melemparkan dompet kulit tersebut tepat mengenai wajah Toyger.

"Makan tu duit"

Toyger menunjuk wajah Galan. "Gue tanda in muka lo!"

"Cabut!", perintah cowo itu yang langsung keluar bersama gerombolannya dari minimarket.

"Mas, terimakasih banyak ya mas. Kalau mas tidak ada disini, mungkin saya sudah berada di kantor polisi sekarang. Terimakasih mas", ucap kakek tua itu penuh damba.

"Yang penting bapak nggak dia apa-apa sama mereka", Galan menepuk bahu kakek itu.

"Kakek mau pulang? Biar saya antar", Galan menawarkan, sepertinya bapak itu kesini hanya jalan kaki saja.

Kakek itu menggerakkan kedua tangannya. "Tidak usah. Kakek bisa jalan kaki"

"Gue nginep dirumah lo", ucap Giovano setelah menatap kakek itu menutup pintu rumahnya.

Ya.. setelah 10 menit dihabiskan hanya untuk memaksa kakek itu pulang diantar, akhirnya kakek yang diketahui bernama pak Sooman itu mengalah.

Ternyata pria berusia sekitar 70 tahun itu memiliki angkringan yang mirip seperti rumah makan. Setelah ditanya memang benar pak Sooman telah mengelola usaha angkringan yang ia rintis sejak 43 tahun yang lalu, cukup lama ya...

Pak Sooman juga bercerita bahwa angkirannya itu cukup ramai karena dijarak 100 meter dari angkringannya terdapat SMA yang memaang lumayan banyak muridnya, tetapi sebagian besar hanya mampir untuk membeli tidak sampai nongkrong.

Pak Sooman tadi sempat bercerita sekitar 2 jam hingga larut malam seperti ini kepada kedua cowo itu. Dan Giovano sedikit tercekat dengan pak Sooman, ternyata ia hidup sebatang kara diJakarta. Istrinya yang telah pergi dan kedua anaknya yang merantau dan tak kunjung pulang membuat hidupnya kesepian. Walau begitu pak Sooman menjalani hari dengan ceria, ditambah dengan angkringannya yang laris membuatnya tak berhenti untuk selalu mengucapkan rasa syukur.

"Lo bukan gelandangan kan?"

"Gue kangen sama lo, lama banget ngga main. Kan pas Lo datang ke Jakarta bulan kemaren gue lagi ada di Malay"

"Lo pake mobil"

"Lha iya. Boleh dongg"

"Nggak, ngga ada. Lahan rumah gue nggak ada buat nampung mobil lo", Galan langsung menancap gas meninggalkan Giovano yang duduk diatas mobil.

"Dih alesan", kesalnya. Ia segera mengikuiti jejak motor Galan.

~~~

Galan mengusap wajahnya kasar. Setelah cowok itu memberantaki rumahnya selama 3 jam, ia mengusirnya dengan gaya ala emak-emak yang sedang mengusir anaknya.

Flashback on

"Huuu anjayy!"

Teriak Giovano yang tengah asyik bermain PS milik Galan. Setelah memberantaki kasur kamar Galan bahkan dapur, cowok kampret itu malah asyik makan kuaci dan kulitnya dibuang sembarangan, sesekali mengenai Galan yang duduk di sofa. Bahkan cowok itu dikelilingi oleh sampah bekas makanannya.

"Lo pulang aja deh", pintanya sambil menonton Play Station yang dimainkan Giovano dilayar.

"Kan gue nginep, Ga", jawabnya tanpa rasa bersalah.

"Your eyes! Dari tadi hancuruin rumah gue", kesalnya.

Tak ada respon, cowok itu terfokus memainkan game nya, 'Driven to Win'.

Ya.. mungkin itu terlalu kekanak-kanakan. Tapi cowok itu sangat menyukai permainannya. Mau bagaimana lagi?

Galan mengambil remot yang berada diatas meja dan menekan tombol daya. Membuat layar yang tengah asyik dinikmati oleh Giovano mendadak mati.

"Alannn!", Teriaknya kesal._
"Sedikit lagi gue menang Lo malah-araghh", cowok itu mengacak-acak rambut frustasi._

Galan mengambil tas cowok itu dan memasukkan sampah yang berserakan dan saking banyaknya tasnya sampai penuh. Anggap saja oleh-oleh.

"Lo harus pulang. Lo besok kan kuliah"

Galan menarik lengan cowok itu dengan bahu kirinya yang menggendong tasnya. Seperti seorang anak dan bapak yang hendak mengantarkan anaknya ke sekolah.

Giovano berdiri dengan malas, air mukanya terlihat sangat tidak mengenakkan untuk dipandang. Galan menarik lengan cowo itu dengan kasar menuju pintu utama.

"Bayy!", Galan mendorong badannya keluar dan melemparkan tasnya ke cowok itu. Menutup pintu dengan kasar._

"Woi kunci mobil gue!!"

prakk

"Anjir!", umpatnya saat kuncinya yang dilempar oleh Galan mengenai wajahnya. Galan menutup pintunya lagi dengan kasar.

Flashback off

Okey, mungkin ia bisa membereskan rumahannya nanti malam......

Beberapa hari terakhir, Galan mengalami ishoma. Dan selama itu juga ia selalu melakukan kebiasaannya, mencari kedamaian dibalkon rumah sambil memainkan gitarnya.

Tapi tidak untuk malam ini, sehabis mengusir kutu kupret itu ia memutuskan untuk menemui seseorang.

Jam menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Setelah selesai mandi cowok itu bergegas ke garasi. Hari ini benar-benar padat untuk Galan.

Cowok itu menatap sebuah mobil hitam yang terparkir dengan apik disamping mobil...... milikinya. Itu mobil Elgav yang tak kunjung dijemput.

Membuka layar ponselnya dan mencari kontak yang bertuliskan 'Ketua ga guna'.

panggilan terhubung

'Apesih ganggu!'

Suara khas bangun diseberang sana. Terdengar sangat aneh.

"Ambil hari ini. Kalau nggak gue jual"

Tut

•••

Hari ini berjalan sesuai rencana Galan. Misinya berjalan dengan sangat lancar, meski beberapa bagian badannya mendapat goresan, itu tak masalah.

Malam hari ini, Galan dengan si kutu kupret alias Giovano sedang berada di angkringan pak Sooman. Entah kenapa semenjak kejadian semalam mereka mendadak menjadi sangat akrab. Mungkin karena sifat pak Sooman yang memang sangat terbuka dengan Galan dan Giovano yang terus penasaran, menjadikan mereka akrab dalam kurun waktu sekejap.

Ternyata pak Sooman sangat asyik, bahkan mereka sesekali tertawa dengan candaan pria tua itu. Sampai rasa lelah mereka seakan hilang begitu saja.

"Memangnya kalau nggak pake kacamata oren nak Giov nggak bisa lihat, rabun?"

Pak Sooman menarik kacamata milik cowok itu. Kemudian mengangkat tiga jarinya.

"Ini angka berapa?"

Giovano berdecak. "Pakk! Saya nggak buta"

Galan tertawa. "Udah pak buang aja atau nggak dijual. Harganya nggak maen pak"

"Berapa memang?"

"Dua......ribu"
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
To be continue......

Ini masih pemanasan dibuat santai dulu ya readerss
Tapi ga bakal lama kok
Ada saran atau masukan? Wahh Sar bakal seneng banget nihh😉😉

Makasih untuk yang sudah membaca, next chapter janlupp dibaca ya

Terimakeset yaah💅

GangleadersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang