10. With You

4 3 6
                                    

Seperti biasa Juno membantu ibunya menyiapkan makanan di dapur, hal ini sudah menjadi kebiasaannya lagi pula tidak ada salahnya bukan, seorang lelaki membantu ibunya di dapur?.

Lain halnya dengan Juan, saat ini ia sedang sibuk memilih milih baju yang akan ia gunakan untuk keluar hari ini. Setelah selama kurang lebih lima belas menit ia membongkar lemarinya, Juan memutuskan untuk memakai celana jeans panjang dan juga kaos berwarna putih, tak lupa ia mengambil jaketnya.

Sesampainya di meja makan Juan segera mengambil roti dan juga selai coklat yang ada didepannya. Juno yang melihatnya hanya bisa mendengus kasar.

"LO TUH YA! IBU UDAH MASAK MALAH MILIH MAKAN ROTI!" Juno memukul bahu kakaknya. Juan yang sedang mengunyah makanannya menjadi tersedak karena ulah adiknya, segera ia mengambil segelas air untuk diminum.

"Santai dong!, gw juga tetep bakal makan masakan ibu kali!"

"Halah paling juga ngomong doang" Juno segera mengambil piring baru yang kemudian ia isi nasi dan juga lauk pauk yang sudah dimasak oleh ibunya "Tuh abisin!."

Sang ibu yang melihat kedua anaknya hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Kalian kalo disatuin berantem, tapi kalo salah satunya ga ada nyariin. Gengsinya setinggi gunung Everest ya" ucap sang ibu sembari menyiapkan secangkir untuk suaminya.

"Bukan gunung Everest tapi pohon tomat" timpal sang Ayah.

"Dih itu mah kelakuannya si Juan"

"Dih?!"

Pertengkaran mereka berhenti, dikarenakan sang ayah sudah berada di ruang makan sekarang.

Seusai sarapan selesai Juan bergegas pergi mengambil kunci montornya dan tak lupa berpamitan.

Juan mulai menjalankan montornya berbekal dengan google maps yang sudah diberikan oleh Keira. Juan menelfon Keira hanya untuk mengirimkan lokasi rumah Halin, hal itu tentu saja membuat Keira kesal, kegiatan menonton drama cinanya harus terhenti karena telfon dari Juan. Untung saja Halin pernah mengirimkan lokasi rumahnya.

Juan sudah berada di depan rumah Halin sekarang, namun ia bingung bagaimana membuat Halin keluar dari rumahnya, karena ia tidak mengabari Halin.

"Ini gw harus gimana ya? Mau ngajak jalan tapi lupa ga kabarin kemarin, masa gw harus turun terus ketuk pintunya?" Juan bertanya kepada dirinya sendiri.

"Apa ga jadi aja ya? Tapi sayang dong kan gw udah di sini.." setelah Juan selesai mengatakannya hal itu bertepatan dengan suara gerbang rumah yang terbuka.

Halin membuka gerbang rumahnya karena ibunya meminta ya untuk membuang sampah. Namun kegiatannya harus terhenti karena terkejut melihat Juan dan sepeda montornya di depannya saat ini. "Ngapain ni anak disini?" pikirnya.

Halin berjalan keluar gerbang dan membuang sampahnya.
"Nyasar?"

"Hah?"

"Bocah ga jelas, Lo tuh ngapain disini? Nyasar?" tanya Halin kembali.

"Oalah, engga. Sengaja gw mau kerumah Lo" jawab Juan sembari turun dari montornya.

"Tau rumah gw dari siapa?"

"Minta sharelock ke si Kei" jawab Juan santai.

"Dasar pengangum cowok cina, chat gw ga dibales, tapi kok chat Lo dibales sih?" heran Halin. Karena tadi Keira sempat mengirimkan pesan bahwa ia ingin menikmati waktu liburnya untuk menonton drama China, bahkan sedari tadi pesan Halin yang menanyakan tugas belum dijawab oleh Keira.

"Gw telfon sih.."

"Wah, saran gw kalo ketemu si Kei Lo langsung pergi aja daripada diamuk" ucap Halin sembari menepuk pundak Juan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FALLIN' [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang