Suara berisik dari televisi itu mengganggu ketenangan tidurnya, Lia dengan matanya yang masih berat melenguh karena merasa terganggu.
"Maaf, Unnie mengganggu tidurmu.."
Suara itu berhasil membuat matanya terbuka walaupun beberapa kali terpejam kembali. Lisa yang melihatnya malah gemas, tapi tertahan karena merasa bersalah sudah membuat adiknya terbangun.
"Ini pukul berapa Lisa Unnie?" Dengan suara khas bangun tidurnya Lia bertanya.
"Tujuh menit lagi pukul lima pagi, masih ada waktu untuk tidur kembali, nanti Unnie akan mebangunkamu untuk persiapan ke sekolah. Maaf, adik kecil sudah membuatmu terbangun." Lisa merutuki dirinya karena dengan ceroboh menghidupkan televisi dengan suara yang ternyata masih mengganggu tidur adiknya, padahal suaranya sudah sekecil mungkin.
"Tidak perlu meminta maaf Unnie, lagi pula ini sudah waktunya aku terbangun."
"Eoh, Unnie tidak biasanya menonton televisi sepagi ini?" Lia kini sudah benar-benar terbangun, nyawanya sudah terkumpul semua. Bersyukurlah karena tidurnya tidak diganggu dengan mimpi dan suara-suara aneh itu lagi, ia jadi bisa kembali tenang walaupun tetap saja terpikirkan apa maksud dari semua itu.
"Unnie tadi terbangun, saat memeriksa ponsel ada pesan dari salah satu teman Unnie yang mengatakan jika ada pesawat jatuh di laut tadi malam." Lisa menoleh pada televisi yang sedang memberitakan kejadian naas itu.
"Salah satu kerabatnya ada yang melakukan penerbangan dengan maskapai itu dan.. dia pergi sendirian."
"B-bagaimana kabarnya Unnie?" Lia turut merasa sedih melihat berita yang sedang ditayangkan di televisi masih tentang kecelakaan pesawat yang begitu tragis, apalagi mendengar jika ada kerabat teman kakaknya yang ada disana. Lia tidak bisa membayangkan bagaimana keluarganya saat mendengar anggota keluarganya ikut serta menjadi korban disana.
"Belum ada kabar darinya, tapi.. pesawatnya hanya tinggal puing-puing diatas lautan luas."
Lia terhenyak mendengarnya, ia yang takut ketinggian dan juga takut lautan luas tidak bisa membayangkan jika berada pada posisi itu.
"Hikss..."
Lia menatap panik dan khawatir saat Lisa tiba-tiba saja menangis, "Lisa Unnie, Gwenchana?"
"U-unnie hanya sedih saja melihat berita ini. Lia-ya, jangan pergi kemanapun sendirian... Unnie tidak mau kau kenapa-kenapa... Teman Unnie mengatakan jika kerabatnya itu berusia seperti mu..." Lisa memeluk erat adiknya seolah tidak ada yang boleh merebutnya.
Sedangkan Lia hanya membalas pelukan Lisa sembari mengusap-usap punggung kakaknya ini. Ia mengerti kekhawatiran kakaknya tentang dirinya.
"Sstt... Gwenchana Unnie, lagipula aku tidak pernah pergi kemanapun jika sendiri, jadi Unnie jangan khawatir, nde." Lia berharap jika perkataannya bisa menenangkan kakaknya.
.......
"Unnideul.. lihat kostum yang akan aku dan teman-temanku pakai. Keren sekali karena ini rancangan Jennie Unnie."
Lia dengan sengaja berlengak lengok seperti model yang sedang berjalan dipanggung catwalk memamerkan baju buatan Jennie dengan senyum bahagianya.
"Gomawo Jennie Unnie, besok aku akan memberikan milik teman-temanku pada mereka.
Jennie tentu merasa besar kepala dengan pujian adik bungsunya. Dengan sengaja mengibaskan rambutnya dihadapan semua saudari dan kelima sepupunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Ending
RandomKwon Julia terkejut dengan keberadaan keempat kakaknya di rumah. Belum lagi kedua orang tuanya yang mempercepat kepulangannya dari perjalanan bisnis mereka. Ini aneh pikirnya.