20

449 19 3
                                    

......

Aku meneguk kopi hitam dari cangkir perlahan. Nidia mengaduk matcha latte yang dia pesan.

"Kopi item 2 sendok teh ditambah gula 1 sendok teh harus diseduh pake air mendidih, masih ya?" pertanyaan dari Nidia kembali

"Iya, masih" jawabku dengan senyum

"Mmm kamu.. pasti sibuk banget ya? Kayaknya lebih sibuk dari asisten ajudan Pak Pres waktu itu"

"Lumayan aja, tapi ada.. lah waktu saya buat me time"

"Makasi ya, Mas udah mau luangin waktu"

Dalam hatiku berkata, jujur kamu terlalu basa-basi Nid. Saya inginnya kamu bicara langsung ke point saja. Bukan saya tidak mau membahas yang lalu-lalu, tapi rasanya tidak nyaman.

"Mmm... Mas Indra, aku mau ngomong panjang boleh ya?" Tanya nya

"Boleh" jawabku

"Ya, pasti boleh sih, ngapain aku nanya kayak gini ya? dari dulu kamu selalu jadi pendengarku yang no. 1" ujarnya

"Tapi menurtmu waktu saya selalu kurang untuk itu" ucapku pelan

"Aku sih yang terlalu banyak nuntut" jawabnya

Aku segera bertanya agar pembicaraan barusan tidak berlanjut kemana-mana

"Nidia, katanya mau ngomong panjang, silahkan.."

Nidia menarik nafas sebelum lanjut berbicara. Wajahnya sendu.

"Aaku.. aku mau sampein bahwa saat kejadian pait kita 4 taun yang lalu itu, aku sakit, aku ancur, aku ngga baik-baik aja, aku jatuh, sejatuh-jatuhnya aku, tapi aku kok liat kamu ngga ya?"

Okay. Here we go again! Aku menarik nafas sambil tetap mendengarkan ucapannya.

"Kamu maju teruss kedepan, ngga pernah nengok kebelakang, ngga pernah liat kesakitan apa yang udah kamu tinggalin ke aku? S2 kamu lulus tepat waktu dengan nilai memuaskan, kamu ranger lulusan terbaik, kamu percepatan kenaikan pangkat, kamu.. bahkan kamu sekarang jadi ajudan Pak Menhan dan kamu seterkenal dan seviral itu sekarang"

Aku masih diam menunggu dia melanjutkan.

"Jadi bener yang aku bilang kalau selama aku dampingin kamu, aku cuma bakalan jadi penghambat aja kan? Buktinya tanpa aku kamu jauuuhh didepaan, ninggalin aku susah payah sendirian"

Bicaranya tenang, tapi tajam. Jujur aku sangat menahan diri untuk tidak mengeluarkan sepatah katapun sampai dia selesaikan semua yang akan diucapkan padahal hati ingin berteriak. 

"Kamu bukannya ngga tau kalau akta cerai kita jadi konsumsi publik kan? Foto nikah kita disebar dimana-mana? Followers aku juga naik pasti itu efek dari keviralan kamu, mereka pasti kepoooo siapa sih mantan Istri Mayor Indra? Kenapa nih mereka cerai? Kayaknya istrinya deh yang ngga bener banyaklah yang negatif-negatif, terus ngga ada tuh aku liat usaha kamu buat bikin clear ini semua, lukaku belum kering ya Mas, sekarang malah dicongkel lagi ditambahin garam sama asam kamu tau?"

Jeda sejenak. Aku masih diam. Dia melanjutkan lagi.

"Kepala kamu emang isinya kerja..kerjaa..kerjaa aja teruss, ga peduli gimana orang sekitar kamu, enak ya, private semua akun sosmed dan ignorance sama semua yang terjadi"

Kejadian 4 tahun yang lalu kembali dalam ingatanku. Saat itu yang kulakukan hanya meng iya kan tanpa memberitahu apa yang kurasakan. Kali ini tidak lagi.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ini Fiksi yaa gaess yaa.. 😎😎
Happy reading~~
Tulisan pertama saya.. mohon maaf masih banyak salah dalam penulisan yang jauh dari EYD ini. Mohon bimbingannya.

Semoga bisa dinikmati. Terima kasih 🤎♥️💚

Fill The Blank PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang