Sudah sekitar 5 menit Julia diam disana. Langkah kakinya terhenti dipertengahan tangga ketika ia menyadari ada seseorang tengah terduduk di kursi ruang keluarga sembari menonton tayangan di televisi.
Menyipitkan matanya untuk memperjelas penglihatannya. Sedikit menggerutu karena ia lupa membawa kacamata miliknya. Setelahnya Julia hanya mampu membelalakkan matanya setelah menyadari siapa seseorang yang tengah ia lihat.
Sejak kapan Jisoo, kakak pertamanya itu pulang? Kenapa ia tidak tahu kedatangannya. Mungkinkah tadi malam? Pikirnya. Semalam ia tidur lebih awal karena lelah telah 'menjelajah' bersama teman-temannya.
"Nona Julia?"
"Kamchagiya! Aiishh..." Seruan itu membuatnya terkejut. Untung saja ia tidak teriak, diliriknya sekilas sang kakak yang sepertinya belum menyadari kehadirannya di tangga.
melirik sang pelaku yang sudah membuatnya terkejut.
"Bibi Min, kenapa mengagetkanku?" Tanyanya sedikit berbisik."Maaf, jika Bibi membuat nona Lia terkejut. Lagipula nona Lia aneh? kenapa hanya diam saja di tangga sedari tadi? Terus kenapa harus berbisik-bisik seperti ini?" Tanyanya dengan sedikit berbisik mengikuti sang nona muda.
Sembari memperhatikan sang kakak, Julia mendekatkan wajahnya pada wajah Bibi Min. "Sejak kapan 'Dia pulang?" Bisiknya sembari mengerakan dagunya kedepan mengarah pada sang kakak.
Bibi Min yang mengerti dengan maksud nona mudanya ini hanya tersenyum kecil. "Nona Jisoo, pulang tadi malam sekitar pukul sepuluh malam dengan ketiga saudari nona yang lain." Jawabnya membuat Julia tambah terkejut.
"Mereka berempat pulang bersama tadi malam?" Gumamnya pada diri sendiri. Pasalnya keempat kakaknya itu jarang sekali pulang ke rumah. Walaupun kedua orang tuanya juga sama sibuknya, tapi mereka cukup sering pulang walau hanya sekedar untuk tidur saja.
"Nde, keempat kakak nona Lia, tadi malam pulang bersama." Dengan senyumanya Bibi Min menjawab, "Nona Lia, pasti senangkan?"
Mengerutkan dahinya, perasaan Julia tadi hanya bergumam saja pada dirinya sendiri, kenapa Bibi Min malah menyahuti.
Sedikit mendegus. "Aku lebih terkejut karena mereka masih ingat memiliki rumah disini." Ucapnya datar sambil memerhatikan kembali kakak pertamanya.
Menggelengkan kepalanya. Ia menyadarkan situasi yang terjadi saat ini.
"Aku akan kembali ke kamar saja kalau begitu."
"Tapi, bukankah nona harus sarapan?"
"Bibi seperti tidak tahu saja? Tolong antarkan sarapannya ke kamar ku ya Bi.." Sebelum membalikkan badannya, ia melirik sekilas sang kakak.
....
Menyandarkan tubuhnya pada tepian kasur, ia tekuk kedua kakinya diatas karpet. Pasti seperti ini jika ada kakaknya yang pulang ke rumah, mendekam di dalam kamar.
Bukan tak suka jika ada mereka dirumah, ia malah sangat bersyukur, apalagi Bibi Min mengatakan keempat kakaknya pulang bersama. Tapi, hanya sekedar untuk memberi tahu kepulangan mereka saja ia tidak pernah diberitahu. Bukan karena untuk memberikan ia kejutan. Memang mereka tidak memperdulikan dirinya.
Pernah ia berpikir, apa mungkin ia bukan anak kandung kedua orang tuanya, atau bahkan ia anak yang seharusnya tidak ada di keluarga ini karena kesalahan salah satu orang tuanya? Nyatanya, semua pemikiran itu terbantahkan ketika ia bertanya pada kakak sepupunya, bahkan kepada Bibi Min yang sudah bekerja sebelum kakak pertamanya itu lahir.
Toh, ia memang lebih memiliki kemiripan wajah dengan sang Ayah, bahkan lesung pipinya, hanya bentuk wajahnya saja yang mirip sang ibu. Jadi, tidak mungkin 'kan jika ia bukan bagian dari keluarga ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Ending
RandomKwon Julia terkejut dengan keberadaan keempat kakaknya di rumah. Belum lagi kedua orang tuanya yang mempercepat kepulangannya dari perjalanan bisnis mereka. Ini aneh pikirnya.