04. Perhatian or kasihan?

309 58 16
                                    

Hallo gaes,
Mau bilang kalo semua author itu sangat senang kalo pembacanya meninggalkan jejak dicerita mereka^^
Yang mau follow akun medsos aku bisa cek bio profil ya^^^

.
.
.

"Dia itu perhatian atau sekedar kasihan?"- Alzena Artatiya -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia itu perhatian atau sekedar kasihan?"
- Alzena Artatiya -

"KALIAN UDAH TAU TELAT, BUKANNYA TUNGGU SAMPAI DIIZINKAN MASUK. INI MALAH MANJAT TEMBOK, MAU JADI MALING KALIAN?" Marah Pak Budi—guru olahraga yang mengajar angkatan Alzena sekaligus guru piket.

Alzena gemetar ketakutan, sudah lebih dari sepuluh menit mereka berdua dimaki habis-habisan tanpa berani mengeluarkan suara, atau lebih tepatnya hanya Alzena yang menciut sedangkan Gideon bersikap tidak peduli. Mereka sekarang sedang berada di lapangan upacara, tidak sedikit anak murid lain dikelas-kelas yang melirik penasaran ke arah mereka.

"Kamu juga Gideon, sudah berapa banyak catetan kenakalan kamu? Masih belum cukup? Perlu bapak panggil lagi orang tua kamu itu?" Pak Budi memberikan pukulan pada pipi kanan Gideon dengan buku tebal yang sudah digulung itu.

"Seterah Bapak," jawab Gideon acuh tak acuh. Palingan juga nanti yang datang orang suruhan dari orang tuanya yang super sibuk itu.

Mendapatkan jawaban yang dirasa arogan itu, Pak Budi kembali mengangkat tangannya lebih tinggi ingin memberi pukulan lagi pada Gideon sangking kesalnya.

"Pak, saya yang minta tolong buat dibantu manjat karena saya ingin ikut ulangan matematika hari ini," seru Alzena tiba-tiba, dia merasa bersalah jika kakak kelasnya itu menanggung masalah lebih dari ini.

Mendengar itu Gideon langsung memandang Alzena, kenapa adik kelasnya ini tidak diam saja sih? Itu akan jauh lebih baik jika hanya Gideon yang dimarahi karena dirinya sudah terbiasa.

Pak Budi sekarang mengalihkan fokusnya pada Alzena, siswi gemuk yang sejak awal selalu mendapatkan nilai jelek di pelajaran olahraga karena tubuhnya itu. Sangat menjijikan bagi Pak Budi yang notabenenya memang penggila tubuh wanita.

"Ouh jadi kamu biang masalahnya," ucap Pak Budi sambil mendorong dahi Alzena dengan buku yang dipegangnya itu. "Kamu sadar gak kalo badan kamu itu besar?" tanyanya sembari memberikan pukulan pada perut Alzena beberapa kali.

Alzena mengigit bibir bawahnya. "Tau pak," cicit Alzena, perasaannya benar-benar berantakan diperlakukan seperti itu.

"Kamu tau tapi kamu masih manjat? Kamu gak takut tuh tembok rubuh karena badan kamu, hah?" seru Pak Budi sembari berniat memberikan pukulan kecil pada Alzena lagi.

Gideon dengan cepat menangkap pergelangan tangan gurunya itu. Katakan lah jika dia berlebihan karena memang Pak Budi memberikan pukulan yang pelan, tapi yang membuatnya tidak senang adalah letak dimana gurunya itu memukul. Haruskah memberi pukulan pada area perut seorang siswi?

BUKAN Itik Buruk Rupa [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang