CHAPTER 02

82 9 3
                                    

Warning! : Karya ini adalah fanfiction penggemar. Cerita ini hanyalah imajinasi, harap tidak ada kekeliruan dengan kenyataan.

.

.

.

.

.

Happy reading?
__________

SOMEONE POV.

Mereka mengenalnya dengan nama Miya Atsumu, seorang pemuda bersurai blonde cerah yang begitu ceria dan unik. Berisik, bawel, banyak tingkah, mudah tertawa dan sangat terbuka.

Selalu bertengkar dengan kembarannya Miya Osamu, apa lagi jika sudah menyangkut tentang puding. Tak akan ada yang mau mengalah.

Masuk kedalam SMA Inarizaki di prefektur Hyogo Jepang. Atsumu bergabung dengan tim voli putra di club' voli SMA Inarizaki, yang telah mengikuti turnamen voli tingkat nasional selama tiga tahun berturut turut. Dan merupakan Runner-up Interhigh terakhir dan unggulan kedua saat ini.

Ya, itu lah yang mereka ketahui tentang Miya Atsumu, si setter ceria dari Inarizaki.

Berbeda dengan atsumu yang aku dan lainnya kini kenal. Sosok atsumu yang sebenarnya.

Dan bagaimanapun... Atsumu tetaplah manusia biasa, bukan super apa lagi bisa berubah. Walaupun memiliki banyak sifat positif secerah matahari, dia juga memiliki sisi rapuhnya sendiri.

Ia tidak terlahir dengan keadaan yang baik. Tak di inginkan, di lahirlah dengan rasa sakit, tetapi harus berpura pura tertawa dan terlihat tumbuh bahagia padahal ia tumbuh dalam kegelapan yang selalu ia tutupi.

Semenjak Masami-san membentaknya- membentak karena ia marah terhadap atsumu yang terus membohongi perasaannya sendiri. Awalnya kami hanya menegurnya, seperti- cobalah untuk memikirkan keinginan dirinya sendiri, bukan orang lain.

Ya walaupun caranya agak salah, kak Masami hanya khawatir.

Atsumu itu... Ceria, senyumannya manis, selalu dapat mencairkan suasana, dan... Secerah matahari pagi.

Tetapi di manapun ada cahaya, pasti juga terdapat kegelapan. Dan semakin terang cahayanya, semakin kelam juga bayangannya.

Atsumu sakit, mentalnya hancur. Selama ini ia bertahan, selama itu juga keadaan mengikis pertahanannya. Bagaimanapun, manusia itu pasti ada kalanya menyerah, dan atsumu menyerah akan keadaan. Yang terus saja memberinya pilihan sulit tanpa menunggu atsumu terbiasa.

Seperti saat ini, dari bangsalnya, ia menatap kosong ke arah jendela yang menyorotkan sinar orange lembut dari langit sore. Hampa, tak ada emosi apapun darinya.

"Atsumu, kau tidak lapar?"tanya diriku sembari menyodorkan sendok berisi makanan yang tak sedikitpun di lirik olehnya.

Tak ada jawaban, atsumu tetap di posisinya yang menatap keluar jendela kosong. Menyerah, aku kembali meletakan sendok dan piring di atas nakas, ikut menatap apa yang sedang ia tatap.

Sesaat kemudian, aku di buat tertegun dengan pemandangan yang baru saja ku lihat. Sebuah keluarga, dengan sepasang anak laki laki dan perempuan yang sedang bertengkar.

Tak lama, terlihat sang ayah mendekap anak perempuannya yang akan menangis. Sang ibu menasehati anak laki lakinya-entah apa itu. Tapi kemudian, anak laki laki itu maju dan mengulurkan tangannya, berniat meminta maaf.

Ya, keluarga yang harmonis.

"Kenapa mereka bahagia?"

Aku terperanjat atas pertanyaan atsumu itu, tiga buah kata yang baru ia ucapkan sejak pagi tadi. Memandang dirinya yang masih menatap kosong ke depan, ku genggam tangannya dan mengusap ngusapnya pelan.

"Karena semua orang berhak bahagia. Entah itu kapan, tapi semua orang pasti akan merasakannya. Termaksud dirimu, jadi tetap berusaha buat bahagia ya tsum."

Sunyi beberapa saat, sebelum atsumu mengeluarkan suaranya lagi."Tapi aku tidak ingin bahagia."

"Kenap-"

Belum sempat aku bertanya, atsumu memotongnya dan membuatku kembali tertegun. Terdiam seribu bahasa.

"Karena aku ingin mati."

⚜ ⚜ ⚜

AUTHOR POV.

Sebuah suara telepon yang terdengar nyaring memenuhi penjuru ruangan, dengan tergesa seorang anak kecil perempuan berambut blonde cerah menghampiri telepon rumah itu dan kemudian mengangkatnya.

"Halo?"

Sapaan terdengar dari sebrang, mata anak kecil itu langsung berbinar mendengar suara yang memang dirinya tunggu. Sebelum mengeluarkan kata kata ia berdehem kecil untuk mengubah suaranya menjadi lebih serak.

"Halo Osamu!"Sapa dirinya ruang kepada orang di sebrang telepon.

Sebenarnya ia lelah dan kakinya sakit terus berdiri, luka itu masih tertinggal di kakinya, yang mana jika celananya di singkap maka akan terlihat lebam biru keunguan di sana. Tetapi tak apa, ia tidak memedulikan itu hanya untuk berbicara dengan Osamu.

"Apa kabar Tsumu?!" Tanya Osamu dengan semangat dan nada yang menyiratkan kerinduan besar.

Rumah itu sepi, entah kemana penghuni yang lain, meninggalkan atsumu sendiran. Tapi sekarang tidak lagi, ada Osamu sekarang.

'Sakit Sam..' batinnya lelah.

Lain di hati lain juga di mulut."Baik! Osamu juga apa kabar?"

"Tsumu, Tsumu, kamu kapan pulang?" Mengabaikan pertanyaan atsumu, Osamu balik bertanya dengan nada sedih.

Dalam hati, atsumu terkekeh miris. Tanpa Osamu tahu, bahwa kedua orangtua mereka lah yang mengusirnya. Ah, tidak. Orangtua Osamu, hanya orangtua seorang Miya Osamu.

"Memangnya kenapa?"Ia enggan menjawab. Bukan karena tak bisa mencari alasan lain, tapi mungkin karena saat itu ia terlalu sakit hati untuk membohongi dirinya sendiri. Dan orang lain.

"Ayo kembalilah! Kau tau? Kemarin tou-san dan kaa-san membelikanku peralatan sekolah yang baru! Kau tidak iri? Cepat kembali Tsumu!"

'Iri ya? Jangan di tanya samu, tentu saja aku sangat iri.' batinnya lirih.

"Tentu saja aku tidak iri, bibi dan paman juga memberiku hadiah kok! Memangnya kau saja yang mendapatkannya!"Balas Atsumu tak mau kalah. Walau kenyataannya tak seperti itu.

Memang benar jika tentang hadiah yang di katakannya, mereka memberikannya setiap hari malah. Tapi hadiahnya tak semenyenangkan itu.

Ia rindu rumah, ia rindu Osamu, mereka berdua kan anak kembar, lalu mengapa orangtuanya selalu ingin memisahkan?

Ah, karena tentu saja walau kembar, mereka tak sesama itu.

'Osamu... Itu laki laki.'

⚜ ⚜ ⚜

_ TBC _

Heyo bro! Apa kabar?

Masih ada yang baca kah? Kok gak di vote?

Jangan lupa vote and komen ya! Tolong vote nya Bestai.....

Sampai jumpa broh!

Atsumu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang