8. Confees

15 3 40
                                    

Hari demi hari berlalu, bahkan Juan semakin dekat dengan Halin. Begitupun dengan yang lainnya. Terkadang saat bertemu di jam perpindahan kelas atau di kantin, mereka akan mengobrol tentang banyak hal. Apalagi ditambah dengan Bagas yang sering membuat Dian emosi menambahkan kesan akrab diantara mereka.

Tak hanya Juan yang semakin dekat dengan Halin, Afrizal dengan Sandra juga semakin dekat, tak jarang mereka mengobrol bersama mengenai ekstrakurikuler mereka. Bahkan mereka berdua kerap sekali keluar bersama.

Saat ini Afrizal dan Sandra berada di sebuah Cafe, lebih tepatnya Vanilla Cafe. Sebuah cafe yang bernuansa Vintage namun masih terkesan modern. Mereka berada di Cafe untuk membahas proker.

"Kak yang ini maksudnya gimana?" Afrizal menunjuk layar laptop di depannya.

Sandra melihat apa yang ditunjuk oleh Afrizal, ternyata itu adalah bagian yang dikerjakan oleh Keira.
"Oh itu si Kei yang kerjain, bentar deh telfon Kei-nya langsung, biar ga salah faham" Sandra mengambil handphonenya mencari kontak Keira, setelah menemukannya ia menekan logo teflon, tak lupa menyalakan loudspeakernya.

"Kenapa?"

"Lo lagi sibuk ga?" Sandra bertanya terlebih dahulu, daripada ia setelah ini terkena omelan Keira karena mengganggu waktu sibuknya.

"Ga terlalu, kenapa?"

"Ada yang mau gw tanyain sih, soal proker, kan ini beberapa Lo yang susun filenya, nah gw ada beberapa yang bingung, jadi mau gw tanyain langsung ke Lo"

"Oh, tanya aja"

Sandra menanyakan hal yang tadi ditanyakan oleh Afrizal, tak hanya bagian itu saja, namun ia juga bertanya bagian yang lainnya. Keira menjelaskan secara detail bagian bagian yang ditanyakan oleh Sandra, bahkan terkadang ada beberapa bagian yang ia ulangi sebanyak dua kali, agar Sandra dapat memahaminya.

"Ada yang Lo tanyain lagi?"

"Engga, udah kayanya. Nanti kalo ada gw telfon lu lagi ya?"

"Hmm"

Telfon dimatikan oleh Keira. Sandra dan Afrizal melanjutkan pembahasan mereka.

"Udah faham?" tanya Sandra.

"Udah kak" jawab Afrizal yang bertepatan dengan datangnya pesanan mereka. "Kak San, makan dulu aja" lanjutnya.

"Masih kurang banyak emang?"

"Kurang dikit sih, kak"

"Yaudah, nanti aja sekalian"

Setelah mendengar jawaban Sandra, Afrizal kembali bergulat dengan laptop di depannya.

Setelah kurang lebih selama 5 menit sudah berlalu, Afrizal sudah selesai menyelesaikan apa yang harus ia selesaikan.

"Kak San" panggil Afrizal.

"Yaa??"

"Can I tell you something?"

"Tentang?"

"Tapi jangan disela ya kak"

"Iyaa"

"Kita kan udah sering banget kak keluar bareng, jadi aku mau jujur sama kakak, kalau aku tuh..., nyaman sama kakak. Awalnya aku mikir cuma perasaan nyaman aja. Karena Kak Sandra sering bantuin aku..., tapi makin kesini aku makin yakin kak. Aku ada rasa sama Kak Sandra.." Afrizal sedikit gelisah, sungguh ini baru pertama kalinya ia mengungkapkan perasaannya kepada perempuan, terlebih lagi kakak tingkatnya.

Afrizal menarik tangan Sandra, menggenggamnya seolah tangan itu tak dapat ia raih lagi, tak lupa ia juga menatap mata perempuan di depannya ini dengan tatapan lemah lembut "So, will you be my girlfriend?"

Sandra yang mendengarnya tentu saja terkejut, ia memang menaruh rasa kepada adik tingkatnya yang satu ini, bahkan ketujuh temannyapun tau akan hal itu.

Sementara itu, di tempat lain.

Keira baru saja meletakkan handphonenya, ia melanjutkan untuk mengerjakan tugasnya, yang sempat tertunda karena mendapat telfon dari Sandra. Namun belum sempat ia menyentuh buku di depannya handphonenya kembali bergetar.

"Astaga siapa sih?" gerutu Keira. Ia pun mengangkat telfon yang ternyata adalah Halin.

"Kei"

"Apa?"

"Lo sibuk ga? Bisa temenin gw?"

"Sebenernya gw lagi nugas, tapi bisa ditunda sih. Emang Lo mau kemana?"

"Nyari angin" jawab Halin santai, sedangkan Keira yang mendengarnya membuang nafasnya secara kasar.

"Yang jelas elah, Lo mau kemana?"

"Ke toko buku deh, yang deketnya Vanilla Cafe, sekalian tuh mampir kesitu. Gw pengen nyobain smoothiesnya, katanya enak"

"Tinggal bilang ngajak ke Cafe ribet banget"

"Cepet, 10 menit lagi gw udah di depan rumah Lo, lagi di luar soalnya gw"

"Bawel Lo" setelah mengatakannya Keira beranjak dari tempat duduknya, mengambil hoodienya yang sengaja ia letakkan di belakang pintu kamar.

Setelah selesai, ia kembali mengerjakan tugas tugasnya.

Sesuai apa yang dikatakan Halin, ia tiba di rumah Keira setelah 10 menit telfon dimatikan. Ia segera menelfon kembali Keira.

"Sabar dong, izin dulu ke nyokap"

"Kirain udah izin"

"Belum lah, orang gw di kamar nugas dari tadi, tapi aman udah dapet izin" Keira berjalan ke arah Halin sembari memakai helmnya. "Ini Lo mau kemana dulu? Toko buku apa Cafe?"

"Ke toko buku dulu, soalnya gw cari buku dulu buat Arsen" Arsen adalah adiknya Halin lebih tepatnya adalah adik ponakan.

"Kangen Arsen deh gw"

"Ke rumah gw lah, heh buruan keburu sore nanti" Halin memperingkatkan Keira karena saat ini jam sudah menunjukkan pukul 13.00. Keira segera menduduki kok belakang montor Halin, sebelum ia harus mendengar lagi ceramah Halin.

Sesampainya di toko buku, Halin segera mencari buku yang harus ia beli, sedangkan Keira mengikutinya dibelakang. Setelah mendapat bukunya tentu mereka berjalan ke arah kasir untuk membayarnya. Seusai selesai melakukan pembayaran mereka berdua kembali mengendarai montornya untuk menuju Vanilla Cafe.

"Ini Lo take away?"

"He'em, Lo mau beli sekalian ga?"

"Mau dong, Matcha Latte"

"Lama lama Lo jadi kambing, kemana mana belinya Matcha" sindir Halin.

"Matcha bukan rumput elah, matcha tuh daun"

"Sama aja bego!"

"Beda, buruan pesen!"

"Kak matcha lattenya satu, berry smoothiesnya satu."

Mereka menunggu pesanan mereka jadi, kurang lebih selama lima belas menit, pesanan mereka jadi, tentunya mereka tak lupa membayarnya. Saat mereka berjalan ke luar Cafe mereka baru menyadari bahwa salah satu teman mereka ada di sini, Sandra.

"Sama siapa tuh si Sandra? Pegang pegangan tangan lagi" ucap Halin.

"Sama degemnya lah siapa lagi, si Afrizal itu" timpal Keira. "Pulang ayo, ga usah di ganggu nanti kita minta pajak jadinya digrup aja" Keira menarik tangan Halin untuk segera keluar dari Cafe.

"Kak?"

"My answer is yes" Afrizal yang mendengar jawaban Sandra tanpa sadar mengencangkan genggaman tangannya, bahkan sekarang ia tersenyum manis ke arah Sandra, tentu hal itu membuat Sandra salah tingkah. Jangan kalian lupa bahwa Sandra lah yang terlebih dahulu menaruh perasaan kepada adik tingkat satu ini, yang baru ia kenal karena satu ekstrakulikuler, siapa sangka justru sekarang mereka sudah resmi menjadi sepasang kekasih?. Bahkan ia berhasil membuat lelaki yang ia sukai mengungkapkan perasaannya kepadanya, perasaannya tidak hanya sepihak saja. Tetapi keduanya memiliki rasa yang sama satu sama lain.

FALLIN' [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang