Setelah keluar dari taksi, Naifa langsung berlari tergesa-gesa. Ia langsung bertanya pada suster pasien kecelakaan beruntun itu. Naifa berlari menuju ruang UGD.
Beberapa menit menunggu pintu itu pun terbuka, seorang Pria berjas putih itu keluar, Naifa langsung mengampirinya.
"Maaf dok, bagaimana keadaan saudara Gibran?"
"Apa anda dari keluarga pasien?"
Naifa segera mengangguk. "Saya istrinya Dok."
"Maaf bu, kondisinya sangat kritis. Banyak luka disebagian tubuhnya. Selain itu juga Pasien kehilangan banyak darah. Sekarang kami sedang melakukan ronsen untuk saraf-saraf bagian dalam. Kami baru memprediksi bahwa ada kerusakan dalam saraf otak pasien." ucap Dokter.
Mendengar menjelasan dokter membuat tangisan Naifa kembali menderas. Dari kejauhan Mama Dan Papa berlari dengan tergesa. Pasalnya tadi saat Naifa ditaksi ia segera memberitahu orang tua dan mertuanya. Melihat menantunya ini menangis, Mama langsung menuntun Naifa untuk duduk.
Naifa terus menangis dipelukan Mama mertuanya. Papa bingung melihat menantunya menangis, akhirnya Papa pun bertanya.
"Apa yg terjadi Fa? Bagaimana Azzam?"
"Mas Azzam mengalami kecelakaan beruntun Pa, Kata dokter keadaannya kritis. Trus Mas Azzam kehilangan banyak darah. Dan Perkiraan dokter ada saraf yg terganggu pada otak Mas Azzam." Ucap Naifa dengan lirih.
Tak lama Ibu dan Ayahnya tiba. Ibu langsung memeluk anaknya itu. Sementara Ayah dan Papa berbincang mengenai Azzam.
Beberapa jam kemudian Dokter keluar, ia membawa beberapa berkas hasil ronsen. Naifa langsung bangkit diikuti Ibu dan Mamanya. Begitu juga Ayah dan Papa.
"Bagaimana dok?" tanya Papa.
"Hasil pemeriksaan kami menunjukan bahwa pasien mengalami cidera otak. Benturan dibagian kepalanya lumayan keras. Kemungkinan yg terjadi saat ini adalah koma atau bahkan bisa meninggal dunia. Tapi sejauh ini kondisinya masih kritis."
Semua yg mendengar penjelasan dokter pun terkaget. Terlebih pada Naifa, tubuhnya lemas, kepalanya terasa pusing, pandangannya tertutup oleh air mata, tak lama pandangannya menggelap. Naifa pingsan. Mama dan Ibu langsung membantu Naifa sementar Papa dan Ayah mencari suster.
**
Perlahan mata Naifa terbuka, pertama yg ia lihat ada ruangan berwarna putih semua, bau beberapa obat menusuk penciumannya. Disampingnya Ibu dan Mama setia menemani Naifa.
"Kamu sudah sadar Fa?" tanya Ibu.
"Mas Azzam Bu, Mas Azzam." ucap Naifa pelan sambil berusaha bangkit. Namun Mama tak membiarkan menantunya ini banyak bergerak dulu.
"Jangan banyak bergerak Fa, kondisi kamu masih lemah." tahan Mama dan Naifa hanya menurut.
"Tapi Mas Azzam Bu, Ma. Naifa ingin melihatnya."
"Nanti ya sayang, sekarang kamu istirahat lagi. Ibu panggil dokter dulu."
Naifa diam mengangguk. Tak lama Ibu nya datang bersama beberapa suster. Suster langsung memeriksa Naifa, setelah memastikan baik-baik saja Naifa langsung bergegas melihat kondisi Azzam. Dengan menggunakan kursi roda dan dorong oleh Ibu Naifa tiba diruang ICU.
Naifa melihat ada Alfath berdiri membelakanginya. Naifa pun menghampirinya.
"Bagaimana keadaan Mas Azzam?"
Mendengar seseorang bertanya Alfath langsung menoleh."Masih kritis Fa. Saya dengar kamu pingsan? tapi nggak kenapa-kenapa kan?"
"Alhamdulillah, gapapa kok Mas."
Setelah itu suasana kembali hening. Semua orang yg ada disitu tidak mengeluarkan suaranya. Sementara Naifa, ia melihat Azzam melalu jendela. Dilihatnya beberapa alat medis menempel ditubuh suaminya, kepalanya dililit perban dan lehernya di gips.
Pandangan Naifa beralih pada monitor disebelahnya. Tak sadar air mata Naifa mengalir begitu saja.
**
Sudah seminggu keadaan Azzam masih kritis. Naifa pun sudah kembali pulih, ia selalu setia menemani Azzam walaupun bukan tepat disampingnya. Dokter masih belum membolehkan siapapun melihat Azzam. Tak lupa Naifa pun selalu berdoa pada yang Maha Kuasa, minta diberi kesembuhan untuk suaminya itu.
Saat ini Naifa ditemani Aisyah sedang menunggu hasil pemeriksaan dokter. Sedari tadi Naifa meremas tangannya gelisah, sementara Aisyah hanya menenangkan Kakak iparnya ini.
Tak lama suster pun keluar membuat Naifa dan Aisyah beranjak. Suster itu menyuruh Naifa dan Aisyah untuk menemui dokter. Mereka pun masuk.
"Bagaimana dok hasilnya?" tanya Naifa tidak sabaran.
Dokter itu menghela nafasnya, ia kembali membaca berkas yg dipegangnya.
"Kondisinya masih sama, detak jantung pasien melemah. Tapi anda bisa jika ingin melihatnya."
"Benar dok?" tanya Aisyah dan dokter itu mengangguk.
"Benar, tapi hanya 1 orang saja dan itu pun tidak boleh lama-lama."
Naifa dan Aisyah pun mengangguk, ia segera keluar setelah berterimakasih pada dokter. Naifa dan Aisyah bergegas menuju ruang ICU diikuti suster dibelakang mereka.
"Ini Bu pakai baju sterilnya dulu." ucap Suster itu dan ditanggapi anggukan oleh Naifa.
Sebelum masuk ruangan itu Naifa menghirup nafasnya dalam-dalam. Naifa mulai berjalan perlahan, jantungnya berdetak begitu cepat. Lalu Naifa duduk dikursi yg sudah disediakan. Naifa meringgis melihat kondisi suaminya itu. Kondisi suaminya ini, selang oksigen pun bertengger di hidung Azzam.
Dilengan Azzam lumayan banyak luka, Naifa pun menggenggam tangan Azzam. Tangan dingin Azzam terasa dikulit Naifa. Naifa memerhatikan wajah Azzam. Wajahnya pucat, bibirnya memutih.
Naifa terus memperhatikan wajah Azzam sampai tak sadar air matanya mengalir begitu saja. Tak lama Naifa tersadar bahwa ia menangis dan segera mungkin ia mengusap air matanya. Ia harus kuat.
"Assalamualaikum Mas, Maaf Naifa baru bisa melihat Mas sekarang. Mas yg kuat ya, Mas harus bertahan. Naifa yakin kok Mas bisa sembuh." ucap Naifa lirih.
Naifa pun terus mengajak ngobrol Azzam. Namun hanya terdengar suara suara dari alat yg membantu Azzam bertahan. Beberapa menit kemudian Naifa bangkit, ia menyalami dan mencium punggung tangan Azzam. Air mata Naifa menetes pada punggung Azzam. Dengan air mata yg masih mengalir Naifa keluar.
Setelah diluar Aisyah segera menenangkan Kakak Iparnya itu. Aisyah tau kalau Naifa pasti sedih. Dari kejauhan Seorang Pria dan Wanita tengah menatap ke arah Aisyah Naifa.
"Apa aku harus menjelaskannya?" tanya Wanita itu pada Pria disampingnya.
"Menurutku itu yg terbaik. Kamu harus menjelaskannya, biar sisanya Azzam yg menjelaskan." ucap Pria itu.
Wanita itu tampak berfikir, masih ada keraguan dalam hatinya. Lama terdiam akhirnya ia memutuskan untuk menjelaskannya. Namun mungkin tidak sekarang, ia tak tega melihat seorang disebrangnya sedang bersedih. Mereka pun memutuskan untuk beranjak dari tempat itu.
**
Keseokan harinya Naifa masih menunggu perkembangan kondisi Azzam. Nanti siang Ibu dan mama akan berkunjung. Naifa sedang duduk sambil menunduk dikursi tunggu. Tak lama ada seorang wanita berdiri didepannya, Naifa pun mendongkakan wajahnya melihat Wanita itu.
Naifa terkejut, yg ia lihat adalah Nadia. Ya, Nadia. Namun ia tidak sendiri, ia ditemani dengan seorang Pria disebelahnya.
"Mbak Nadia?" panggil Naifa.
Nadia hanya tersenyum. Kemudian Nadia mengajak naifa untuk mengobrol, sementara Pria yg dikenalnya bernama Adrian menunggu Azzam.
Nadia mengajak Naifa ketaman rumah sakit. Suasana masih hening, tak lama nadia berdehem.
"Naifa..." panggil Nadia.
"Iya Mbak?" jawabnya sambil menoleh.
"Mbak mau jelasin sesusatu."
"Jelasin apa Mbak?" tanya Naifa penasaran.
Nadia menghela nafasnya sebentar.
0j
![](https://img.wattpad.com/cover/41824554-288-k992639.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terbaik [DITERBITKAN] ✔
Spiritual[ Sebagian part di private dan di hapus karena dalam proses penerbitan ] Hasnaifa Almeera Nagita, gadis cantik berusia 20 tahun ini harus berlapang dada untuk menerima perjodohannya dengan anak dari sahabat Ayahnya. Gibran Muhammad Azzam namanya. Le...