03 - Restu

36 5 7
                                    

Di dalam kamarnya, Mira baru saja menyelesaikan makan malamnya. Para pelayan dengan sigap memberesi peralatan makan gadis itu kemudian membawanya kembali ke dapur.

Terhitung sudah hampir empat hari Mira tidak bertegur sapa dengan Papinya sama sekali, meski keduanya sama-sama berada di rumah.

Kalau ditanya kenapa, jelas Mira marah dan kecewa berat pada Papinya.

Masih dia ingat jelas bagaimana rasa sakit di pipinya pasca tamparan. Namun rasa sakit dihatinya jauh lebih besar. Rasanya air matanya selalu ingin turun bebas jika mengingat kejadian itu.

Mira meraih ponselnya di nakas, sebuah notifikasi pesan muncul ketika layar menyala.

(bukan) Motor

| Mira
| Sibuk?

Nggak, kenapa? |

| Ikut gue ayo
| Nongkrong

Gak mau |
Dimarahin Papi ntar kalo isinya cowok semua |

| Yaudah berdua aja

Males |
Lagi gak mood keluar |

| Gue traktir kue stroberi

Bisa beli sendiri |

| Ayolah, nanti dijemput
| Kasian bgt diliat-liat dari kemarin cemberut mulu

Gak usah kak Supraaa |
Mau di rumah aja, kapan-kapan lagi aja ya |

| Yaudah, deh
| Kalo ada apa-apa, cerita

Iya |
Emm |
Mau telfon |

| Boleh

(bukan) Motor is calling ...

Senyuman tipis mengembang di bibir Mira. Tangannya menggeser tombol berwarna hijau keatas, yang kemudian terdengar suara yang sangat dia kenali.

"Halo?"

Lantas malam itu Mira habiskan dengan telfonan dengan Supra hingga dia tertidur. Laki-laki yang memiliki nama sedikit unik itu dengan sabar mendengar semua cerita Mira.

Respon yang diberikan Supra tidak monoton. Laki-laki itu seperti punya seribu cara untuk merespon cerita Mira meski terkenal irit berbicara.

Jujur, Mira sangat terhibur. Bahkan sampai tak sadar ketiduran saat sambungan telepon masih terpaut.

Hingga pagi kembali menjelang, gadis itu terbangun setelah alarm dari jam weker di meja berbunyi. Tangannya mengucek pelan kelopak matanya yang masih sedikit sulit untuk dibuka.

Bergerak menuruni kasur, Mira menarik gorden besar yang menutupi sebuah jendela kaca. Membiarkan sinar matahari menembus benda bening itu dan mengenai permukaan kamar.

Sekolahnya libur hari ini, katanya kakak kelasnya ada ujian gitu. Mira, sih, kurang tau detailnya gimana. Yang penting dia libur intinya.

Setelah menggosok gigi dan cuci muka di kamar mandi, Mira kembali merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya. Meraih ponsel yang selesai dia charge.

Senyumnya kembali terukir melihat pesan terakhir yang ada di paling atas.

(bukan) Motor

sweet homeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang