6. Paskib

10 3 44
                                    

Hari ini hari Jum'at, seperti biasa Keira dan teman temannya tidak bersemangat hari ini. Tidak perlu ditanya kalian pasti sudah tau apa alasan mereka tidak semangat di hari Jum'at.

"Males deh gw pelajarannya si Satya" jika sudah menyebut guru dengan nama saja, itu tandanya mereka benar benar sudah muak dengan guru itu. Jangan ditiru yah, ini perbuatan yang buruk.

"Ga Lo doang San, kita juga males" timpal Dian.

"Pasrah deh, pulang sore kita" Keira ikut bergabung dalam pembicaraan.

"Anjirt lah, tiap Jum'at kita pulang sore cuma gara gara si Satya" terdengar suara umpatan dari mulut Asa.

"Gw latihan lagi nanti"

"Latihan apa?"

"Paskib Kei"

"Semangat Pitaa"

"Terimakasih"

"Emang mau lomba paskib?" terdengar suara Halin.

"Gw kira tidur. He'em mau lomba. Kalian nonton dong, lombanya disekolah"

"Diusahakan yah" jawab Halin.

"Anyway ini bahasa Indonesia ga datang kah?"

"Engga kayanya Kei, lumayan ga sih? Kita bisa tiduran di perpustakaan"

"Nah bener tuh kata Sandra, lumayan kan rebahan disini sampe jamnya si Satya kan lumayan" ucap Mala sembari membaca novel.

"Eh Lin, kemarin gimana tuh rasanya di peluk sama cowok paskib?" tanya Novita.

"Si Juan anak paskib?"

"Hooh"

"Dijawab kali Lin, gimana rasanya pelukan sama cowok yang Lo jambak kemarin tuh" ucap Keira untuk menggoda Halin.

"Eh itu ceritanya gimana?" tanya Novita.

"Minggu laku kan kita pulang sore, nah kelasnya si siapa tadi? Juan? Pokoknya itu. Mereka tuh juga pulang sore kayanya, terus kan pas habis hujan jadi ya banyak genangan gitu, si Halin kan parkir montornya diluar sekolah, nah pas kita mau ambil montor kasih di lapangan tiba tiba aja si Juan Juan itu bawa montor ngebut jadi airnya nyiprat kemana mana, kena Halin bajunya kotor. Hari Senin Juan minta maaf ke Halin, pulang sekolah, tapi si Halin emosi dijambak deh tuh si Juan" jelas Keira panjang lebar.

"Oalah gitu"

"He'em, kayanya cipratan airnya berubah jadi cipratan cinta"

"Apaan sih Lo berdua tuh. Orang dia refleks gara gara ada bola voli. Terus apa apan cipratan cipratan cinta. Siapa juga yang suka sama Juan sih?" protes Halin.

"Tapi bolanya ga kearah Lo Halineaa, bolanya arahnya aja ke Mala. Ga ada bahas suka Juan juga" gemas Keira.

"Cowok yang nolongin gw, ga meluk gw sih" timpal Mala. "Tapi dia big boy, kayak raksasa" lanjutnya.

"Ya mana gw tau, Lo tanya aja sana sama Juan kenapa meluk gw." ketus Halin.

"Opo si njing lek ruame, nde perpus iki lho. Mbok yo meneng. Ojo berulah, diusir ngko." ucap Dian yang sedari tadi hanya diam dan fokus membaca buku, tetapi karena teman temannya berisik ia jadi terusik.

Setelah mengatakannya Dian kembali membaca bukunya, sedangkan yang lain takut untuk mengeluarkan suaranya.

Terhitung sudah 15 menit sejak  Dian menyuruh teman temannya untuk diam, selama itu pula teman temannya tidak mengeluarkan suara.

"Ppsttt Keira.." panggil Ayla dengan suara yang pelan, nyaris tidak terdengar. Keira yang mendengar namanya disebut menaikkan alisnya.

"Temenin ke kamar mandi"

Tanpa mengeluarkan suara Keira langsung berdiri dan berjalan keluar dari perpustakaan disusul dengan Ayla.

Saat kembali dari kamar mandi, mereka melihat teman temannya sudah mengembalikan buku yang mereka baca ketempat semula.

"Mau kemana?" tanya Keira.

"Kantin" jawab singkat Halin.

Mereka pun keluar dari perpustakaan.

"Eh ada Afrizal!. Gemes banget!" ucap Sandra yang melihat Afrizal berjalan bersama teman temannya sambil berbincang bincang.

"Orangnya cuma jalan sambil ngobrol apa lucunya anjirt" heran Dian.

"Biasalah remaja jatuh cinta" timpal Mala.

Mereka melanjutkan perjalanan menuju kantin tak lupa dengan suara Sandra yang terus menerus membahas Afrizal.

"Muak gw dengerinnya" ucap Halin.

"Apasih suka suka gw lah!" balas Sandra.

"Udah heh, buruan ke kantin bentar lagi jamnya si Satya" Keira menyuruh teman teman untuk cepat, karena jika mereka terlambat untuk masuk ke dalam lab bisa saja mereka tidak mendapatkan komputer yang bisa menyala.

Benar saja, setelah mereka kembali bell berbunyi. Mereka segera berjalan ke arah lan editing.

"Bakal ngapain nih kita nanti?"

"Paling juga ngedit lagi Mal"

"Males banget, Jum'at semester ini tak seindah Jum'at semester kemarin. Mending Jum'at pak Arga daripada si Satya" keluh Sandra.

"Harus banyak sabar" timpal Keira. "Ya walaupun ni orang nyebelin sih" lanjutnya.

"Guru mana yang pulangin muridnya lebih dari jam seharusnya kalo bukan si Satya?"

"Udahlah masuk masuk" Mala mengajak teman temannya untuk masuk.

Pembelajaran dimulai, tentu saja Pak Satya memberi tugas yang harus dikumpulkan hari ini, sedangkan murid-muridnya mulai mengatakan kalimat mutiara. Bahkan beberapa murid lainnya mengabaikan Pak Satya.

Dan seperti biasa mereka pulang terlambat, bahkan begitu keluar kelas Novita segera menganti bajunya untuk latihan Paskib.

Sedangkan Kiera dan Halin masih memakai sepatunya. Mereka memutuskan untuk sedikit memperlambat gerakan mereka karena lelah bergulat dengan komputer untuk mengerjakannya tugas.

Selesai memakai sepatu mereka pun berjalan untuk keluar sekolah. Saat berjalan mereka memilih untuk melewati pinggir lapangan dikarenakan banyak sekali anak paskib yang sedang berlatih. Bahkan mereka melihat Juan yang sedang memantau adik adiknya berlatih. Ia menepuk tangannya sesuai dengan tempo gerakan adik adik kelasnya.

"Tuh liat ada Juan" ucap Keira.

"Terus?"

"Gapapa sih kasih tau aja hehe"

"Ga jelas banget lu Kei"

"Bodo amat, eh cowok yang hari Senin kemarin sama Juan tuh siapa?" tanya Keira penasaran.

"Ya mana gw tau?" cuek Halin.

"Yaudah, anyway suara tepukannya si Juan ganteng"

"Tepuk tangannya doang, orangnya enggak"

"Shaming banget ya"

"Terserah gw lah"

Mereka melanjutkan pembicaraannya mereka sampai di depan gerbang sekolah.

"Gw duluan Kei, Lo di jemput siapa?"

"Dijemput bokap gw"

"Yaudah gw duluan ya"

"Hati hati" Halin berjalan menuju tempat parkirnya dan Keira yang berjalan ke arah halte dekat gerbang sekolah. Ia memutuskan untuk menunggu ayahnya di sana, karena memang biasanya ayahnya akan menjemputnya di dekat halte, namun tak jarang juga ayah Keira menjemput Keira masuk ke dalam halaman sekolah jika Keira tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

Setelah kurang lebih menunggu 30 menit barulah ayah Keira muncul, selama 30 menit itu pula Keira menunggu sembari memainkan handphonenya, membuka hampir semua aplikasi yang ada di handphone untuk menghilangkan rasa jenuh menunggu ayahnya yang sangat lama. Bahkan Keira pernah dijemput saat sekolah sudah sepi sudah tidak banyak orang yang berlalu lalang di dalam maupun luar sekolah, menunggu selama 2 jam pun Keira juga pernah. Tak jarang juga Keira pulang jalan kaki.


FALLIN' [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang