Hallo gaes,
Mau bilang kalo semua author itu sangat senang kalo pembacanya meninggalkan jejak dicerita mereka^^
Yang mau follow akun medsos aku bisa cek bio profil ya^^^.
.
.
"Gue gak suka ditinggalin!"
- Gideon Ardhana Syaputra -Baru lima menit mereka berdua berada dalam rumah hantu itu, tapi rasanya Alzena sudah mendengar ratusan makian yang dilontarkan kakak kelasnya ini. Apa memang kakak kelas galaknya ini secerewet itu?
"Pait, pait, pait," gerutu Gideon tanpa henti, yang sesekali diselingi kata-kata kasar.
Tangan yang kokoh itu semakin mengeratkan pegangannya dari belakang pada sweater Alzena.
"Itu bukan tawon kak," cetus Alzena, dirinya sibuk menyenteri setiap sudut dari rumah hantu itu.
"Gue tau, lu bisa jangan banyak protes gak sih?" sahut Gideon kesal, pandangannya sejauh ini dia tundukkan sedalam-dalamnya, tidak ingin melihat apapun yang ada di rumah tersebut.
Ck, padahal Alzena baru protes sekali loh, sedangkan kakak kelasnya ini sudah mendumel sepanjang perjalanan mereka, menyebalkan!
Keadaan rumah hantu itu remang-remang hanya diisikan cahaya dari kaca-kaca luar dan lampu di beberapa titik saja, membuat pandangan mereka terbatas. Lantai yang kotor dengan bercak hitam dan beberapa barang yang memang di biarkan berserakan itu menambah kesan kumuh.
Hihihihihihihi
Tawa!
Telinga Gideon menangkap suara itu! Yang mau tidak mau membuatnya semakin mencengkram erat sweater belakang Alzena. "I... Itu suara apa?"
"Suara apa?" tanya Alzena balik, dia tidak paham maksud dari kakak kelasnya itu, karena memang dari tadi sudah ada banyak suara disini. Lebih tepatnya, ini kan pasar malam jadi wajar jika berisik.
Mendapatkan respon seperti itu membuat Gideon lebih mencengkram pegangannya pada sweater Alzena. "Sial, gue gak becanda! Ada suara tawa, masa lu gak denger?"
"Kakak salah denger kali," cetus Alzena. "Kak, sweater aku nanti melar kalo kakak peganginnya gitu," Alzena akhirnya mengeluarkan keluhannya yang sudah dia tahan dari tadi.
Mendengar itu tentu Gideon kesal, dia melepaskan pegangan pada sweater Alzena. "Ck, berapa sih? Nanti gue ganti."
Alzena tertegun. Bukan begitu, ini tuh sweater kesayangannya. "Bukan gi—"
"Berisik," sela Gideon. "Udah jalan buru, udah gue lepas pegangannya. Gue megang gitu biar gak kepisah, nanti repot kalo lu ngilang dan gue harus cari kan? Jadi jangan mikir gue takut ya! Itu murni buat ngejaga lu," cerocos Gideon kesal.
"Aku gak mikir gitu, nah kalo gini kan enak," ucap Alzena yang merasa lega.
Gideon menaikkan alisnya. "Enak? Jadi dari tadi gue ganggu g—"
Alzena langsung menggeleng sembari menggerakkan kedua tangannya. "Bukan gitu kak, ta—" Alzena menghentikan perkataannya begitu matanya menangkap pergerakan kain putih yang bergerak dari satu sisi ke sisi lain dari sebuah kaca besar disatu ruangan. Itu misinya!
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN Itik Buruk Rupa [ON GOING]
Novela Juvenil"Emang kenapa kalo dia gemuk? Gemesin kok," tutur Gideon. *** Alzena Artatiya satu-satunya siswi berbadan gemuk di sekolahnya. Sedikit perbedaan ini membuatnya mendapatkan perlakukan buruk dari penghuni sekolahnya. Ah tidak, ada beberapa yang masih...