-----------°°°----------
Kini mereka berada di dalam mobil dengan mark yang menyetir. Setelah mengemas barang kebutuhan masing-masing untuk satu bulan, mereka langsung pergi ke lokasi kota X.
Haechan memperhatikan tab di tangannya membaca artikel tentang pembunuhan berantai yang terjadi di kota X untuk mengorek informasi.
"Bahkan jejak sidik jari pun tidak ada." gumam nya.
Mark menoleh sekilas karna masih harus fokus menyetir.
"Tidak ada? Korban selalu bersih dari barang bukti si pelaku?"
Haechan mengangguk. Ia kembali membaca artikel di sana.
"Selain itu, warga juga kerap menemukan orang-orang yang sedang hamil tewas di dalam rumah nya dengan keadaan bayi yang hilang di perutnya."
Mark mengerutkan keningnya.
"Pembunuh itu mengambil bayi? Tapi Untuk apa?"
Haechan menggeleng pelan, ia mematikan tab nya dan melihat jalanan.
"Saya tidak tahu, kasus ini memang cukup sulit, korban juga terkadang tewas di siang hari."
Mark menghela nafas. "Kita memang harus teliti, seperti nya pembunuh ini akan sulit kita tangkap."
"Baik, senior."
Mark terkekeh kecil, Haechan menggaruk poninya yang tidak gatal. Merasa heran.
"Panggil kakak saja, dan jangan terlalu formal agar kita tidak canggung nantinya."
Haechan mengangguk dan tersenyum lebar.
"Oke, kak Mark!"
***
Mereka memasuki apartemen yang sengaja di pesankan oleh atasan mereka. Mata Haechan memperhatikan setiap sudut apartemen mereka.
Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, nyaman untuk di tempati oleh mereka berdua selama 1 bulan.
Mark menyimpan tas nya di sofa dan mendudukan dirinya di sofa, lelah karna menyetir selama beberapa jam diikuti haechan yang juga lelah bertarung dengan pikirannya tentang kasus yang ia jalani.
Selama beberapa menit hening, tidak ada yang bicara. Hingga Haechan berdehem.
"Ekhem."
"Aku akan pergi ke kamar, sekalian menyimpan tas. Kakak mau menitip?"
"Tidak usah, kita pergi bersama saja."
"Oke."
Keduanya bangun dan menenteng tas masing-masing kemudian berjalan mencari kamar. Hanya ada dua pintu. Haechan pergi ke pintu di sudut dan Mark yang berada dekat ruang tamu.
"Eh? Kamar mandi?" Ucap Haechan.
Mark membuka pintu itu dan melihat sekeliling di dalamnya. Ada satu kasur besar yang mungkin cukup untuk dua orang. Ada lemari dan lainnya.
"Kamarnya disini chan."
Haechan menghampiri Mark dan berdiri di samping nya. Lalu mereka saling bertatapan.
"Kamarnya hanya ada satu? Lalu kita harus tidur satu kasur begitu?" Tanya Haechan.
Mark mengangguk singkat. "Sepertinya iya, di dalam apartemen ini hanya ada tiga pintu, pintu masuk dan keluar, pintu kamar mandi dan terakhir ini."
"Memang kenapa?"
Haechan menggaruk poninya yang tidak gatal sambil tersenyum kikuk.
"Tidak aneh jika kita tidur seranjang?"
Kening mark berkerut. "Tidak, kita kan sama laki-laki apa Salah nya?"
"Ah itu- sudahlah lupakan, ayo kita masuk kita kan harus berkeliling di kota ini."
Haechan menyerobot masuk mendahului Mark. Mark hanya menatap heran Haechan yang sekarang sibuk menata baju nya di lemari. Menggeleng pelan, ia pun masuk ke dalam kamar dan membereskan barang-barang nya di sana.
Malam harinya mereka pergi melihat-lihat kota yang akan menjadi tempat mereka menjalankan misi. Tidak ada yang aneh atau mencurigakan. Semuanya tampak normal dan biasa.
"Apa dia akan membunuh saat malam hari?" Tanya haechan pelan, takut ada yang mendengar.
"Aku tidak tahu pasti, bukannya kamu bilang tadi bahwa dia juga membunuh saat siang hari?"
"Ah iya juga."
Saat malam, kota ini tampak begitu indah. Di sepanjang jalan di terangi oleh lampu-lampu. Ada banyak pohon-pohon dan tanaman indah yang membuat kota ini sejuk. Banyak pedagang juga toko-toko.
Sayang sekali kota ini harus mengalami kejadian mengerikan.
Haechan juga melihat banyak orang yang keluar pada malam hari. Ada juga yang sepertinya baru pulang dari suatu tempat.
Di saku hoodie nya ada pistol untuk berjaga-jaga. tapi Sepertinya malam ini tidak ada yang aneh.
Mungkin.
"Hari ini kita tidak mendengar ada korban yang tewas kan?"
Pertanyaan Mark yang tiba-tiba membuat Haechan tersadar dari lamunan nya.
"Sepertinya tid-"
"AAAAAAAA"
Ucapan Haechan terpotong begitu mendengar suara teriakan yang begitu kencang di depan. Dengan segera mark dan haechan berlari ke arah suara itu.
Dilihat orang-orang berkumpul mengerubungi sesuatu. Mark menyerobot masuk dan pemandangan yang ia lihat adalah seorang pria dengan darah di sekitarnya dan pisau yang menancap di perutnya.
Mark mencoba mengecek denyut nadinya, pria itu masih bernafas. Namun tak lama nafasnya mulai melemah dan hilang.
korban sudah tewas.
Haechan berjongkok dan memperhatikan perut pria itu.
"Dia tidak bisa di selamatkan." Ucapnya
Orang-orang di sana histeris hebat, bahkan ada yang menangis ketakutan.
"Apa kalian sudah menghubungi polisi?" Tanya mark.
"S-saya sudah menghubungi polisi dan ambulance, mereka akan segera tiba." Jawab salah satu wanita di sana.
Mark dan haechan berdiri. Ia menatap orang-orang yang bergetar ketakutan. Tak lama polisi dan mobil ambulance datang. Mayat korban sudah di bawa untuk di otopsi. Sedangkan polisi menanyai saksi, mark dan haechan tentu menyimak.
"Apa kalian melihat pelaku nya?"
"Tidak- s-saya melihat d-dia sudah dalam keadaan seperti itu." Salah satu wanita di sana menjawab.
"Seseorang yang mencurigakan? Atau mungkin seseorang yang jaraknya tidak jauh dari korban? Apa kau melihatnya?"
Wanita itu menggeleng kaku. "Tidak... Saya begitu terkejut melihat korban."
Mark dan Haechan bertatapan, kemudian menghela nafas berat. Mereka tidak mendapatkan informasi apapun.
***
Pembunuh nya udah pro wkwkw.
Semoga suka, janlup votmen.

KAMU SEDANG MEMBACA
Partner [Markhyuck]
RomanceKetika mark dan haechan yang di tugaskan untuk menangkap pelaku pembunuh berantai yang terjadi di kota X karna para polisi tidak mampu membuat mereka berdua harus turun tangan. Lalu bagaimana Mark dan haechan yang bahkan bertemu pun jarang harus ti...