Temaram II

4 0 0
                                    

Dapat ku pastikan, hampir 75% makhluk Bumi membenci hari Senin. Namun, tidak  dengan aku saat ini, sebab pihak kantor mengijinkan aku untuk mengambil jeda beberapa hari, sekedar untuk memulihkan kaki kananku kembali.

"Andai bisa seperti ini setiap hari" 

Aku merebahkan tubuhku di atas sofa depan TV, memeriksa beberapa notifikasi yang ada pada handphone.

"Seperti biasa, tidak ada yang penting" 

Aku perlahan membawa jiwa menuju alam mimpi, sebelum suara bel mengacaukan semuanya.

"Siapa yang berkunjung pada jam kerja?" Dengan susah payah aku melangkahkan kaki menuju pintu, berharap tak ada masalah yang datang setelah ini.

"Hai, Lala" Dua kata yang terdengar saat pintu resmi ku buka. Kau pasti tau siapa yang datang. Ada seikat bunga dan sebuah totebag yang ia bawa.

"Ya Hai" 

"Perihal kemarin aku minta maaf" Ucapannya pada inti.

"Lupakan Taka" 

Ia mengangguk pelan. Aku bersusah payah melupakan dan ia malah mengingatkan kembali.

"Tidak diizinkan masuk Lala?" 

"Hmmm, ya silahkan"

Tangannya terulur ke puncuk rambutku ada usapan halus yang terasa. "Terima kasih Lala"

***
Baru saja aku menduduki sofa dan deringan handphone menarik perhatian aku dan Taka.

"Hai" Sapaku pada seseorang di seberang.

"Nala baik-baik saja Bu, tak perlu khawatir"

"Tentu saja, untuk apa berbohong? Nala baik-baik saja"

"Me too, hug for long" Kalimat penutup dariku mengakhiri percakapan antara ibu dan anak yang terpisah oleh jarak.

"Kenapa berbohong?" Aku hampir lupa jika ada Taka di samping ku, karena aku terbiasa sendiri.

"Secara keseluruhan dapat dikatakan aku baik-baik saja, Taka"

"Lalu, bagaimana dengan kaki kananmu, Lala?"

"Ah lupakan Taka, bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan" 

"Aku khawatir Lala"

Aku tertawa pelan, satu-satunya yang perlu dikhawatirkan bukanlah kaki kananku, tapi hatiku. Ia menarik kedua kakiku, menaruhnya pada pangkuannya.

"Apa yang kau lakukan, Taka?" Mataku membulat, apa yang ia lakukan sungguh membuat jantungku bekerja dengan ekstra.

"Melahap mu, Lala" 

Refleks aku menyilangkan kedua tanganku di dada dan memicingkan mata.

"Jangan berpikiran jauh, Lala" 

Tangannya sibuk mencari sesuatu di dalam totebag yang ia bawa. "Ini namanya kneeheat Lala" Ocehannya padaku, dan aku hanya mengangguk. "Jangan terluka lagi, Lala" Ucapnya tulus, melingkarkan yang ia sebut kneeheat di pergelangan kaki kananku. "Janji?" Jari kelingkingnya diulurkan ke arahku. "Janji tidak terluka lagi, Lala?" Ulangnya.

"Bagaimana jika aku mengingkari janji?" 

Ia terdiam sejenak. Tampaknya sedang berpikir. "Maka Lala harus membuat janji baru lagi" 

Entahlah, kalimatnya barusan membuat tawa bergema. "Ada-ada saja kau Taka"

"Untuk Lala" Ia memberikan seikat bunga yang ia bawa padaku.

"Untukku?" 

"Tentu, untuk Lalaku"

"Lalaku?" Ulangku membeo.

Tentang TemaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang