CHAPTER 06

46 5 0
                                    

Warning! : Karya ini adalah fanfiction penggemar. Cerita ini hanyalah imajinasi, harap tidak ada kekeliruan dengan kenyataan.

.

.

.

.

.

Happy reading?
__________

AUTHOR POV.

Sebenarnya apa arti dari kebahagiaan itu? Mengapa semua orang ingin bahagia? Dari yang kecil hingga dewasa, mereka semua ingin bahagia. Lantas, jika tidak tercapai kata bahagia itu, mengapa banyak orang yang bunuh diri? Merelakan nyawa mereka untuk mati? Apa mereka telah menyerah mencari kebahagian itu?

Apa bahagia itu ketika kau mendapatkan rangking tinggi di sekolah? Apa ketika kau mendapatkan barang yang selalu kau impi impikan? Saat sesuatu yang kau sukai sering terjadi? Menghabiskan waktu dengan orang tercinta? Atau mendapatkan sesuatu dari orangtua?

Atsumu telah membuang semua itu, atsumu tidak peduli lagi dengan itu semua. Baginya kebahagiannya terdapat pada seseorang yang kini terbaring di ranjang dengan selang infus yang menancap di lengannya.

Ucapan sang ayah tak lagi dirinya ingat dan pedulikan, atsumu telah menyerah tentangnya sejak lama, sejak menyadari mata mereka akan selalu buta untuknya. Tetapi, kini dirinya menyadari, bahwa ada seseorang yang selalu membuat ia tersenyum, membuat atsumu bahagia.

Bersama adik kembarnya Osamu, atsumu bahagia. Menghabiskan waktu dengan Osamu membuat perasaan senang dan hangat tumbuh di hatinya. Persetan dengan salah siapa dirinya memiliki nasib seperti ini, atsumu suka berada di dekat Osamu.

Atsumu menyadarinya. Atsumu baru menyadarinya ketika ketiadaan Osamu di sampingnya. Ia kesepian, Atsumu merasa sendiri. Atsumu terlambat menyadarinya.

Dengan mengendap endap, atsumu berjalan masuk ke dalam kamar tempat adik kembarnya di rawat yang saat ini sedang dalam keadaan sepi. Ia mengambil tempat tepat di samping Osamu dan dengan hati hati menggenggam tangan pucat adiknya dengan tangannya yang bergetar.

Ia Tremor.

"O-osamu..."

Bisikan bergetar atsumu memenuhi ruangan yang hanya terdengar detak jam dinding dan alat monitor di sebelahnya. Angin berhembus pelan membuatnya masuk kedalam kamar karena jendela yang tak tertutup dan menerbangkan gorden hijau itu. Cahaya orange lembut menerobos masuk dari sela sela yang ada. Sore hari yang damai. Untuk sebagian orang, dan juga mungkin Osamu.

Suara sesenggukan mulai terdengar dari seorang gadis kecil yang mulai menjatuhkan air matanya dengan tubuh semakin bergetar. Pipi tirusnya karena kekurangan makan dan pucat menjadi basah terkena air matanya yang luruh.

"O-osamu..."

Isak tangis pun semakin menjadi, atsumu menundukkan kepalanya guna menyembunyikan wajah penuh air matanya. Padahal, tidak ada seorang pun yang ada di ruangan itu. Hanya ada dirinya, dan adik kembarnya yang masih terlelap dalam tidurnya.

"M-maaf, A-aku minta maaf... M-maaf..."

Ia berhenti sejenak untuk meredamkan suara tangisannya yang menjadi.

"Ayo b-bangun... Sumu kesepian. Jangan tidur lama lama... Sumu janji gak bakalan kayak gitu lagi..."

Baginya sekarang, Osamu lebih berharga. Osamu segalanya bagi dirinya. Dan tanpa ia sadari, kini Osamu menjadi harapannya bertahan. Harapannya tetap menahan semua ini.

Atsumu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang