......
Ibu Kol Sanjaya meninggal dunia. Beliau memperpanjang izin tugas menjadi 3 hari. Aku harus menggantikannya dalam waktu tersebut. Semua perlengkapanku seragam, sepatu, satya lencana, brevet dll akan diantar jemput oleh supir. 3 hari tidak pulang kerumah. Belum bertemu Nidia.
Kuakui fokus kerjaku tidak terdistraksi oleh urusan rumah tanggaku yang sedang tidak baik-baik saja.
Semua kulakukan sesempurna mungkin, sebisaku, semampuku dan sepenuh hati. Tapi bukan berarti aku mengabaikan Nidia, disela-sela kesibukan, aku chat whatsappnya, tapi tidak ada balasan satupun, kucoba telpon tidak diangkat.
Hari ini aku pulang. Masalah ini harus segara selesai. Aku rindu dia. Aku rindu riangnya, polosnya, lucunya. Aku rindu pujiannya yang berlebihan, rindu wangi lembut parfumnya. Aku rindu tubuhnya. Rindu.
20.00. Kulihat mobilnya sudah terparkir sempurna. Kulangkahkan kaki masuk. Kupanggil namanya 1x, 2x, 3x. Tidak ada jawaban.
Lalu kubuka pintu kamar, dia sedang bersujud mengenakan mukena kado dariku. Bahunya turun naik sambil terdengar isak tangis kecil. Aku putuskan untuk membersihkan diri, menyegarkan fikiranku juga. Hal yang akan kuhadapi malam ini tidak akan sederhana.
20.30 Nidia masih dalam sholatnya. Aku memutuskan untuk membuat 2 cangkir teh manis hangat. Kuletakkan di meja ruang tengah, kusenderkan kepalaku di sofa, empuk, hangat dan nyaman. Kupejamkan mata, sambil menunggu Nidia selesai sholat. Kulihat jam tanganku, 10 menit berlalu. Nidia belum keluar. Mungkin masih belum selesai.
Tidak bohong, badanku sangat lelah, fikiranku kacau, tarikan nafasku berat dan panjang. Kurebahkan badanku perlahan mencari posisi nyaman untuk sekedar memberi istirahat badanku. 20 menit lagi aku akan masuk kamar jika Nidia masih belum keluar, fikirku.
"Pak, bangun Pak... subuh" sebuah suara membangunkanku.. kukerjapkan mataku perlahan sedikit menggeliat kulihat jam tangan, jam 05.00, sudah pagi? Aku ketiduran di sofa?
"Kok tidur diluar toh Pak Letnan?" Mba Ning art kami yang datang hanya 3x dalam seminggu yang membangunkanku, bertanya dengan wajah terlihat bingung
"Hehe.. ketiduran Mba, abis nonton bola" jawabku
"Ngga dibangunin Ibuk toh?"
"Ketiduran juga kayaknya, dia" jawabku lagi sambil tersenyum, senyum yang kupaksakan.
Mba Ning berjalan kearah sofa sambil mengangkat 2 cangkir teh yang kubuat semalam "Iki onok tamu semalem, Pak?" tanyanya lagi
"Iya" jawabku singkat
"Gak aus opo yo, gak diminum teh e, masih utuh" gumamnya sambil beranjak ke dapur.
Di kamar Nidia baru keluar dari kamar mandi, matanya sembab, hidungnya merah, butiran air wudhu masih membasahi pipinya.
Dia menghindari tatapanku. Ingin segera kupeluk erat tubuhnya, sungguh aku rindu kehangatannya tapi aku melihat keengganan bersentuhan denganku dari dirinya.
"Saya ambil wudhu dulu ya, kita sholat jamaah" ujarku, dia hanya mengangguk.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ini Fiksi yaa gaess yaa.. 😎😎
Happy reading~~
Tulisan pertama saya.. mohon maaf masih banyak salah dalam penulisan yang jauh dari EYD ini. Mohon bimbingannya.Semoga bisa dinikmati. Terima kasih 🤎♥️💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Fill The Blank Page
FanfictionIsi kepala dan hati seorang Mayor ajudan mentri yang terlihat sempurna, tetapi mana ada sempurna di dunia?